Jumat, 11 Februari 2011

Manisnya Iman Di Masa Tua


Oleh : Abu Aisyah

Tidak dapat dipungkiri bahwa semakin bertambah usia semakin banyak nikmat yang mulai dikurangi, penglihatan kita yang dulu tajam kini sudah mulai memudar. Kondisi fisik yang dulu fit kini juga mulai melemah. Mata, telinga, kulit, kaki, tangan dan seluruh anggota badan turut melemah, Apakah ini musibah? Saya rasa bukan, inilah siklus kehidupan yang harus kita imani. Sebuah perjalanan panjang yang membawa raga manusia mengalami manula, saya, anda dan seluruh manusia pasti mengalaminya. Permasalahannya adalah ketika raga ini mulai “merana” sudahkan kita merasakan manisnya iman? Atau ketika raga kian melemah sudahkan kita merasakan indahnya syariah?
Perjalanan waktu seharusnya menjadikan manusia semakin sadar, bahwa ada Dzat yang mengatur semua itu. Tak ada ragu, manakala tubuh ini kian layu maka seharusnya jiwa kita semakin merunduk, merunduk kepada Sang Pencipta Makhluk. Inilah yang disebut dengan kematangan iman, ia memang bukan tanpa perjuangan, penuh pengorbanan dan perlawanan dari hawa nafsu insan. 
Jika diibaratkan buah maka iman pada awalnya adalah buah yang masih hijau dan belum bisa untuk dinikmati, ketika masa bertambah buah itu kian ranum, menebarkan aroma wanginya dan jika kita petik dan kita makan kelezatannya tiada tara. Dan manusia akan terpesona melihatnya dan ingin menikmatinya pula.
Iman juga demikian, jika pada awalnya kita merasakan begitu berat memelihara iman, misalnya beratnya berpuasa, susahnya shalat bersama dan segala bentuk syariahNya yang seakan-akan membebani pundak ini, namun ketika usia mulai renta iman itu mulai terasa manisnya. Hidup kita lebih terarah dan ada pedoman dalam menapakinya. Walaupun tidak semua orang bisa merasakannya.
Inilah yang disebut dengan manisnya iman, ia memang belum bisa dirasakan ketika masih belum matang. Bahkan ia akan terasa pahit ketika kita coba untuk memakannya, namun ingatlah ia akan terasa nikmatnya manakala kita telah dewasa. Dan manfaatnya adalah ketika kita telah renta dan berlanjut di alam sana. Karena itu kenapa kita masih merasa berat untuk memumupuk iman di dada, agar pohonnya subur dan berbuah lebat. Itulah tabungan kita sebagai bekal di akhirat sana.
Manisnya Iman di masa tua hanya terasa oleh mereka yang menapaki jalan “sengsara” dalam mengharap ridhaNya, bukan hanya dengan leha-leha, menunggu hidayah datang menyapa. Tapi manisnya iman adalah buah..... buah dari perjuangan dan kesungguhan kita di masa muda, ketenangan, kebahagiaan, kedamaian dan keberkahan hidup itulah yang diharapkan oleh setiap insan. Dan itu hanya didapatkan dengan keyakinan yang mendalam... dengan iman yang menghujam di dada. Bukankah yang kita cari adalah keberkahan hidup?   
      

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...