Minggu, 13 Februari 2011

TERIMA KASIH KARNA SUDAH PERGI…


Oleh : Yulia Susanti


Kadang kita berfikir betapa jahatnya Allah ta'ala kepada kita karena telah tega “mengambil” orang yang kita senangi, baik “mengambilnya” dengan cara mendatangkan maut or  membiarkan si dia pergi entah ke mana dan tak pernah kembali lagi.


“Ya Allah mengapa Engkau memberikan cobaan seberat ini kepadaku, apa salahku yang Allah sehingga Kau memberikan cobaan yang sangat berat ini kepadaku.” Tentu kita sudah sering mendengar kata-kata itu bukan? Atau bahkan mungkin kita sendiri yang sering mengucapkannya. Ketika kita kehilangan seseorang yang kita kasihi kita selalu mengeluh dan menyalahkan Allah swt yang telah memberikan nasib yang begitu buruk. Seolah Allah itu sangat kejam kepada kita, seolah Allah tidak pernah mengasihi kita, seolah Allah tidak pernah berlaku adil kepada kita padahal kita tau bahwa Allah itu Maha pengasih, Maha Penyayang dan Dzat yang Maha Adil.

Kita akan merasa rapuh, hancur dan tidak mempunyai gairah hidup lagi ketika seseorang yang kita cintai pergi dari kehidupan kita. Seolah bumi berhenti berputar ketia orang yang terkasih sudah tidak ada di samping kita lagi. Untuk itu saya akan berikan sedikit kisah yang mungkin dapat memberikan pelajaran berharga bagi kita:

1.      Ana adalah seorang gadis kecil yang sangat manja. Dia tidak mau makan kalau tidak disuapi oleh ibunya walau sebenarnya dia sudah masuk sekolah menengah pertama dan dia pun tidak pernah membantu pekerjaan rumah sedikitpun walau hanya sekedar mengepel lantai. Hingga suatu saat ibunya jatuh sakit dan kembali pada sang maha kuasa. Memang pada saat itu Ana sangat terpukul atas kepergian ibunya itu akan tetapi setelah itu Ana mulai menjadi lebih mandiri. Dia tidak lagi harus di suapi ketika mau makan dan lebih dari itu, dia mau mebantu membersihkan rumah dan menjadi koki andalan dirumahnya. Dia tumbuh menjadi gadis yang sangat mandiri dan tidak pernah bergantung pada siapaun lagi.



2.      Alya, seorang gadis yang mulai beranjak dewasa. Seperti gadis yang baru mengalami masa puberitas, dia pun mulai mengenal cinta. Walau cintanya itu di bilang cinta monyet tapi Alya sangat mencintai kekasihnya itu. Hingga suatu ketika sang kekasih harus pergi untuk meneruskan sekolahnya. Hatinya patah, sakit dan sangat terpukul menerima kenyataan itu. Akan tetapi seiring berjalannya waktu rasa sakitnya hilang dan kini ia lebih menundukan pandangannya dan diapun mengenakan pakaian takwa serta memfokuskan dirinya pada kegiatan dakwah dan menuntut ilmu.

Dari kisah ini kita bisa mengambil pelajaran yang berharga bahwa Allah memberikan apa yang kita butuhkan bukan apa yang kita inginkan. Karna bisa jadi hal yang kita inginkan belum tentu baik bagi kita. Maka hendaknya kita selalu bersyukur dengan apa yang diberikan Allah pada kita.

Mungkin bila ibunya panjang umur Ana akan tetap tumbuh menjadi anak manja dan tidak pernah belajar untuk mandiri. Begitupun dengan Alya, munkin bila kekasihnya tetap berada disampingnya Alya akan terjerumus pada pergaulan bebas anak remaja saat ini dan mungkin dia tidak akan menjadi seorang muslimah yang taat.

Oleh karena itu adakalanya kita perlu berterima kasih pada orang-orang yang meninggalkan kita karna dengan itu kita akan menjadi lebih dewasa serta mandiri dan bisa jadi karna kepergiannya membawa kita kepada jalan menuju ketaatan.

Laa tahzan

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...