Selasa, 10 Mei 2011

Bukan Sekadar Nama !

Oleh : Bambang Sahaja


Sudah menjadi hal yang lumrah manakala sebuah kelompok dakwah mempunyai nama dan sebutan tersendiri. Nama tersebut terkadang dinisbatkan kepada pendiri dari kelompok tersebut, sebagian yang lain dinisbatkan kepada sesuatu yang menjadi ciri khasnya.
Pemberian nama suatu kelompok dakwah terkadang dibuat oleh anggota kelompok tersebut, namun terkadang pula diberikan oleh lawan-lawan dari kelompok tersebut.
Apakah penamaan tersebut tidak diperbolehkan? sejauh mana penamaan ini berpengaruh dengan kelompoknya? apakah hanya dari sebuah nama dapat dikatakan suatu kelompok sesat atau selamat?
Nama adalah cermin dari pemiliknya, bahkan Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam mengubah nama orang-orang yang bermakna jelek menjadi nama yang bermakna baik.
Lalu apa hubungannya dengan kelompok-kelompok dakwah yang ada, apakah nama tersebut mempengaruhi? benar, Islam memberikan jalan bagaimana setiap kelompok haruslah selalu menyandarkan atau menisbatkan setiap nama kelompoknya kepada Islam, bahkan sebelum itu Allah telah memberikan nama itu kepada kita :
هُوَ سَمَّاكُمُ الْمُسْلِمِينَ مِنْ قَبْلُ وَفِي هَذَا لِيَكُونَ الرَّسُولُ شَهِيدًا عَلَيْكُمْ وَتَكُونُوا شُهَدَاءَ عَلَى النَّاسِ
Dia (Allah) telah menamai kamu sekalian orang-orang muslim dari dahulu, dan (begitu pula) dalam (Al Qur'an) ini, supaya Rasul itu menjadi saksi atas dirimu dan supaya kamu semua menjadi saksi atas segenap manusia. QS Al-Hajj ayat 78.
Allah ta'ala telah memberi nama umat Islam ini dengan sebutan muslim atau muslimin, maka seseorang atau suatu kelompok yang menisbatkan diri kepada sesuatu yang tidak ada dasarnya maka itu adalah tertolak. Bagaimana dengan nama-nama kelompok dakwah yang ada saat ini?
Islam tidak memberikan suatu nama kepada setiap kelompok tanpa adanya dalil, baik dari Al-Qur'an maupun As-Sunnah, sehingga tidaklah mengapa memberikan nama kepada suatu kelompok dengan syarat ada nash yang menyebutkannya atau yang menunjukannya.
Sebagai fungsi nama bagi seseorang, maka fungsi dari nama bagi suatu kelompok adalah sebagai ciri dan pengenal bagi orang-orang awam. Suatu kelompok dakwah yang berada di atas kebenaran tidak mungkin memberikan nama dengan sesuatu yang jelek. Maka di sini peran nama sangat penting dalam membimbing masyarakat kepada jalan Islam.
Dalam Islam ada beberapa nama atau sebutan bagi kelompok yang selalu berada di atas syari'ahNya, diantaranya adalah :
1.      Ahlu Sunnah
Kenapa mereka disebut Ahlu Sunnah? karena mereka berpegang teguh kepada sunnah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam. Penamaan ini disandarkan kepada sebuah hadits Nabi, di mana beliau bersabda :
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِي وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الرَّاشِدِينَ الْمَهْدِيِّينَ
Maka hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnahku dan sunnah khulafa Ar-rasyidin yang mendapatkan petunjuk. HR Abu Daud, Ahmad, Ibnu Majah dan yang lainnya.
      Ahlu sunnah berarti kelompok yang selalu berada di atas  sunnah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam. Mereka berpegang teguh kepadanya di dalam segala aspek kehidupan beragamanya.
Sehingga siapa saja yang berada di atas jalannya berarti dia adalah Ahlu Sunnah, hal ini untuk membedakan dengan kelompok-kelompok sesat yang tidak mau beragama dengan sunnah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam. Mereka adalah kelompok yang sesat.
Bagaimana dengan realita yang ada di masyarakat? sejatinya penamaan ini tidaklah mengharuskan bagi setiap kelompok untuk memberikan nama dengan nama ini, hanya saja, ketika suatu kelompok berada di atas sunnah Nabi maka dia adalah Ahlu Sunnah walaupun ia berada di organisasi kemasyarakatan semisal NU atau Muhamadiyyah. Selama prinsip-prinsip dari Ahlu Sunnah dipegang teguh maka ia tetaplah Ahlu Sunnah, karena nama dari suatu organisasi masyarakat tidaklah berkaitan langsung dengan penisbatan kepada masalah-masalah agama.
Penamaan nama yang sinonim dengan Ahlu Sunnah adalah Ahlu Al-Hadits dan Ahlu Al-Atsar. Sebagaimana Ahlu Sunnah mereka dikatakan ahlu al-hadits karena mereka selalu konsisten dengan hadits Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam. Seperti yang disebutkan dalam salah satu haditsnya Rasulullah bersabda :
ما انا عليه يوما وأصحابي
Apa-apa yang aku dan shahabatku berada di atasnya. HR. Muslim     
Di manakah Rasulullah dan sahabatnya berada? mereka berada di atas pondasi Islam yang kokoh dengan bimbingan wahyu, yaitu Al-Qur'an dan As-Sunnah atau Al-Hadits.
Mengenai Al-Atsar maka ia adalah sinonim dengan dua kata sebelumnya sehingga ketiganya adalah tiga nama bagi segala sesuatu yang diucapkan, diamalkan dan didiamkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam.
Itulah al-hadits atau al-atsar yang Rasulullah dan para shahabatnya berada di atasnya. Begitu juga ahlu sunnah, ahlu hadits dan ahlu atsar, mereka semua selalu erada di atas Islam dengan petunjuk Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam.
2. Al-Jama'ah. 
Al-Jama'ah adalah setiap kelompok Islam yang selalu bersatu padu dan berpegang teguh di atas syariahNya :
وَاعْتَصِمُوا بِحَبْلِ اللَّهِ جَمِيعًا وَلَا تَفَرَّقُوا
Dan berpeganglah kamu semuanya kepada tali (agama) Allah, dan janganlah kamu bercerai berai. QS Ali Imran ayat 103.
Tali agama Allah yang dimaksud adalah Islam, sehingga setiap orang yang mengikatkan diri kepada tali Allah ini berarti mereka adalah Al-Jama'ah. Nama ini juga disandarkan kepada sabda Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam :
أَلَا إِنَّ مَنْ قَبْلَكُمْ مِنْ أَهْلِ الْكِتَابِ افْتَرَقُوا عَلَى ثِنْتَيْنِ وَسَبْعِينَ مِلَّةً وَإِنَّ هَذِهِ الْمِلَّةَ سَتَفْتَرِقُ عَلَى ثَلَاثٍ وَسَبْعِينَ ثِنْتَانِ وَسَبْعُونَ فِي النَّارِ وَوَاحِدَةٌ فِي الْجَنَّةِ وَهِيَ الْجَمَاعَةُ
Ketahuilah, sesungguhnya orang-orang sebelum kamu dari ahli kitab telah berpecah belah menjadi tujuh puluh dua golongan. Dan sesungguhnya agama ini (Islam) akan berpecah belah menjadi tujuh puluh tiga golongan, tujuh puluh dua golongan tem-patnya di dalam Neraka dan satu golongan di dalam Surga, yaitu al-jama'ah." (HR. Ahmad dan yang lain. Al-Hafidh menggolongkannya hadits hasan).
Makna Al-Jama'ah dalam hadits ini adalah sebuah kelompok yang berada di atas tali Islam. Yaitu mereka yang bersatu di atas manhaj para sahabat Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam.   
 Imam Thirmidzi menyebutkan bahwa tafsir/pengertaian dari al-jama'ah menurut ahli ilmu adalah ahli fiqh dan ahlu hadits. (Sunan Thirmidzi no. 2167). Sedangkan Imam Syatibi dalam kitab Al-I'tisham Juz II/452 meringkas berbagai pengertian yang telah disebutkan oleh para ulama, beliau menyimpulkan bahwa Al-Jama'ah adalah kembali kepada ijma' para ulama dengan merujuk pada Al-Qur'an dan As-Sunnah dan ijma shahabat.
Dari pengertian ini dapat dipahami bahwa setiap kelompok yang menyimpang dari petunjuk nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam tidak bisa disebut sebagai jama'ah.
Dalam kenyataannya dua nama antara ahlu sunnah dan al-jama'ah seringkali disatukan menjadi ahlu sunnah wal jama'ah, penamaan ini untuk membedakannya dengan kelompok-kelompok sesat lainnya. Hanya saja hampir seluruh umat Islam mengaku sebagai ahlu sunnah wal jama'ah, sehingga apa yang terjadi? klaim kebenaran tidak bisa hanya dengan pengakuan saja : Semua orang mengaku mempunyai hubungan dengan Laila, padahal Laila sendiri tidak mengenal mereka.    
3. Firqah An-Najiyah
Kelompok yang selamat dalam bahasa Arab disebut dengan firqah an-najiyah (kelompok yang selamat). Penamaan  ini disandarkan kepada salah satu riwayat dari Nabi yang menyebutkan kata-kata ini :
 ليأتين على أمتي ما أتى على بني إسرائيل مثلا بمثل حذو (1) النعل بالنعل ، وإن بني إسرائيل تفرقوا على اثنتين وسبعين ملة ، وإن أمتي ستفترق على ثلاث وسبعين ملة ، كلها في النار إلا ملة واحدة » ، قيل : ما هي يا رسول الله ؟ قال : « ما أنا عليه اليوم وأصحابي »
Sungguh akan terjadi pada umatku sebagaimana yang terjadi pada Bani Israil, sedikit demi sedikit, selangkah demi selangkah, dan sesungguhnya Bani Israil telah terpecah menjadi 72 golongan, dan sungguh umatku akan terpecah menjadi 73 golongan semuanya masuk neraka kecuali satu kecuali satu kelompok, ada shahabat yang bertanya : Siapakah Firqah An-Najiyah (golongan yang selamat) itu. Rasul menjawab mereka adalah orang-orang yang seperti aku dan shahabatku berada di atasnya pada hari ini. HR Thirmidzi, Abu Dawud, Ibnu Majah. Dishahihkan oleh Syaikh Albani kitab Silsilah Hadits Ash-Shahihah no. 203.
Sehingga jika ada sekelompok orang yang mengklaim bahwa dia adalah kelompok yang selamat atau Firqah An-Najiyyah tidaklah masalah, karena hal ini telah ada penyebutannya dalam hadits ini. Hanya saja yang lebih penting adalah praktik dan amalan bagi kelompok tersebut. Jika seluruh kelompok Islam yang ada mengaku kelompok yang selamat, maka amalan mereka yang akan membuktikan apakah benar mereka selamat atau mereka sesat.
Syaikh Abdul Qadir Jailani dalam kitabnya Al-Ghunyah berkata, "... adapun Golongan Yang Selamat yaitu Ahlus Sunnah wal Jama'ah. Dan Ahlus Sunnah, tidak ada nama lain bagi mereka kecuali satu nama, yaitu Ashhabul Hadits (para ahli hadits)."
Golongan yang selamat, dikatakan demikian karena golongan ini selamat dari perpecahan yang ada, mereka berlepas dari dari berbagai perpecahan yang terjadi di kalangan umat Islam. Mereka juga selamat dari api neraka, karena kesungguhan mereka di dalam melaksanakan agama ini. Seluruh kelompok sesat yang lain akan masuk ke dalam neraka, sedangkan golongan yang selamat akan selamat dari api neraka.
3. Thaifah Al-Manshurah.
Jika kelompok sebelumnya adalah kelompok yang selamat, maka kelompok yang selamat ini juga senantiasa di tolong oleh Allah ta'ala. Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam bersabda :  
لَا تَزَالُ طَائِفَةٌ مِنْ أُمَّتِي ظَاهِرِينَ عَلَى الْحَقِّ لَا يَضُرُّهُمْ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى يَأْتِيَ أَمْرُ اللَّهِ وَهُمْ كَذَلِكَ
Tidak akan pernah musnah suatu thoifah (kelompok) dari umatku yang terang-terangan di atas al-haq tidak mencelakakan mereka orang-orang yang mencemoohnya, sampai datang urusan Allah ta'ala dan mereka dalam keadaan yang demikian. HR Muslim, Abu Dawud, Thirmidzi.
Berkata DR Ibnu Fauzan : Thaifah tersebut adalah thaifah (golongan) al-manshurah (yang ditolong) dan merekalah ahlu sunnah wal jama'ah yang jumlah mereka sedikit.
Penamaan kelompok yang ditolong Allah (thaifah al-manshurah) disebutkan dalam riwayat yang lain, di mana beliau bersabda :
إِذَا فَسَدَ أَهْلُ الشَّامِ فَلَا خَيْرَ فِيكُمْ وَلَا يَزَالُ أُنَاسٌ مِنْ أُمَّتِي مَنْصُورِينَ لَا يُبَالُونَ مَنْ خَذَلَهُمْ حَتَّى تَقُومَ السَّاعَةُ
"Jika penduduk Syam telah rusak, maka tak ada lagi kebaikan di antara kalian. Dan senantiasa ada sekelompok dari umatku yang mendapat pertolongan, tidak membahayakan mereka orang yang menghinakan mereka, sehingga datang hari Kiamat." (HR. Ahmad, hadits shahih)
Kenapa mereka ditolong oleh Allah ta'ala? karena mereka senantiasa berbuat baik di saat manusia telah terbiasa dengan berbuat kerusakan, Nabi sendiri menjelaskan ciri-ciri mereka di dalam beberapa haditsnya. Allah ta'ala telah menjanjikan pertolongan itu dalam ayatNya:
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِن تَنصُرُوا اللهَ يَنصُرْكُمْ وَيُثَبِّتْ أَقْدَامَكُمْ
"Artinya : Jika kamu menolong Allah niscaya Allah akan menolong mereka". QS Muhammad  ayat 7.
Dari sini kita dapat menyimpulkan bahwa penisbatan Thaifah Al-Manshurah juga mempunyai dasar hukum yang jelas dan qath'i sehingga siapa saja berhak untuk menyandangnya, selama ia selalu berbuat dan beramal dengan amalan yang sesuai dengan Islam.  
4. Ahlu Al-Ittiba'
Ini adalah nama lain bagi kelompok yang senantiasa istiqamah di atas jalanNya. Penisbatan ini disandarkankepada mereka yang selalu berittiba' hanya kepada Nabi Muhammad Shalalahu Alaihi Wa salam. Kelompok ini selalu merealisasikan seluruh isi Al-Qur'an, termasuk berkaitan dengan hal-hal yang berhubungan dengan ittiba' (mengikut) kepada Nabi.
Disebut juga ahlu al-ittiba' karena mereka hanya berittiba' kepada Rasulullah Shalalahu Alaihi Wa salam dan menjauhkan sejauh-jauhnya sifat taklid. Sebagaimana firman Allah ta'ala :
وَمَا ءَاتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا
Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka terimalah dia. Dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah. QS Al-Hasr ayat 7. Dalam ayat yang lain disebutkan :
مَنْ يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ
Barangsiapa yang menta`ati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menta`ati Allah. QS An-Nisaa ayat 80.
Ayat-ayat yang mulia ini memerintahkan kepada kita untuk taat kepada Rasulullah, karena ketaatan ini adalah salah satu bentuk ketaatan kita kepada Allah ta'ala. Ketaatan dan ittiba' kepada rasulullah adalah wajib bagi setiap muslim, karena tidak ada yang berhak untuk diikuti selain dari beliau.
Kelompok yang selamat juga dinamakan ahlu al-ittiba' karena mereka selalu istiqamah dalam mengikuti (ittiba') kepada Rasulullah Shalalahu Alaihi Wa salam.
5. Ahlu Al-Ghurbah.
Ahlu al-ghurbah berarti sekelompok orang yang terasing di tengah masyarakat. Keasingan mereka bukan karena hal-hal yang menyimpang dari kebiasaan masyarakat, namun mereka asing karena melaksanakan seluruh ajaran Islam ini secara konsekuen. Mereka terasing di tengah-tengah masyarakat, bahkan mereka asing di tengah-tengah umat Islam sendiri. Jumlah mereka sedikit dan kebanyakan manusia tidak suka kepada mereka, siapakah mereka?
Mereka adalah generasi ghuraba, mereka istiqamah di atas Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan pemahaman shahabat. Mereka tinggal di tengah-tengah umat Islam yang sudah diracuni oleh subhat dari musuh-musuh Islam dan dari syahwat umat Islam, mereka menegakan dien Al-Islam yang murni sebagaimana pada masa rasul, tidak akan mencelakakan mereka orang-orang yang membenci mereka dan mereka mendaptkan jaminan kebahagiaan di dunia dan di akhirat, sebagaimana sabda Nabi :
إِنَّ الدِّينَ بَدَأَ غَرِيبًا وَيَرْجِعُ غَرِيبًا فَطُوبَى لِلْغُرَبَاءِ الَّذِينَ يُصْلِحُونَ مَا أَفْسَدَ النَّاسُ
Islam muncul pertama kali dalam keadaan asing, dan akan kembali menjadi asing sebagaimana semula. Maka beruntunglah orang–orang yang asing”. HR. Muslim  
Dalam riwayat lain disebutkan, “Beruntunglah al-Ghuraba’ yaitu orang yang shalih di tengah manusia yang jahat, orang yang mengingkarinya lebih banyak dari yang mengikutinya”.
Hadits yang mulia ini menunjukan bahwa pada akhir zaman Islam kembali dalam keadaan asing dan lebih khusus lagi orang-orang yang berpegang teguh kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah dengan manhaj shahabat sebagaimana awalnya Islam yang terasa asing di tengah masyarakat jahiliyah.
Imam Muhammad bin Amir As-San'ani berkata di dalam kitabnya hal. 80 bahwasannya Al-Ghuraba  adalah ahlu sunnah firqatun najiyyah. Hadits-hadits tentang al-ghuraba' ini banyak sekali dan telah sampai ke derajat mutawatir. Sebagaimana dikatakan syaikh Sa'ad bin Abdullah bin Sa'ad As-Sa'dan di dalam tahqiq beliau terhadap kitab "Iftiraqul Ummah".
Keasingan ahlu sunah juga karena mereka sendiri berhadapan dengan 72 golongan yang sesat dan mereka juga terus dituduh dan dicela dengan celaan yang menyakitkan mereka dikatakan sebagai : Kaum Musabihah, penghapal catatan kaki  dan lain sebaginya.
Demikianlah orang-orang atau kelompok yang berada di jalan kebenaran menisbatkan diri dengan ahlu al-ghurbah yaitu kelompok terasing dari segi keagamaannya. Keterasingan ini bukan karena sebab lain, karena saat ini berapa banyak orang-orang yang ingin dianggap aneh dengan membuat berbagai amalan-amalan yang tidak didasarkan kepada sumber-sumber hukum Islam.
6. As-Salafy
Kelompok yang selamat terkadang menisbatkan dirinya kepada generasi terbaik umat ini dari kalangan shahabat, thabi'in dan tabiut thabi'in. Penisbatan inilah yang menjadikan mereka disebut dengan salafy.
Kata salaf secara bahasa bermakna orang yang telah terdahulu dalam ilmu, iman, keutamaan dan kebaikan. Berkata Ibnul Mandzur (Lisanul Arab 9/159) : Salaf juga berarti orang-orang yang mendahului kamu dari nenek moyang, orang-orang yang memiliki hubungan kekerabatan denganmu dan memiliki umur lebih serta keutamaan yang lebih banyak. Oleh karena itu, generasi pertama dari Tabi'in dinamakan As-Salafush Shalih. Hal ini sebagaimana yang dibisikan oleh Rasulullah kepada Fatimah anaknya yang terdapat di dalam hadits yang panjang yang diriwayatkan oleh bukhary dan Muslim dalam kitab keduanya :
نعم السلف انا لك
"Artinya : Sesungguhnya sebaik-baik pendahulu (salaf) bagimu adalah aku" Hadits Shahih Riwayat Muslim No. 2450.
Demikian pula yang diriwayatkan dari beliau Shallallahu 'alihi wa sallam bahwa beliau berkata kepada putri beliau Zainab Radhiyallahu 'anha ketika dia meninggal : "Artinya : Susullah salaf shalih (pendahulu kita yang sholeh) kita Utsman bin Madz'un" Hadits Shahih Riwayat Ahmad 1/237-238
Adapun secara istilah, maka dia adalah sifat pasti yang khusus untuk para sahabat ketika dimutlakkan dan yang selain mereka diikutsertakan karena mengikuti mereka.
Al-Qalsyaany berkata dalam Tahrirul Maqaalah min Syarhir Risalah (q 36) : As-Salaf Ash-Shalih adalah generasi pertama yang mendalam ilmunya lagi mengikuti petunjuk Rasulullah dan menjaga sunnahnya. Allah Subhanahu wa Ta'ala telah memilih mereka untuk menegakkan agamaNya dan meridhoi mereka sebagai imam-imam umat. Mereka telah benar-benar berjihad di jalan Allah Subhanahu wa Ta'ala dan menghabiskan umurnya untuk memberikan nasihat dan manfaat kepada umat, serta mengorbankan dirinya untuk mencari keridhoan-Nya.
Itulah salafy, al-ghuraba', ahli hadits / ahlu atsar al-firqatun najiyyah, ath-tahaifah al-mansurah, ahlu ittiba' yang kesemuanya adalah nama-nama dari al-haq (kebenaran) ini. Masih ada sebagian nama-nama untuk ahlu sunnah ini, yang tidak dibahas di sini. Ke semua nama-nama tersebut semuanya bersandar kepada nash-nash yang shahih dan qath'i sehingga dapat dijadikan pegangan. Keseluruhan nama tersebut juga merujuk pada satu kelompok yang selalu istiqamah di atas Islam dengan petunjuk Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wa salam dan para shahabatnya dalam beragama.  
Berbeda dengan nama-nama dari firqah-firqah yang sesat yang terkadang mereka memberi nama firqahnya dengan nama-nama yang tidak bersandar kepada nash-nash dari al-qur'an maupun as-sunnah.
Misalnya kelompok : Mu'tazilah, mereka dinamakan demikian karena memisahkan diri dari jalan yang benara. Istilah mu'tazilah berasal kata i'tizal yang berarti memisahkan diri dari halaqah (majelis) Al-Hasan Al-Basri. Mereka menyelisihi manhaj ahlu sunnah dalam berbagai hal.
Kelompok Syiah, nama dari kelompok ini berarti menolong atau mengikuti, mereka menamakan firqah mereka syi'ah karena mereka mengaku menolong dan mengikuti Ali bin Abi Thalib dan Ahlu Bait. Tetapi mereka ghuluw (berlebih-lebihan) sehingga mereka mengkafirkan sebagian shahabat-shahabat Nabi yang berbeda pendapat dengan Ali bin Abi Thalib. Pengakuan memang sesuatu yang mudah diucapkan, namun perbuatan akan membuktikan apakah benar demikian atau hanya sekadar kebohongan.   
Kelompok Jahmiyyah, firqah (kelompok) ini dinamakan demikian karena menisbatkan diri kepada Jahm bin Sofwan yang menjadi pendiri kelompok ini, ia telah belajar dari gurunya yaitu Ja'd bin Dirham. Keduanya juga belajar kepada seorang Yahudi, sehingga ajaran-ajaran mereka cenderung ke arah persamaan agama.
Kelompok Khawarij, penamaan ini secara bahasa dalam bahasa Arab berasal dari kata kharaja yang berarti keluar, dinamakan demikian karena mereka keluar dari pemerintahan Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib serta Muawiyah bin Abi Sufyan. Mereka mengkafirkan pemerintah yang tidak berhukum dengan hukum Islam.
Kelompok Asy'ariyyah, firqah ini menisbatkan diri kepada Abu Hasan Al-Asy'ari. Beliau adalah seorang ulama yang shalih, hanya saja pada masalah-masalah asma' dan sifat Allah ta'ala beliau tidak tepat dalam menetapkannya, namun sebelum wafat, beliau telah merevisi seluruh pemahamannya tersebut dan rujuk kepada pemahaman yang benar tentang asma dan sifat Allah ta'ala.  
Itulah sebagian nama-nama firqah sesat tersebut. Kita katakan sesat karena mereka menyimpang dari jalan ahlu sunnah wal jama'ah atau jalan Islam yang lurus. Mereka memberikan nama untuk firqah-firqahnya dengan tidak bersandarkan kepada Al-Qur'an dan As-Sunnah dan pemahaman sahahabat Nabi.
Mereka sangat bertentangan sekali dengan ahlu sunnah yang selalu menyandarkan segala sesuatu masalah dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah. Dan ini memang sudah sunatullah yang tetap berjalan,  bahwa ahlu sunnah mendapat banyak kecaman dari lawan-lawannya. Namun ahlu sunnah tetap tegar di dalam menghadapi celaan mereka dan membantah dengan hujjah-hujjah dan dalil-dalil dari Al-Qur'an dan As-Sunnah. Tidak seperti mereka (firqah-firqah) tersebut yang membantah ahlu sunnah dengan akal dan ra'yu mereka serta terkadang dengan filsafat yang jelas bukan dari Al-Qur'an dan As-Sunnah.
Namun, kembali ke awal bahwa apalah artinya sebuah nama jika tidak mewakili apa yang ada dalam kenyataannya. Yang dimaksud di sini adalah bahwa siapa saja tidak dilarang untuk menisbatkan diri kepada nama-nama tersebuut, namun amal perbuatannyalah yang akan membuktikan apakah ia termasuk kelompok yang selamat atau yang sesat.  


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...