Selasa, 10 Mei 2011

Orang Bilang Saya Sesat

Oleh : Abu Aisyah

Siapa yang bisa mengklaim bahwa dirinya atau kelompoknya adalah di atas kebenaran? Tidak ada. Bahkan para ulama sendiri tidak sembarangan untuk menyatakan bahwa pendapatnya itu benar. Sehingga judul buku ini tidak salah "Jangan Cepat Bilang Sesat".
Imam Malik bin Anas pernah mengatakan "Tidak ada seorang pun setelah Nabi Shallallahu Alaihi Wa Sallam, kecuali dari perkataannya itu ada yang diambil dan yang ditinggalkan, kecuali Nabi Salallhu Alaihi Wasallam".
Demikian juga yang disebutkan oleh Imam Syafi'i, beliau mengatakan "Apabila kamu mendapatkan di dalam kitabku apa yang bertentangan dengan Sunnah Rasulullah Shallallahu Alaihi wa Sallam, maka berkatalah dengan sunnah Rasulullah Salallahu alaihi Wa sallam, dan tinggalkanlah apa yang aku katakan." Inilah ucapan bijaksana seorang ulama. Beliau tidak mau menyatakan bahwa dirinya dalam kebenaran.
Kalau demikian apakah kita sama sekali tidak boleh untuk mengklaim bahwa kita berada di atas kebenaran? Dari ucapan Imam Syafi'i sebelumnya, tampak jelas bahwa beliau juga memberikan sebuah standard kebenaran tersebut.
Benar, kebenaran sejati bukanlah sesuatu yang tidak dapat kita raih, ia telah ada dan telah ditetapkan oleh Allah dan rasulNya. Dengan kata lain sebenarnya tidak "haram" untuk menyatakan bahwa suatu kelompok itu sesat atau selamat. Allah ta'ala sendiri telah menyebutkan secara gamblang da;lam firmanNya :
وَقُلِ الْحَقُّ مِنْ رَبِّكُمْ
Dan katakanlah: "Kebenaran itu datangnya dari Tuhanmu;…QS Al-Kahfi : 29. 
Imam Ibnu Katsir menafsirkan ayat ini dengan :
يقول تعالى لرسوله محمد صلى الله عليه وسلم: وقل يا محمد للناس هذا الذى جئتكم به من ربكم هو الحق الذي لا مرية فيه ولا شك
Allah ta'ala berfirman kepada Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasallam "Wahai Muhammad, katakanlah kepada seluruh manusia bahwa agama yang aku bawa adalah berasal dari Pencipta kalian (Allah ta'ala), dialah Al-Haq (Maha Benar) yang tidak ada keraguan padanya". (Tafsir Al-Qur'an Al-'Adzim).
Hal ini berarti bahwa kita sebagai umat Islam dapat mengetahui standard atau tanda-tanda dari sebuah kebenaran. Dalam ayat yang lain Allah ta'ala menjamin bahwa agama ini adalah agama yang benar, demikian pula utusanNya: 
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ(9)
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang benar agar Dia memenangkannya di atas segala agama-agama meskipun orang-orang musyrik benci. QS Ash-Shaf : 9.
هُوَ الَّذِي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَى وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا(28)
Dia-lah yang mengutus Rasul-Nya dengan membawa petunjuk dan agama yang hak agar dimenangkan-Nya terhadap semua agama. Dan cukuplah Allah sebagai saksi. QS Al-Fath : 28.
Demikianlah ayat-ayat yang menunjukkan adanya kebenaran mutlak yaitu segala yang berasal dari Allah dan rasulNya.
Dengan demikian kita akan dapat mengetahui apakah sebuah golongan itu sesat atau selamat dengan adanya standard yang telah ditetapkan oleh Allah dan rasulNya, baik yang terdapat di dalam Al-Qur'an maupun di dalam As-Sunnah.
Untuk mengetahui standard tersebut maka kita memerlukan adanya dalil atau hujjah yang bisa dijadikan sandaran. Hal ini untuk mengantisipasi jangan sampai standard yang kita gunakan adalah hawa nafsu kita. Berapa banyak manusia yang tersesat namun merasa tidak tersesat, semua itu karena tidak pahamnya mereka tentang kebenaran tersebut.
Beberapa standar kebenaran yang dapat kita jadikan tolok ukur adalah :
  1. Ada Kebenaran selain Islam?
  2. Berpedoman pada selain Al-Quran & As-Sunnah?
  3. Menyelisihi petunjuk Nabi?
  4. Taklid buta dan Ta'ashub madzhab
  5. Wala dan Bara'  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...