Sabtu, 30 April 2011

Remaja Juga Pengin Masuk Surga




Sesungguhnya kebutuhan manusia akan ibadah kepada Allah, adalah perkara yang fitrah dan konstan; yaitu apa yang dirasakan manusia khususnya ketika dia merasa berdosa, atau dalam keadaan susah dan berbahaya, maka dia menghadap kepada Allah, penciptanya, untuk memecahkan kesusahannya dan menghilangkan kesusahannya, sungguh Allah telah menggambarkan keadaan orang-orang kafir ketika dalam kesusahan, bahwasanya mereka menghadap kepada Allah semata-mata dan berdoa dengan sepenuh hati; Allah Taala berfirman:

Katakanlah: "siapakah yang dapat menyelamatkan kamu dari bencana di darat dan di laut, yang kamu berdoa kepadanya dengan berendah diri dan dengan suara yang lembut (dengan mengatakan): "sesungguhnya jika dia menyelamtkan kami dari (bencana) ini, tentulah kami menjadi orang yang bersyukur".Katakanlah: "Allah menyelamatkan kamu dari bencana itu dan dari segala macam kesusahan, kemudian kamu kembali mempersekutukannya."[1]

Allah Taala berfirman:

Tidakkah kamu memperhatikan bahwasanya sesungguhnya kapal itu berlayar di laut dengan ni'mat Allah, supaya diperlihatkannya kepadamu sebagian sebagian dari tanda-tanda (kekuasaan)nya. Sesungguhnya pada yang demikian itu benar-benar terdapat tanda-tanda bagi semua orang yang sangat sabar lagi banyak bersyukur. Dan apabilah mereka dilamun ombak besar seperti gunung, mereka menyeru Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya. Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka sampai di daratan, lalu sebagian mereka tetap menempu jalan yang lurus dan tidak ada yang mengingkari ayat-ayat kami selain orang yang tidak setia lagi ingkar.[2]

Sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah S.A.W.bahwasanya bayi yang lahir dilahirkan dalam keadaan suci, atau pada aqidah tauhid, serta cenderung kepadanya dan menghadapkan dirinya kepada yang menciptakannya dan menjadikannya ada setelah tidak ada, tidak mensyarikatkan dengannya (sesuatu), dan tidak menyembah selainnya. Akan tetapi lingkungan dimana dia dididik, bukan berasal dari kejiwaan dan karakternya, lingkungan yang memalingkan anak dari fitrah ke kanan ataupun ke kiri. Dari Abu Hurairah semoga Allah meridhoinya, dia berkata: Rasulullah S.A.W.bersabda: tidaklah seorang anak dilahirkan kecuali dilahirkan dalam keadaan suci[3] maka kedua orang-tuanyalah yang menjadikan dia yahudi atau nasrani sebagaimana hewan yang sempurna melahirkan anak yang selamat tanpa cacat, maka apakah kamu merasakan adanya cacat. Dan pada riwayat yang lain sampai kalian menjadikannya cacat[4]
     Pada diri remaja, pada beberapa kesempatan ada kecenderungan religius dan kecenderung banyak pemikiran dan penghayatan.
     Telah kita kemukakan bahwasanya pemikiran remaja yang istemewa, menjadikannya bertanya-tanya tentang permasalahan-permasalahan alam dan kejiwaan dan tentang permulaan (penciptaan) manusia serta tujuannya, dan bertumpuk padanya banyak pertanyaan seputar hal ini. Begitupula perasaanya labil dan peka; dia itu banyak merasa takut, banyak harapan, cepat merasa berdosa dan sensitif terhadap kelemahan, terkadang dia cenderung ke mesjid, menjaga shalat lima waktu dan shalat sunnat, memperbanyak doa, wirid dan zikir, mengasihi orang fakir, orang lemah dan orang yang dizalimi, cenderung untuk membantu dan menanggung kebutuan-kebutuhan mereka dan berhasrat untuk melakukan pekerjaan sukarela, saling membantu dan pekerjaan jamaah. Medan jihad menarik dan memikatnya, serta mengisi relung hatinya, karena didalamnya ada pameran kekuatan, kepahlawanan dan pengorbanan, karena jihad mengandung pembelaan kebenaran, kebebasan, keadilan serta menghilangkan kezaliman dan juga Karena didalmnya ada parade, gerakan dan petualangan.
     Kesemuanya ini menunjukkan kecenderungan-kecenderungan remaja yang kuat untuk beragama dan beribadah, dalam bentuk yang berbeda-beda/beragam dan merupakan  perkara yang dipahami oleh kebanyakan bapak, ibu dan pendidik pada (diri) remaja.
     Tabiat dan kecenderungan ini telah banyak diketengahkan oleh penelitian-penelitian kejiwaan dikalangan remaja, pria maupun wanita di Negara yang berbeda[5] yang demikian itu ada pada remaja, pria dan wanita secara keseluruhan, khususnya pada beberapa keadaan,[6] sebagaimana yang telah kita kemukakan, kecenderungan ini adalah perkara yang sejalan dengan fitrah, disokong oleh kematangan akal dan wawasan yang diperoleh remaja serta digelorahkan oleh emosinya yang meluap dan perasaannya yang sensitif.
     Jika kebutuhan ini ada, dimana remaja merasa berdosa maka dia membutuhkan taubat dan ampunan. merasa lemah maka dia membutuhkan sandaran dan kekuatan.  merasa lalai dan lupa maka dia membutuhkan peringantan dan nasehat. Merasakan kekosongan jiwa maka dia membutuhkan arti dan falsafah kehidupan. Merasa terdesak oleh keingin-tahuan tentang kehidupan, alam dan jiwa, maka dia membutuhkan jawaban yang mengobati (keingin tahuannya), jika kebutuhan ini ada, maka kenapa pendidik tidak berusaha untuk mengarahkan dan memenuhinya?
     Kenapa mereka tidak bersegerah untuk menghilangkan dahaga remaja dan mengembangkan kesiapan-kesiapan mereka, agar mendapat mamfaat darinya?
     Sungguh metode pendidikan Islam menghilangkan dahaga orang yang haus dan menyembuhkan penyakit melalui ritual dan kegiatan-kegiatan peribadatan: aqidah, perkataan dan perbuatan yang memenuhi, mengembangkan dan mengatur perimintaan-permintaan ini. Kita tidak perlu untuk memperdalam model dan kegiatan-kegiatan yang mungkin diterapkan pendidik untuk menumbuhkan masalah ini dikalangan remaja, serta mengokohkan langkah mereka; karena hal itu merupakan sisi yang paling jelas dalam tarbiyah Islamiyah/pendidikan Islam. Kita kemukakan secara ringkas hanya sekedar contoh, bukan membatasi dimensi dan kegiatan-kegiatan yang disyariatkan Islam pada permasalahan ini, kita kemukakan beberapa syarat, persiapan-persiapan penting, yang sewajarnya diperhitungkan, ketika menumbuhkan dimensi ibadah dikalangan remaja.




    
KESEMPATAN DAN KEGIATAN-KEGIATAN:

  1. Menjaga dan menunaikan shalat wajib, pada waktu yang telah ditentukan syariat.
  2. Menunaikan shalat sunnah nafilah dan rawatib.
  3. Membaca dan mendenganrkan Al-qur'an.
  4. Wirid, zikir pagi dan sore dan kesempatan-kesempatan lain dengan menghayati arti dan tujuan-tujuannya.
  5. Mendatangi tempat-tempat pengajian, zikir dan kisah-kisah nyata yang berkesan.
  6. Haji dan umrah bersama teman yang shaleh.
  7. Melakukan perbuatan sukarela yang mempunyai pengaruh rohani yang berkesan, seperti:

a) Mengunjungi orang sakit
b) Ziarah kubur.
c) Mengunjungi orang shaleh yang berilmu dan wara'.
d) Menghafal Al-qur'an.
e) Mengingat mati dan setelahnya.
f) Majelis-majelis ilmiyah di mesjid.

  1. Minta ampunan (Allah) serta bertaubat.

terdapat syarat-syarat dan persiapan-persiapan yang memberi andil dalam menumbuhkan dimensi ibadah di kalangan remaja, serta membantu untuk memudahkan pendidikan/tarbiyah, diantaranya:

  1. Hendaknya (dalam) memotivasi dan mengarahkan remaja kepada sisi(ibadah), secara spontanitas/menyenangkan dan sebisa munkin dengan cara tidak langsung; karena remaja sensitif terhadap metode-metode yang langsung dan mendikte dan menonjol dengan (sifat) bebas dan percaya diri dan terkadang membangkang.
  2. Berdialog (dengan) akal dan pemikiran-pemikiran remaja disamping emosi dan perasaannya; karena melihat remaja menonjol dengan keterbukaan akal, kemampuan logika, dan vitalitas fikiran, dia rindu untuk berdialog secara emosi dan perasaan  yang diselingi dengan tukar fikiran; hal ini adalah metode-metode qur'aniyah pada banyak tempat ketika mengarahkan manusia kepada beragama dan beribadah kepada Allah.
  3. Hendaklah pendidik memulai dengan mendiskusikan permasalahan ini dan mengarahkan untuk melaksanakan dengan segera, (yaitu) bersamaan dengan datangnya permulaan masa remaja atau setelahnya.
     Beberapa penelitian kejiwaan menetapkan, bahwasanya kesiapan remaja untuk menerima (pendapat), berdiskusi, dan meminta petunjuk orang dewasa lebih besar pada awal-awal masa remaja, yaitu pada umur tiga belas, empat belas dan lima belas tahun dan penerimaan (pendapat) berkurang dan kebebasan diri bertambah setelah itu.
  1. Memberdayakan kemampuan remaja dalam menghayati, bertanya dan berfikir seputar alam, jiwa dan kehidupan.
  2. Memamfaatkan kondisi lemah dan sulit, kesusahan dan musibah, ketika pendidikan/tarbiyah ibadah; remaja mempunyai belas kasih yang meluap, perasaan yang rapuh, dia itu lemah kamampuan, sedikit pengalaman, butuh kekuatan dan pelindung, butuh untuk mengenal kekuasaan tuhan serta untuk berlindung kepada Allah dalam kesulitan dan kesusahan.



[1] Surat Al-An'am ayat 63-64
[2] Surat Luqman ayat 31-32
[3]  Pada satu riwayat dikatakan " dan dalam agama ini"
[4]  Hadits diriwayatkan oleh Muslim.
[5]  Ibrahim Qasyqusy, Sikolojiyah Al-Murahaqah, halaman 375
[6]  Seperti dalam keadaan sendiri dan sepi, dalam posisi bingung terhadap kerabat atau orang yang dicintai.

1 komentar:

Please Uktub Your Ro'yi Here...