Kamis, 18 Agustus 2011

Ringkasan Tata Cara I'tikaf




1.     Makna I’tikaf secara syariat adalah : mendiami Masjid dan menetap di dalamnya dengan niat bertaqorrub kepada Alloh Ta’ala.
2.     Disyariatkannya : Para ulama bersepakat akan pensyariatannya. ”Karena Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam dulu pernah beri’tikaf pada sepuluh akhir bulan Ramadhan sampai Alloh Azza wa Jalla mewafatkan beliau. Kemudian isteri-isteri beliau beri’tikaf setelah wafatnya beliau.”
3.     Macam-macam i’tikaf :
a.     I’tikaf yang wajib : yaitu apabila seseorang mewajibkan atas dirinya untuk melakukan-nya dengan sebab nadzar.
b.     I’tikaf yang sunnah : yaitu apabila seorang muslim melaksanakannya dengan maksud mendekatkan diri kepada Alloh dan meneladani Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa Salam. Ditekankan pelaksanannya pada sepuluh hari terakhir pada bulan Ramadhan.
4.     Waktu i’tikaf : ”Adalah Nabi Shallallahu 'alaihi wa Salam apabila bermaksud untuk melaksanakan i’tikaf, beliau sholat fajar lalu memasuki tempat i’tikaf beliau.” (muttafaq ’alaihi)
[Yaitu pada pagi hari kesepuluh bulan Ramadhan].
”Nabi pernah beri’tikaf pada sepuluh hari di bulan Syawwal.” (muttafaq ’alayhi).
5.     Syarat mu’takif (orang yang beri’tikaf) : Dia haruslah seorang yang mumayyiz (berakal sehat dan baligh) dan suci dari janabat, haidh dan nifas.
6.     Rukun I’tikaf : Menetap di masjid dengan niat mendekatkan diri kepada Alloh Ta’ala.
7.     Yang dibolehkan bagi orang yang beri’tikaf :
a.     Keluar dari tempat i’tikaf-nya untuk mengantarkan keluarganya.
b.     Menyisir rambut, mencukur rambut, menggunting kuku, membersihkan badan (mandi), berparfum dan menggunakan pakaian yang bagus.
c.      Keluar dari masjid untuk menunaikan hajat yang mendesak, seperti buang air besar dan kecil, makan dan minum apabila tidak ada yang mengantarkan makanannya.
d.     Bagi seorang yang beri’tikaf, ia haruslah makan, minum dan tidur di Masjid dengan tetap harus menjaga kebersihannya.
8.     Etika di dalam I’tikaf : Dari ’Aisyah radhiyallahu ’anha beliau berkata : ”Tuntunan di dalam i’tikaf yaitu tidak keluar kecuali untuk menunaikan hajat yang mendesak, tidak mengunjungi orang sakit, tidak menyentuh dan berkumpul (jima’) dengan isterinya, dan tidak ada i’tikaf kecuali di Masjid Jama’ah. Juga merupakan tuntunan adalah bagi orang yang beri’tikaf tetap harus berpuasa.” (Shahih, HR al-Baihaqi).
9.     Yang membatalkan i’tikaf : Jima’, keluar dari masjid tanpa ada keperluan secara sengaja, hilangnya ingatan karena gila atau mabuk, dan mengalami haidh dan nifas.
10.                  Yang disunnahkah bagi mu’takif  : Memper-banyak ibadah-ibadah nafilah seperti sholat, membaca Al-Qur`an, berdzikir dan membaca buku-buku agama.
Yang dibenci bagi mu’takif : Menyibukkan dirinya dengan hal-hal yang tidak bermanfaat baik berupa perkataan maupun perbuatan, dan menahan diri dari berbicara dengan anggapan hal ini sebagai pendekatan diri kepada Alloh. [Lihat Fiqhus Sunnah].

2 komentar:

  1. asssalamualaikum, saya mau bertanya:
    1.apakah benar itikaf itu harus di masjid dalam waktu sepuluh hari yang di sunahkan, dan bagaimana jika itikaf itu di kerjakan jika hanya waktu menjelang sebelum fajar saja (berkisar jam 2 hingga sebelum waktu imsak) ?''

    BalasHapus
  2. I'tikaf secara syr'i (terminologi) adalah berdiam diri dengan beribadah di masjdi pada sepuluh hari terakhir di bulan ramadhan. Adapun secara bahasa (etimologi) adalah berdiam diri. Sebagaimana Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi wasalam beri'tikaf, maka sunnah i'tikaf adalah sepuluh hari terakhir bulan ramadhan. Adapun jika hanya beberapa saat saja i'tikafnya maka hal ini dibolehkan namun kurang sempurna Wallahu a'lam.

    BalasHapus

Please Uktub Your Ro'yi Here...