Sabtu, 05 Maret 2011

Kebenaran yang relatif


Oleh : Abdurrahman MBP


Sebagai manusia kita tidak bisa merasa diri paling benar. Segala yang menjadi keyakinan kita berasal dari pengalaman dan pengetahuan yang kita dapat dari lingkungan tempat kita berinteraksi. Hasil interaksi inilah yang kita anggap sebagai sebuah kebenaran hakiki. Anda bisa membayangkan berapa milyar manusia yang hidup dalam situasi dan kondisi lingkungan yang berbeda, apakah mereka juga meyakini adanya kebenaran hakiki? tentu anda akan menjawab ya ! karena mereka hanya memahami diri mereka sendiri tanpa pernah berfikir bagaimana orang lain itu berfikir. Seharusnyalah kita sebagai manusia lebih terbuka dalam menerima segala yang dari luar sehingga kita kan bisa untuk memahami apa sebenarnya kebenaran hakiki itu.
Sebagian orang yang menganggap bahwa kebenaran yang dia pegang adalah sebuah kebenaran mutlak cenderung kepada sikap menyalahkan orang lain, sehingga setiap apa yang datang dari luar yang bertentangan dengan pendapatnya dianggap salah, hal ini tentu sangat berbahaya jika dibiarkan mengingat bahwa pemahaman manusia tentang  sesuatu hal itu sangat terbatas. Lalu bagaimana cara kita mendapatkan kebenaran yang hakiki?. Sebuah keyakinan bahwa ada Al-Haq (Yang Maha Benar )  menjadi awal bagi kita menuju kebenaran hakiki. Alqur’an menyebutkan “ Segala kebenaran itu datang dari Rabb kalian “ QS Al-Baqoroh : 147 ).   Ayat ini adalah dasar bahwa kebenaran itu ada namun bukan berada pada manusia, segala kebenaran adalah yang disandarkan yang kepada Yang Maha Benar yaitu sang Pencipta Alloh ta’ala.
Baik.... itu sumber kebenaran lalu bagaimana kita bisa memandang bahwa sebuah perkara itu benar ?. Sebuah ayat menjelaskan kepada kita secara rinci “ Apa-apa yang datang dari Rasul maka laksanakanlah“ QS Al-Hasr : 7. Pada dasarnya tidak ada perbedaan antara apa yang datang dari Rosul berupa hadits dan juga Al-Qur’an karena sumbernya satu dari Yang Maha Benar.
Dari penjelasan singkat diatas dapat kita pahami  bahwa kebenaran itu adalah segala yang datang Yang Maha Benar dan orang yang selalu benar dan dibenarkan (Rosululloh) (HR Bukhory).  Selain itu adalah kebenaran relatif. Kebenaran relatif adalah kebenaran yang hanya didasarkan kepada pendapat manusia yang hanya berdasar pada logika dan pikiran belaka. Karena itu jika kita berkeyakinan sesuatu itu benar, haruslah didasarkan oleh wahyu Yang Maha Benar.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...