Kamis, 28 April 2011

The Great Writer Series : Imam Al Hakim



1.Nama, Silsilah Keturunan, dan Kelahirannya
       Dia adalah Al Hafizh Muhammad bin Abdullah bin Hamdawaih bin Nu’aim bin Al Hakim, Abu Abdillah Adh-Dhabi Ath-Thahmani An-Naisaburi Asy-Syafi'i. Dia terkenal dengan (sebutan) Ibnu Al Bayyi’. Dia lahir di Naisabur pada hari Senin, 3 Rabiul Awwal, tahun 321 H.

2.Perjalanannya dalam Menuntut Ilmu
        Al Hakim menuntut ilmu sejak kecil dengan dukungan ayah dan pamannya. Pertama kali dia menyimak hadits pada tahun 330 H. Dia minta didiktekan kepada Abu Hatim bin Hibban pada tahun 334 H, ketika dia berusia 13 tahun.
        Dia mendapatkan sanad-sanad ‘aali (sanad yang dekat dengan Rasulullah atau jumlah periwayatnya lebih sedikit dibanding dengan sanad yang lain-ed) di Khurasan, Irak, dan negeri-negeri di belakang sungai. Dia mendengar dari sekitar 2000 syaikh. Di Naisabur, dia mendengar dari 1000 syaikh, lalu pergi ke Irak pada usia 20 tahun. Dia tiba di sana beberapa saat setelah Ismail Ash-Shaffar meninggal dunia.
      Al Hakim meriwayatkan hadits dari ayahnya yang pernah melihat Imam Muslim (pengarang kitab Ash-shahih), juga dari Muhammad bin Ali Al Mudzakir, Muhammad bin Ya’qub Al Asham, Muhammad bin Ya’qub Asy-Syaibani bin Al Akhram, Muhammad bin Ahmad bin Balawaih Al Jallab, Abu Ja’far Muhammad bin Ash-Shaffar, dua teman Hasan bin Arafah (yaitu Ali bin Al Fadhl As-Saturi dan Ali bin Abdullah Al Hakimi), Ismail bin Muhammad Ar-Razi, Muhammad bin Al Qasim Al Ataki, Abu Ja’far Muhammad bin Muhammad bin Abdullah Al Baghdadi Al Jamal, Muhammad bin Al Mu`ammal Al Masarjasi, Muhammad bin Mahbub (seorang ahli hadits negeri Marwa), Abu Hamid Ahmad bin Ali bin Hasnawaih, Hasan bin Ya’qub Al Bukhari, Qasim bin Qasim As-Sayyari, Abu Bakar Ahmad bin Ishaq Ash-Shibghi, Ahmad bin Muhammad bin Abdus Al Anazi, Muhammad bin Ahmad Ash-Shairafi, Abu Al Walid Hassan bin Muhammad Al Faqih, Abu Ali Al Husain bin Ali An-Naisaburi Al Hafizh, Hajib bin Ahmad Ath-Thusi (akan tetapi dia tidak mendengar darinya), Ali bin Hamsyad Al Adl, Muhammad bin Shalih bin Hani, Abu An-Nadhr Muhammad bin Muhammad Al Faqih, Abu Amr Utsman bin Ahmad Ad-Daqqaq Al Baghdadi, Abu Bakar An-Najjad, Abdullah bin Darastawaih, Abu Sahal bin Ziyad, Abdul Baqi bin Qani’, Abdurrahman bin Hamdan Al Jallab (syaikhnya Hamadzan), Husain bin Hasan Ath-Thusi, Ali bin Muhammad bin Muhammad bin Uqbah Asy-Syaibani, Muhammad bin Hatim bin Huzaimah Al Kasyi seorang syaikh yang mengaku pernah bertemu dengan Abd bin Humaid dan ulama-ulama lainnya. Al Hakim juga meriwayatkan dari Abu Thahir Az-Zabadi dan Qadhi Abu Bakar Al Jiri.
            Adapun mereka yang meriwayatkan hadits dari Al Hakim adalah: Ad-Daraquthni (yang juga termasuk salah seorang gurunya), Abu Al Fath bin Abu Al Fawaris, Abu Al Ala` Al Wasithi, Muhammad bin Ahmad bin Ya'qub, Abu Dzar Al Harawi, Abu Ya'la Al Khalili, Abu Bakar Al Baihaqi, Abu Al Qasim Al Qusyairi, Abu Shalih Al Muadzin, Zaki Abdul Hamid Al Bahiri, Mu`ammal bin Muhammad bin Abdul Wahid, Abu Al Fadhl Muhammad bin Ubaidillah Ash-Sharram, Utsman bin Muhammad Al Mahmi, Abu Bakar Ahmad bin Ali bin Khalaf Asy-Syirazi, dan masih banyak lagi yang lain.
       Dia belajar riwayat kepada Ibnu Al Imam, Muhammad bin Abu Manshur Ash-Sharram, Abu Ali bin An-Naqqar (ahli qira`at Kufah), dan Abu Isa Bakkar (ahli qira`at Baghdad).
      Dia belajar fikih kepada Abu Ali bin Abu Hurairah, Abu Al Walid Hassan bin Muhammad, dan Abu Sahal Ash-Sha'luk.
      Dia belajar bidang-bidang hadits kepada Abu Ali Al Hafizh, Al Ja'abi, Abu Ahmad Al Hakim, Ad-Daraquthni, dan yang lain.
        Di antara guru-gurunya ada yang mengambil hadits darinya, yaitu Abu Ishaq Al Muzakki dan Ahmad bin Abu Utsman Al Hairi.
       Al Hakim juga mempunyai teman dari pembesar kalangan sufi, yaitu Ismail bin Nujaid, Ja’far Al Khaladi, dan Abu Utsman Al Maghrib.

Pujian Ulama terhadap Al Hakim
Banyak ulama yang memuji Abu Abdillah Al Hakim. Inilah komentar sebagian ulama tentang Al Hakim:
            Al Khathib berkata, “Dia termasuk orang yang terhormat, berilmu, berwawasan luas, dan ahli hadits. Dia banyak mengarang buku-buku tentang hadits.”
Al Khathib lalu berkata, “Dia adalah orang yang tsiqah (terpercaya).”
            Abdul Ghafir bin Ismail berkata, “Dia pemimpin ahli hadits pada masanya, dan benar-benar pakar di dalamnya.”
Dia melanjutkan, “Rumahnya adalah rumah kebaikan, wara’, dan ilmu dalam Islam.”
Dia juga berkata, “Dalam karya-karyanya yang terkenal, dia menyebutkan nama guru-gurunya.”
            Dia juga berkata, “Aku pernah mendengar guru-guru kami menyebut-nyebut saat-saat hidupnya. Mereka menuturkan bahwa para seniornya yang semasa dengannya, seperti Abu Sahal Ash-Sha'luki, Imam Ibnu Faurak, dan Imam-Imam lainnya telah mengutamakannya atas diri mereka. Mereka benar-benar mengakui kelebihannya dan menghormatinya."
        Muhammad bin Thahir Al Hafizh berkata, "Aku pernah bertanya kepada Mas’ad Az-Zanjani Al Hafizh di Makkah, 'Ada empat ahli hadits yang hidup sezaman, lalu siapakah di antara mereka yang paling ahli'?” Ia balik bertanya, 'Siapa saja mereka?' Aku menjawab, 'Ad-Daraquthni di Baghdad, Abdul Ghani di Mesir, Abu Abdillah bin Mandah di Asfahan, dan Abu Abdillah Al Hakim di Naisabur'. Dia pun terdiam, lalu berkata, Ad-Daraquthni adalah orang yang paling mengetahui ilal, Abdul Ghani adalah orang yang paling mengetahui nasab, Ibnu Mandah adalah orang yang paling banyak haditsnya dengan pengetahuan yang sempurna, sementara Al Hakim adalah orang yang paling bagus karyanya'.”
Adz-Dzahabi berkata, “Dia seorang Imam ahli hadits, kritikus, sangat pandai, dan syaikhnya para muhaddits.
Dia juga berkata, “Seorang ulama besar dan Imamnya para periwayat hadits.
Ibnu Katsir berkata, “Dia seorang ahli agama, orang yang dapat dipercaya, dapat menjaga diri, teliti (kuat hapalannya), objektif, dan wara’.
Khalil bin Abdullah Al Hafizh berkata, “Dia (Al Hakim) berdiskusi dengan Ad-Daraquthni dan suka dengannya. Dia orang yang tsiqah dan luas ilmunya. Karyanya hampir mencapai 500 juz.”
Dia berkata, "Aku pernah bertanya kepadanya, lalu dia menjawab, 'Jika kamu mempelajari bab tertentu, maka kamu harus memeriksanya lagi, karena usiaku telah tua'. Ternyata aku mendapati segala hal yang disampaikannya seperti lautan (lantaran sangat luasnya ilmunya).
As-Sam’ani berkata, “Dia salah seorang yang memiliki kelebihan dan berilmu, berpengetahuan, dan seorang ahli hadits. Dia banyak memiliki karya yang bagus dalam ilmu hadits dan ilmu-ilmu lainnya.”
Ibnu Khalkan berkata, “Dia seorang Imam hadits pada masanya dan penulis kitab-kitab yang belum pernah dikarang sebelumnya. Dia orang yang memiliki ilmu yang luas.
Ibnu Nashirudin berkata, “Dia orang yang shaduq (jujur).”
As-Subki berkata, “Dia adalah Imam yang mulia dan ahli hadits yang mumpuni, bahkan para ulama menyepakati hal tersebut.”
Karya-Karya Ilmiahnya
       Al Hakim meninggalkan banyak karya yang bermanfaat, yang belum pernah dikarang sebelumnya, sebagaimana dikatakan oleh Ibnu Khalkan. Di antaranya adalah:
1.         Al Arba’in.
2.         Al Asma` Wa Al Kuna
3.         Al Iklil fi Dalail An-Nubuwwah.
4.         Amali Al ’Asyiyyat.
5.         Al Amali.
6.         Tarikh Naisabur.
7.         Ad-Du’a.
8.         Su`alat Al Hakim li Ad-Daraquthni fi Al Jarh wa At-Ta’dil.
9.         Su`alat Mas’ud As-Sajzi li Al Hakim.
10.     Adh-Dhu’afa’.
11.     Ilal Al Hadits.
12.     Fadhail Fathimah.
13.     Fawa`id Asy-Syuyukh.
14.     Ma Tafarrada bihi Kullun min Al Imamain.
15.     Al Madkhal ila ’Ilmi Ash-Shahih.
16.     Al Madkhal ila Ma’rifati Al Mustadrak.
17.     Muzakki Al Akhbar.
18.     Mu’jam Asy-Syuyukh.
19.     Al Mustadrak ala Ash-Shahihain (kitab Ini).
20.     Ma’rifah Ulum Al Hadits.
21.     Al Ma’rifah fi Dzikri Al Mukhadhramin.
22.     Maqtal Al Husain.
23.     Manaqib Asy-Syafi'i.

Wafatnya
Abu Abdillah Al Hakim wafat setelah meninggalkan karya-karya ilmiahnya kepada kita yang sangat bernilai.
As-Subki berkata dalam Thabaqat Asy-Syafi’iyyah, “Benar dia wafat pada tahun 405 H. Namun ada yang mengatakan tahun 403 H.”


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...