Rabu, 09 Maret 2011

Pasrah dalam Praktik


Oleh : Abu Aisyah

Manusia adalah makhluk yang sangat unik, ia memiliki hati dan perasaan yang membedakan dengan makhluk lainnya. Dengan hati inilah manusia mampu memahami firman Allah ta’ala yang tertera dalam Al-Qur’an yang mulia. Hati manusia ibarat seorang raja yang keadaannya sangat menentukan bagi anggota tubuh lainnya. Sebagai contoh seseorang yang hatinya senantiasa dijaga dari berbagai subhat dan syahwat niscaya anggota tubuh lainnya akan baik dan selaras dengan hatinya tersebut. Sebaliknya seseorang yang memiliki hati penuh dengan subhat dan syahwat maka perilakunya akan cenderung kepada perbuatan kemaksiatan.
Pasrah adalah salah satu dari amalan hati yang seringkali manusia melalaikan tentangnya. Pasrah dalam bahasa agama adalah tawakal, sebagaimana firmanNya :
وَلَئِن سَأَلْتَهُم مَّنْ خَلَقَ السَّمَاوَاتِ وَاْلأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللهُ قُلْ أَفَرَءَيْتُم مَّاتَدْعُونَ مِن دُونِ اللهِ إِنْ أَرَادَنِيَ اللهُ بِضُرٍّ هَلْ هُنَّ كَاشِفَاتُ ضُرِّهِ أَوْ أَرَادَنِي بِرَحْمَةٍ هَلْ هُنَّ مُمْسِكَاتُ رَحْمَتِهِ قُلْ حَسْبِيَ اللهُ عَلَيْهِ يَتَوَكَّلُ الْمُتَوَكِّلُونَ
Dan sungguh jika kamu bertanya kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?", niscaya mereka menjawab: "Allah." Katakanlah: "Maka terangkanlah kepadaku tentang apa yang kamu seru selain Allah, jika Allah hendak mendatangkan kemudharatan kepadaku, apakah berhala-berhalamu itu dapat menghilangkan kemudharatan itu, atau jika Allah hendak memberi rahmat kepadaku, apakah mereka dapat menahan rahmatNya?. Katakanlah: "Cukuplah Allah bagiku." Kepada-Nyalah bertawakkal orang-orang yang berserah diri. QS Az-Zumar : 38
Bertawakal berarti menyerahkan sepenuhnya segala sesuatu kepada Allah ta’ala saja. Karena Dialah yang mengatur dan menciptakan semua keadaan yang ada pada manusia, maka kewajiban manusia adalah mengimaninya.
Hanya saja seringkali sikap pasrah kurang mencapai essensinya, ada dua pemahaman mengenai sikap pasrah ini. Pertama, mereka yang terlalu mengandalkan logika sehingga seolah-olah semua takdirNya ditentukan oleh kehendak manusia. Sementara kelompok kedua begitu percaya bahwa manusia hanya menuruti seluruh kehendak Allah ta’ala.
Inilah yang menjadi pondasi dasar dalam pelaksanaan tawakal (pasrah) kepada Allah ta’ala. Pasrah adalah menyerahkan sepenuhnya kepada Allah ta’ala, namun bukan berarti kita sebagai manusia tidak memiliki kehendak untuk berbuat. Allah ta’ala berfirman :
لِمَن شَآءَ مِنكُمْ أَن يَسْتَقِيمَ {28} وَمَاتَشَآءُونَ إِلآَّ أَن يَشَآءَ اللَّهُ رَبُّ الْعَالَمِينَ {29}
….(yaitu) bagi siapa di antara kamu yang mau menempuh jalan yang lurus, Dan kamu tidak dapat menghendaki (menempuh jalan itu) kecuali apabila dikehendaki Allah, Tuhan semesta alam. QS At-Takwir : 28-29.
Inilah inti dari tawakal (pasrah), ia berarti menyerahkan sepenuhnya kepada Allah ta’ala dengan tetap berusaha untuk melakukan yang terbaik untukNya. Adapun dalam prakteknya berarti meyakini dan mengimani bahwa semua hal yang menimpa kita adalah takdirNya dan itulah yang terbaik untuk kita. Apapun yang menimpa kita, jika itu sudah terjadi maka itulah yang terbaik dan itulah takdirNya maka serahkan semuanya hanya kepadaNya. Percayalah bahwa Allah itu sayang dengan hamba-hambaNya sehingga tidak mungkin akan memberikan mudharat. Adapun jika suatu musibah menimpa kita itu hanyalah di mata manusia karena di sisi Allah adalah sebagai sarana untuk menghapukan daosa-dosa seorang hamba.
Pasrah adalah keyakinan total atas semua yang menimpa kita adalah takdirNya, maka serahkanlah semuanya hanya kepadaNya, tentunya dengan tetap berdoa dan berusaha melakukan yang terbaik untuk kita. Wallahu A’lam.   


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...