Sabtu, 14 Mei 2011

Menakar Eksistensi Fundamentalisme Islam di Indonesia

Oleh : Dzurrah Ala'allah

Konsep Fundamentalis
Fundamentalis Islam adalah sebuah istilah yang mengacu pada sekelompok umat Islam yang tergabung dalam sebuah organisasi yang berpegang teguh kepada sumber-sumber hukum Islam. Dalam pemahaman yang lebih umum kelompok fundamentalis Islam adalah sebuah kelompok keagamaan Islam yang over concictense terhadap teks-teks wahyu. Makna kelompok sendiri tidak harus dalam bentuknya yang formal, akan tetapi ketika memiliki sebuah komunitas dengan karakteristik berbeda, memiliki buku pedoman dan cara-cara yang berbeda dengan yang lainnya maka mereka disebut sebuah kelompok.
Dalam perspektif sosiolog Martin E. Marty suatu gerakan keagamaan yang dikategorikan fundamentalis dapat dilihat dari prinsip-prinsip yang melekat pada gerakan tersebut, yakni: oppositionalism, penolakan terhadap hermeneutika, penolakan terhadap pluralisme dan relativisme, dan penolakan terhadap perkembangan historis-sosiologis. Selain itu lanjut Marty, untuk melihat suatu gerakan terkategori fundamentalis dapat juga dilihat melalui penanda spesifik (Specific Clues) yang melekat pada gerakan tersebut, yakni: fighting back, fighting for, fighting with, fighting against dan fighting under.
Selanjutnya suatu gerakan  terkategori fundamentalis dapat pula ditinjau dari perspektif sikap dan pandangan dari suatu gerakan tersebut, yakni: militan, Islam Kaffah, anti intelektual rasional, anti modernitas dan otentisitas Islam.
Ada pertentangan makna dari istilah Islam fundamentalis, jika secara bahasa mereka adalah orang-orang yang konsisten dengan sumber hukum Islam maka jika dilihat dari istilah yang berkembang di masyarakat Islam fundamentalis adalah kelompok Islam yang berlebih-lebihan/keras, ekstrim dan radikal. Mereka menggunakan cara-cara yang tidak santun sebagai amalan yang berasal dari keyakinan mereka.
  
Eksistensi Islam Fundamentalis
Menurut Geertz, agama adalah sebuah sistem simbol, yakni segala sesuatu yang memberikan penganutnya atau komunitas keagamaan tersebut, ide-ide yang membentuk konsep-konsep tentang tatanan seluruh eksistensi dan terpusat pada makna final (ultimate meaning), suatu tujuan pasti bagi dunia. Konsepsi-konsepsi tentang dunia dan serangkaian motivasi serta dorongan-dorongan yang diarahkan  oleh moral ideal adalah inti agama, yang diringkas Geertz dalam dua terma: pandangan hidup dan etos. Selanjutnya Geertz menambahkan bahwa agama melekatkan konsep-konsep (pandangan hidup dan etos) tersebut, kepada pancaran-pancaran faktual, dan pada akhirnya perasaan dan motivasi tersebut akan  terlihat sebagai  realitas  yang unik.
Analisis Marten E. Marty, merupakan gerakan keagamaan yang berusaha melawan atau berjuang (fight). Di antaranya adalah melawan kembali (fight back) kelompok yang mengancam keberadaan mereka atau identitas yang menjadi taruhan hidup; berjuang untuk (fight for) menegakkan cita-cita yang mencakup persoalan hidup secara umum, seperti keluarga dan institusi sosial lain; berjuang dengan (fight with) kerangka nilai atau identitas tertentu yang diambil dari warisan masa lalu maupun konstruksi baru; berjuang melawan (fight againts) musuh-musuh tertentu yang muncul dalam bentuk komunitas atau tata sosial keagamaan yang dipandang menyimpang; dan perjuangan atas nama (fight under) Tuhan atau ide-ide lain.
Di samping lima jenis perlawanan (fight), Marty juga melihat bahwa kerangka ideologis gerakan yang bercorak fundamentalis, memiliki logika tersendiri. Terdapat kecenderungan kuat di kalangan  fundamentalis untuk menolak cara pikir historis dan hermenis dalam memahami kitab suci. Gerakan ini juga bersifat eksklusif dengan cara menarik garis tegas antara kelompoknya dengan kelompok lain. Hal ini semakin diperjelas dengan dianutnya identitas-identitas khusus lain, baik dalam hal penampilan fisik atau cara berpakaian yang membedakan diri mereka dari kelompok lain.
            Fenomena di atas juga menunjukkan bahwa perilaku mereka itu didasarkan pada suatu nilai, serta bertujuan untuk melestarikan nilai-nilai tersebut. Karena setiap perilaku tidak akan lepas dari tujuan, alat, kondisi dan norma. Jadi meskipun sasaran dakwah yang mereka lakukan adalah untuk menciptakan perubahan sikap dan prilaku yang Islami pada tingkat individu, namun dampak dakwah penyadaran yang mereka lakukan cenderung bersifat sosial secara meluas, sehingga menyerupai sebuah gerakan yang sejak awal memang direncanakan untuk menciptakan perubahan struktur.
            Karena salah satu karakter yang menonjol dari kecenderungan yang dominan dari kelompok-kelompok fundamentalis Islam adalah keyakinan bahwa masyarakat harus diorganisir atas dasar al-Qur’an dan al-Sunnah secara totalitas. Ini berarti bahwa nilai-nilai, prinsip-prinsip, aturan-aturan dan regulasi yang terkandung dalam keduanya harus ditegakkan dalam kehidupan politik, sosial, ekonomi, budaya, pendidikan hukum dan pemerintahan. Yang mendasari dari keyakinan ini adalah pengakuan eksplisit bahwa al-Qur’an dan Sunnah membentuk pandangan hidup yang menyeluruh yang kesucian dan kemurniannya tidak boleh dinodai dengan penafsiran baru yang terpengaruh oleh perubahan ruang, waktu dan lingkungan. Ide-ide dan institusi-institusi baru dapat diterima sepanjang prinsip tertinggi tidak dikompromikan dengan cara bagaimanapun. Dari sini dapat dipahami bahwa eksistensi kelompok Islam fundamentalis sejatinya ingin kembali menghidupkan warisan Islam sebagai Way of Life. Sesuai dengan cara dan pemahaman mereka masing-masing.

1 komentar:

Please Uktub Your Ro'yi Here...