Senin, 16 Mei 2011

Mengenal Istilah-istilah dalam Ilmu Hadits


1. Hadits
Secara etimologi :
حدث – يحدث – حدوثا – وحداثة
Hadatsa-yahdutsu-hudutsan-hadatsata yang bermakna sesuatu yang baru. Bentuk jama'nya adalah ahadits احادث  
Dalam Al-Qur'an Allah ta'ala berfirman :

Maka (apakah) barangkali kamu akan membunuh dirimu karena bersedih hati setelah mereka berpaling, Sekiranya mereka tidak beriman kepada keterangan ini (Al-Quran). QS Al-Kahfi : 6
Dalam ayat yang lainnya disebutkan :

….dan terhadap nikmat Tuhanmu, Maka hendaklah kamu siarkan. QS Adh-Dhuha : 11
Kata yang sepadan / muradif :
a.       Al-Jiddah = baru, yaitu lawan dari Qadim.
b.      Ath-Thari = lunak, lembut dan baru.
c.       Al-Khabar wa Al-Kalam = berita, pembicaraan dan perkataan.
Secara Terminologi :
مَا أُضِيْفَ إِلَى النَّبِيِّ r  ِمنْ قَوْلٍ أَوْ فِعْلٍ أَوْ تَقْرِيْرٍ أَوْ وَصْفٍ.
Sesuatu yang disandarkan kepada Nabi Shalallahu 'Alaihi Wasallam baik berupa perkataan atau perbuatan atau taqrir atau sifat.   
Sebagian Ulama mendefinisikannya dengan lafadh-lafadh :
ما |أسند الى ............ ما نسب الى............. ما روي الى .............
a.       Sesuatu yang disandarkan............. 
b.      Sesuatu yang dibangsakan .........
c.       Sesuatu yang diriwayatkan .........   

Menurut Ahli Hadits :
Apa yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam baik berupa ucapan, perbuatan, penetapan, sifat, atau sirah beliau baik sesudah kenabian atau sebelumnya.

Menurut Ahli Ushul Fiqh :
Perkataan, perbuatan dan penetapan yang disandarkan kepada Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wasallam setelah kenabian.

Kesimpulannya adalah bahwa hadits mencakup hal-hal yang disandarkan kepada Nabi yaitu berupa :
a.       Perkataan (sabda).
Contoh :
إِنَّمَا اْلأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى
Sesunggunya amal ibadah itu tergantung pada niatnya, Dan  sesungguhnya  setiap  orang  (akan dibalas)berdasarkan apa yang dia niatkan. HR Bukhari dan Muslim.
b.      Perbuatan (amalan).
Contoh :
كانَ رسول الله صَلّى الله عَلَيْهِ وَسَلّم إذا دخلت العشرُ: أَي الْعَشرُ الأخيرة منْ رمضان، شدَّ مِئزَرَهُ وَأَحْيا لَيْلهُ وَأَيْقظَ أَهْلَهُ

Rasulullah Shalallahu Alaihi Wassalam apabila memasuki sepuluh hari terakhir bulan Ramadhan mengencangkan ikatan kainnya, menghidupkan malam-malamnya (dengan beribadah) dan membangunkan keluarganya (untuk beribadah). HR Bukhary dan Muslim.
c.       Taqrir (sesuatu yang didiamkan tanda beliau setuju)
Contoh :
عَنْ خَالِدِ بْنِ الْوَلِيدِ أَنَّهُ دَخَلَ مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بَيْتَ مَيْمُونَةَ فَأُتِيَ بِضَبٍّ مَحْنُوذٍ فَأَهْوَى إِلَيْهِ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِيَدِهِ فَقَالَ بَعْضُ النِّسْوَةِ أَخْبِرُوا رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمَا يُرِيدُ أَنْ يَأْكُلَ فَقَالُوا هُوَ ضَبٌّ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَرَفَعَ يَدَهُ فَقُلْتُ أَحَرَامٌ هُوَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَقَالَ لَا وَلَكِنْ لَمْ يَكُنْ بِأَرْضِ قَوْمِي فَأَجِدُنِي أَعَافُهُ قَالَ خَالِدٌ فَاجْتَرَرْتُهُ فَأَكَلْتُهُ وَرَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْظُرُ
Dari Khalid bin Walid, ia pernah masuk ke dalam rumah Maemunah bersama dengan Rasulullah, lalu dihidangkan seekor binatang melata. Maka rasulullah memberik isyarat dengan tangannya, sebagian wanita berkata "apakah ini baik yang rasulallah?" Maka rasulullah makan sesuai dengan yang dikehendakinya. Sebagian mereka berakata "Ini Dhab (sejenis biawak) wahai rasulullah" maka rasulallah mengangkat tangannya tanda tidak mau. Maka ada yang bertanya "Apakah binatang ini haram wahai rasulallah?", "Tidak" maaf berhubung binatang itu tidak ada pada kaumku, aku merasa jijik dengannya. Khalid berkata : Segera aku memotongnya dan memakannya sedangkan rasulullah melihatku. HR Bukhary dan Muslim.
d.      Sifat-sifat, keadaan beliau dan himmah (hasrat)
Contoh :
حَدَّثَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ أَبُو عَبْدِ اللَّهِ حَدَّثَنَا إِسْحَاقُ بْنُ مَنْصُورٍ حَدَّثَنَا إِبْرَاهِيمُ بْنُ يُوسُفَ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي إِسْحَاقَ قَالَ سَمِعْتُ الْبَرَاءَ يَقُولُ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَحْسَنَ النَّاسِ وَجْهًا وَأَحْسَنَهُ خَلْقًا لَيْسَ بِالطَّوِيلِ الْبَائِنِ وَلَا بِالْقَصِيرِ
Rasulullah adalah sebaik-baik manusia dari segi paras dan mukanya. Beliau bukan orang yang tinggi juga bukan orang yang pendek. HR Bukhari dan Muslim. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...