Selasa, 10 Mei 2011

Syahadat

Oleh : Abu Aisyah

Bagi anda yang telah menikah, tentu masih ingat ketika dulu di depan petugas KUA saat akad nikah kita diperintahkan untuk mengucapkan dua kalimat syahadat "Asyhadu alla ilaha ilallah, wa asyhadu anna Muhammad rasulullah". Itulah syahadat yang kita ucapkan. Kita sebagai muslim telah mengucapkan kalimat syahadat setiap hari lebih dari sepuluh kali dalam sehari semalam, di mana itu? tentunya di dalam shalat.
Bukankah ketika kita duduk tawaruk atau iftirasy (tahiyat) dalam shalat kita membaca :
التحيات لله والصلوات والطيبات السلام على النبي ورحمة الله وبركاته السلام علينا وعلى عباد الله الصالحين أشهد أن لا إله إلا الله وأشهد أن محمد عبده ورسوله اللهم صل على محمد وعلى آل حمد كما صليت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد اللهم بارك على محمد وعلى آل محمد كما باركت على إبراهيم وعلى آل إبراهيم إنك حميد مجيد "
Segala penghormatan bagi Allah, segala kesejahteraan dan kebaikan bagi Allah. Semoga keselamatan, rahmat dan barakah Allah senantiasa dilimpahkan kepadamu wahai Nabi (Muhammad). Semoga juga dilimpahkan kepada kami dan kepada semua hamba Allah yang shalih. Aku bersaksi sesungguhnya tiada Tuhan kecuali Allah, dan aku bersaksi sesungguhnya Nabi Muhammad adalah hamba dan utusan-Nya.(HR. Bukhari, Ibnu Khuzaimah dan Ibnu Hibban).
Itulah syahadat yang selalu kita ucapkan. Namun sepertinya syahadat ini hanya sebagai semacam "mantra" shalat, sehingga kita tidak paham apa yang menjadi konsekuensi darinya.
Syahadat adalah sebuah persaksian bahwa tidak ada sesembahan (Ilah) kecuali Allah. Mungkin sebagian kita telah terbiasa dengan terjemahan "Tidak ada Tuhan selain Allah" padahal kata "ilaah" dalam syahadat tersebut menunjukan sesuatu yang diibadahi, sementara makna Tuhan sendiri lebih kepada makna Pencipta.
Apa konsekuensinya? jika syahadat hanya sebatas pada tidak ada Tuhan selain Allah maka kita hanya berhenti pada pemahaman bahwa Tuhan Allah hanyalah sebagai sang Pencipta saja, titik.
Padahal dakwah kepada syahadat yang dikumandangkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam adalah dakwah peniadaan adanya sesembahan-sesembahan selain Allah.
Lihatlah apa kata orang-orang Kafir Quraisy mengenai sang Pencipta :
وَلَئِنْ سَأَلْتَهُمْ مَنْ خَلَقَ السَّمَوَاتِ وَالْأَرْضَ لَيَقُولُنَّ اللَّهُ قُلِ الْحَمْدُ لِلَّهِ بَلْ أَكْثَرُهُمْ لَا يَعْلَمُونَ
Dan sesungguhnya jika kamu tanyakan kepada mereka: "Siapakah yang menciptakan langit dan bumi?" Tentu mereka akan menjawab : "Allah". Katakanlah: "Segala puji bagi Allah"; tetapi kebanyakan mereka tidak mengetahui. QS Luqman ayat 32. 
Dari sini pemahaman syahadat kita sepertinya perlu direvisi, kita bersyahadat setiap hari namun maknanya sendiri kita tidak paham, atau sebagian kita paham tapi dengan pemahaman yang tidak tepat. Pemahaman bahwa makna syahadat adalah tidak ada Tuhan selain Allah adalah tidak tepat, karena orang-orang Kafir Quraisy juga memahami bahwa Allah adalah Tuhan Pencipta.
Ini bukanlah yang dikehendaki oleh syahadat dalam Islam. Syahadat dalam Islam adalah persaksian bahwa tidak ada sesuatu yang berhak diibadahi selain Allah, ini berarti segala bentuk sesembahan itu adalah batil, walaupun ia berupa malaikat yang kedudukannya dekat dengan Allah yang dijadikan sebagai sesembahan. Apalagi sesembahan-sesembahan lain yang tidak memiliki kekuatan sama sekali.
Lihatlah alasan orang-orang kafir mengenai sesembahan-sesembahan mereka :
وَالَّذِينَ اتَّخَذُوا مِنْ دُونِهِ أَوْلِيَاءَ مَا نَعْبُدُهُمْ إِلَّا لِيُقَرِّبُونَا إِلَى اللَّهِ زُلْفَى
Dan orang-orang yang mengambil pelindung selain Allah (berkata): "Kami tidak menyembah mereka melainkan supaya mereka mendekatkan kami kepada Allah dengan sedekat-dekatnya". QS Az-Zumar ayat 3.
Sekarang cukup jelas bagi kita bahwa yang namanya syahadat itu adalah persaksian kita bahwa tidak sesembahan di dunia ini kecuali Allah ta'ala. Hal ini berarti ada dua rukun yang ada padanya yaitu pertama meniadakan segala bentuk sesembahan, kedua menetapkan Allah sebagai satu-satunya sesembahan (ilah).
Hal penting lainnya yang berkaitan dengan syahadat adalah setelah kita memahami maknanya maka kita harus yakin dan mengimaninya. Maksudnya adalah mana kala kita bersyahadat maka secara otomatis kita harus yakin dan percaya (iman) kepada apa yang terkandung dalam makna syahadat tersebut.
Selain itu diperlukan pula rasa cinta, ridha dan ikhlas dengan segala konsekuensi dari syahadat tersebut.
Itu tadi adalah syahadatullah atau persaksian tentang keilahian Allah ta'ala. Adapun lafadz syahadat selanjutnya adalah syahadaturasul yaitu persaksian bahwa Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam adalah utusanNya.
Inti dari syahadat ini adalah persaksian kita bahwa Muhammad bin Abdullah adalah benar-benar utusanNya. Cukupkah demikian? ternyata tidak. Lagi-lagi syahadat ini menimbulkan adanya konsekuensi-konsekuensi bagi setiap muslim yang mengucapkannya.
Sebenarnya tidak hanya diucapkan, ia harus diyakini (diimani) dan dilaksanakan. Di antara kandungan dari syahadaturasul ini adalah :
Pertama, wajibnya kita meyakini bahwa Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam adalah utusanNya.
Kedua, kita wajib mentaati beliau karena Allah telah memerintahkannya.
Ketiga, kita harus mengimani bahwa segala yang beliau perintahkan adalah bagian dari hukum Allah.
Keempat, mengimani bahwa beliau adalah nabi dan rasul terakhir.
Kelima, meninggalkan semua yang dilarang oleh beliau.
Menjadi jelas bagi kita bahwa syahadat, tidaklah sebuah ucapan tanpa makna atau tanpa konsekuensi, ia adalah sebuah pintu gerbang menuju bangunan Islam. Sehingga orang yang mengucapkannya harus paham dan mengimani setiap konsekuensi dari syahadat tersebut.
Dari sini kita mendapatkan satu poin bagaimana agar syahadat ini membekas dalam jiwa. Ia akan menjadi sebuah sumber kekuatan bagi amalan-amalan lainnya, karena tidak mungkin seseorang yang telah bersyahadat atau bersaksi tidak ada sesembahan selain Allah, ia masih mempercayai adanya kekuatan selainNya, atau mencari keberuntungan dari selainNya.
Demikian pula seseorang yang telah bersyahadat bahwa Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wassalam adalah ututsanNya, tidak akan mungkin mempercayai adanya nabi-nabi setelahnya, atau menjadikan tuntunan hidup dari selain beliau. Inilah syahadat apa adanya.
Semoga dari sekarang kita mampu merealisasikan syahadat yang selalu kita ucapkan setiap hari, bahkan lebih dari sepuluh kali dalam sehari. Kalau kita belum mampu untuk melaksanakannya, maka berusahalah terus untuk memperbaiki diri kita dengan banyak mempelajari agama Islam ini. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...