Kamis, 07 April 2011

Jiwa VS Nafsu


Oleh : Abu Aisyah

Secara bahasa an-nafs berarti jiwa atau ruh, dalam arti yang lebih luas ia juga bermakna jasad, badan atau tubuh.  Dalam bahasa Indonesia kata nafsu lebih ke arah keinginan yang bersifat negative yang kita kenal dengan hawa nafsu. Sementara jiwa dikenal dengan ruh yang bersifat immaterial. Merujuk pada pemahaman bahasa Arab maka sebenarnya pengertian nafsu adalah gabungan antara jiwa dan raga yang dalam bahasa Indonesia adalah dua materi yang berbeda.
Jika demikian bagaimana memahami ayat berikut ini ?         
وَمَآأُبَرِّئُ نَفْسِي إِنَّ النَّفْسَ لأَمَّارَةٌ بِالسُّوءِ إِلاَّ مَارَحِمَ رَبِّي إِنَّ رَبِّي غَفُورٌ رَّحِيمٌ
Dan aku tidak membebaskan diriku (dari kesalahan), karena sesungguhnya nafsu itu selalu menyuruh kepada kejahatan, kecuali nafsu yang diberi rahmat oleh Tuhanku. Sesungguhnya Tuhanku Maha Pengampun lagi Maha Penyanyang. QS Yusuf : 53.
Inilah ucapan Nabi Yusuf yang mulia, ketika beliau “disidang” karena dituduh melakukan tindakan mesum dengan tuannya.  Apa yang dimaksud dengan “nafsu” dalam ayat ini? Apakah ia bermakna jiwa atau jiwa dan raga?
Dalam kisah ini Nabi Yusuf 'Alaihi Salam menyadari dan mengaku bahwa dirinya walaupun dalam kasus ini beliau berada di pihak yang benar namun beliau juga memahami (ma'rifatun nafsi) bahwa dirinya tidak bisa lepas dari kesalahan. Dalam hal ini jiwanya sebagai seorang lelaki sejati juga memiliki “rassa” terhadap lawan jenisnya. Tentu saja ini adalah fitrah yang ada pada setiap diri manusia. Perbedaannya adalah pada bagaimana ia bisa mengendalikannya.  Pengendalian nafsu (dalam hal ini hawa) pada diri beliau tentu saja melebihi dari manusia kebanyakan, sebagai seorang nabi beliau memiliki keistimewaan terutama dalam hal mengarahkan hawa nafsunya. Beliau tetap menjaga kesuciannya walaupun “rasa” itu ada.
Pengendalian terhadap hawa nafsu adalah kunci dalam meraih kebahagiaan hakiki. Hawa nafsu, adalah keinginan atau kehendak negatif yang ada pada jiwa dan raga manusia untuk melakukan hal-hal yang melanggar syariatNya. Sebagaimana disitir oleh Nabi Yusuf, maka sesungguhnya hawa jiwa (baca = hawa nafsu) memang selalu mengajak kepada perilaku keburukan. Apakah anda juga sedang belajar mengendalikan hawa nafsu? Saya juga sedang belajar.   

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...