Sabtu, 12 Februari 2011

Seri menikmati Hidup 004 : Menikmati Kematian


Oleh : Abdurrahman Misno Bambang Prawiro

Sebagaimana kita ketahui bahwa kehidupan, rizqi, jodoh dan kematian adalah kehendak Allah ta'ala. Tidak ada satu orangpun yang mengetahui bagaimana rizqi seseorang, demikian pula jodoh seseorang dan tidak ada satu orangpun yang mengetahui kapan dan di mana seseorang akan menghadapi kematian.

Kematian adalah salah satu dari misteri/ rahasia yang hanya Allah ta'ala yang mengetahuinya. Sebagai hamba kita hanya berkewajiban untuk mengikuti ketentuanNya. Maka kematian adalah sebuah keniscayaan, tidak ada satu orangpun yang sanggup untuk menghindar darinya, tidak para nabi tidak pula mereka yang bertakwa. Apabila kematian datang maka semaunaya hanya bisa pasrah dengan takdirNya.
Membahas tentang kematian seolah-olah kita sudah siap dengan amalan yang banyak. Betul... bekal kita masih sedikit hanya ketika memang takdir sudah di depan mata tak ada kata “tunda” dalam menghadapinya. Lantas bagaimana ketika kematian itu menghampiri kita? Menikmatinya dengan penuh iman dan takwa, tentunya dengan sebelumnya mempersiapkan untuk menyongsongnya.
Menyambut kematian adalah dimensi lain dari kehidupan. Maksudnya adalah ketika kematian semakin mendekat maka setiap detik yang berlalu menjauh adalah kemataian yang kian mendekat. Bagaimana menikmati kematian?
Berawal dari keyakinan bahwa setiap yang bernyawa akan merasakan kematian maka dari sekarang kita harus segera menyiapkan dan menyambutnya. Kedua bahwa kematian itu tidak ada yang dapat mengetahui kapan dan di mana datangnya. Sehingga kita sebagai manusia kapan saja dan di mana saja sudah siap untuk menikmati kematian. Ya... menikmati kematian berarti beriman (yakin) dengan kedatangannya. Tak ada keraguan dan tak ada yang bisa memprediksinya, yang bisa kita lakukan hanya mempersiapkan diri dan menikmati ketika ia menghampiri.
“Kematian adalah sebuah rasa sakit yang tidak tertahankan” itulah sebuah ungkapan yang sering kita dengar, sehingga kematian adalah sebuah hal yang sangat menakutkan. Belum lagi ketika kita melihat kematian dengan hal-hal yang mengerikan. Seseorang yang meninggal ketika tertabrak kereta, karena gantung diri, karena tenggelam, karena tertembak dalam perang dan berbagai bentuk kematian yang di mata manusia adalah sebuah kengerian. Padahal kematian bukan hanya berkaitan dengan badan, kematian adalah proses berpisahkanya ruh dan badan. Karena itu kematian dalam berbagai sebab yang dipadang oleh manusia adalah sebuah kengerian sejatinya adalah hanya sebab ruh seseorang keluar dari badan.
Walaupun saya belum pernah merasakan namun saya yakin seyakin-yakinnya bahwa kematian adalah sebuah kenikmatan. Apalagi jika kematian itu bisa kita nikmati, tak perlu lagi memperhatikan jasad kita yang hancur berkeping-keping atau jasad kita yang hancur. Itu semua hanya tubuh, padahal diri kita adalah ruh dan yang menikmati kematian adalah ruh kita.
Bagaimana jika ada orang yang mengatakan bahwa skratul maut sebagai pintu gerbang kematian adalah sebuah kesakitan yang tanpa bandingan? ya.... itu bisa terjadi terutama pada orang-orang yang durhakan denganNya. Sedangkan bagi mereka yang bertakwa kematian adalah sebuah kenikmatan. Berapa banyak para syuhada yang bersegera datang menyambut kematian di medan perang. Merekalah orang-orang yang paham bahwa kematian dalah sebuah kemuliaan.
Walaupun demikian bukan berararti kita merasa sudah bertakwa sehingga sekana-akan surga sudah ada di tangan, menjadi sebuah kewajiban untuk senantiasa menanamkan rasa khauf (takut) dan roja (harapan) dalam kehidupan. Berdo'a agar akhir hidup kita khusnul khatimah, dan terhindar dari fitnah (cobaan) kematian.
Agar kita dapat menikmati kematian maka ada beberapa hal yang harus senantiasa kita yakini dan kita lakukan :
  1. Keyakinan bahwa setiap makhluk pasti merasakan kematian
  2. Tak ada yang mengetahui kapan dan di mana seseorang didatangi kematian
  3. Selalu berbuat kebajikan (melaksanakan yang peritahNya dan menjauhi laranganNya) adalah kunci merasakan kenikmatan kematian
  4. Berdoa dari fitnah kematian
  5. Berusaha selalu istiqamah dalam setiap langkah  
  Dengan lima hal ini diharapkan kita telah siap untuk menjemput kematian kesiapan yang tidak harus kita tanyaka, karena tidak ada satu orangpun yang mengetahui kapan kematan menjelang. Kemarin tetangga...... Kita kapan ya.....? 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...