Senin, 28 Mei 2012

KEBUTUHAN SOSIAL REMAJA



PERTAMA: KEBUTUHAN AKAN TEMAN

     Kebutuhan kepada teman, berada pada (kelompok) kebutuhan-kebutuhan sosial yang mendasar, yang tercakup di dalamnya: kebutuhan pada pernikahan atau perkawinan dengan lawan jenis dengan cara yang sesuai dengan fitrah dan syariat, yang membawa kepada ketemteraman dan kesempurnaan, dan kebutuhan kepada pekerjaan dan tanggung-jawab, melalui hal-hal itu seseorang mengidentifikasi diri dan perannya dalam keluarga dan masyarakat luas. Uraian tentang kedua hal ini ada pada (pembahasan) berikutnya.
     Manusia menurut tabiatnya adalah mahluk sosial, perkenalan antara manusia, serta apa-apa yang timbul dari (perkenalan) dari maslahat-maslahat yang besar (seperti) dalam tolong menolong, pernikahan, kebersamaan adalah merupakan perkara yang ada lagi jelas, Allah Taala berfirman:

Hai manusia, sesungguhnya kami menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan sorang perempuan dan menjadikan kamu berbangsa-bangsa dan bersuku-suku supaya kamu saling kenal mengenal. Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu di sisi Allah adalah orang yang paling bertaqwa di antara kamu, sesungguhnya maha mengetahui lagi maha mengenal.[1]

Pertemanan adalah bentuk hubungan dan acuan sosial, yang mana sejarah manusia hampir tidak perna lepas darinya, hal itu menjadi acuan/sumber pendidikan manusia, pengetahuannya, keramahannya, kegembiraannya, keterhiburannya dan saling membantunya, hal itu mempunyai dampak yang besar dalam kehidupan seseorang, dari segi kejiwaan, sosial dan pengetahuan, diantara contoh (dalam) sejarah, yang memperjelas dampak dan fungsi pertemanan adalah, pertemanan/persahabatan Abu bakar Assiddiq terhadap Rasulullah S.A.W. ikatan kejiwaan dan hasil yang ditimbulkan oleh persahabatan yang berharga ini, adalah dilihat dari keterikatan (kedua) nya dengan tujuan-tujuan yang tinggi dan mulia, yang berakibat untuk hidup dalam keadaan manis dan pahit, susah dan senang, kaya dan miskin, dalam keadaan aman dan takut, dalam satu lobang, satu arah, satu penderitaan, dan dalam kondisi susah dan genting, dalam situsi takut, sedih dan asing. Allah Taala berfirman:

Jikalau kamu tidak menolongnya (Muhammad) maka sesungguhnya Allah telah menolongnya (yaitu) ketika orang-orang kafir (musyrikin Mekkah) mengeluarkannya (dari Makkah) sedang dia salah seorang diantara dua orang ketika  keduanya berada dalam gua, diwaktu dia berkata kepada temannya: "janganlah kamu berduka cita sesungguhnya Allah bersama kita".[2]

     Dan adalah keduanya berada pada usia yang bedekatan, diantaranya keduanya berselang dua tahun, adalah keduanya menghimpun karekter yang hampir sama, akal, wibawa, keluasan wawasan, toleransi, kemuliaan dan kehormatan, dan pada perasaan cinta, simpati dan belas-kasih.
     Persahabatan adalah tuntutan kejiwaan yang manusia tidak bisa berlepas diri darinya, khususnya pada jenjang remaja. Dengan adanya pertemanan yang harmonis, (maka) terlaksana pengisian waktu, tukar fikiran, informasi, penyebaran angan-angan dan kebersamaan dalam emosi dan perasaan. Sahabat pada banyak kesempatan terkadang memberi ide/pendapat, penyatuan pemikiran dan meletakkan rencana serta merealisasikannya; hal itu bukan hanya pada perasaan dan kejiwaan semata akan tetapi mempunyai dimensi aktifitas dan praktek dalam kehidupan pemuda. Tidak munkin melarang remaja dari persahabatan atau mengharuskan pengasingan diri, hal itu adalah perkara yang bertentangan dengan tabiat dan perilaku manusia, (berarti) mencegahnya dari kebutuhan kejiwaan yang penting, oleh karena itu penjara  adalah hukuman yang buruk karena menjauhkan manusia dari kebutuhannya yang penting, mencegahnya dari  berkumpul dan berbaur dengan orang-orang, membangkitkan kegelisahan, kesedihan dan kesusahannya. Dalam metode pendidikan Rasulullah S.A.W. memperingatkan kita kepada yang demikian itu, Rasulullah S.A.W. mengharuskan pengasingan dalam masyarakat kepada tiga sahabat[3] yang tidak ikut perang Tabuk , dan mencegah mereka dari pemenuhan kebutuhan kejiwaan penting yaitu kebutuhan berafiliasi atau bermasyarakat. Kaab bin Malik berkata semoga Allah meridhoinya, dalam menuturkan kisah  panjangnya tentang dirinya dan tentang kedua sahabat yang tidak ikut peperangan(...Rasulullah melarang untuk berbicara dengan kami ...maka orang-orang menjauhi kami dan mereka berubah terhadap kami, sehingga bumi sempit bagi diriku, maka (seolah-olah) bukan bumi yang saya kenal..)[4] juga dia berkata: (sampai ketika ketidak- ramahan kaum muslimin terhadap saya berlangsug lama, saya berjalan hingga saya memanjat dinding rumah Abu Qatadah dia adalah anak paman saya dan orang yang paling saya cintai, maka saya memberi salam kepadanya, demi Allah dia tidak membalas salam saya, maka saya berkata kepadanya: wahai Abu Qatadah saya memanggilmu, demi Allah apakah kamu tahu saya mencintai Allah dan Rasulnya? maka dia diam, Lalu saya mengulangi memanggilnya, maka dia diam, maka saya mengulangi memanggilnya, maka dia berkata Allah dan Rasulnya yang lebih tahu, maka berlinang kedua mata saya)[5] ketiga orang ini terus dalam keadaan seperti ini, yang mana Allah menggambarkan jiwa-jiwa mereka, (mengalami) sakit, kesal dan tertekan hingga Allah menerima taubat mereka, Allah menurunkan firmannya:

Dan terhadap tiga orang yang ditangguhkan (penerimaan taubatnya) mereka, hingga apabila bumi telah telah menjadi sempit bagi mereka, padahal bumi itu luas dan jiwa merekapun telah sempit (pula terasa) oleh mereka, serta mereka telah mengetahui bahwa tidak ada tempat lari dari (siksa) Allah, melainkan kepadaNYA saja. Kemudia Allah menerima taubat mereka agar mereka tetap dalam taubatnya. Sesungguhnya Allah-lah maha penerima taubat lagi maha penyayang.[6]

     Lihatlah dampak pengsingan diri terhadap jiwa, dan lihatlah hikmah berkumpul, bergabung, tolong-menolong dan bertukar-fikiran (diantara) manusia, manusia sangat butuh akan hal itu.
     Remaja sering kali merasa tidak senang terhadap pengasingan diri dan membenci hidup sendiri dan sifat egoisme selama tidak terpaksa atau diharuskan. Dia merasakan kebutuahan kejiwaan yang besar untuk bertemu dengan sahabat-sahabatnya dan anak-anak seumurnya, dia merasakan bahwasanya mereka memberinya bekal kejiwaan yang tidak diberikan orang-dewasa ataupun anak-anak terhadapnya.
     Para remaja cenderung kepada kawan-kawan dan teman-temanya yang berdekatan dengan mereka dari segi umur untuk membentuk satu persahabatan, bersama dalam banyak hal, diantara yang paling penting adalah keserupaan dalam perobahan jasmani, anggota tubuh, kejiwaan dan sosial dan keserupaan dalam penderitaan dan problema-peroblema (hidup) serta keserupan dalam posisi terhadap orang dewasa. disamping pertemananan pada jenjang sekolah atau jenis pekerjaan atau terkadang dari segi tempat tinggal. Dan setelah bebarapa waktu dia (akan) bergabung dalam satu pengalaman dan jenis keahlian yang diperoleh melalui situasi yang berbeda yang dilalui dengan persahabatan dan kebersamaan dalam membentuknya. Dengan demikian tingkatan pertemanan dikategorikan sebagai salah satu sumber yang penting dan utama dikalangan remaja untuk meniru dan memperoleh pendapat dan pemikiran, dan dikategorikan sebagai hal yang paling banyak diterima diantara beberapa tingkatan masyarakat.
     Pertemanan serta kesamaan diantara kawan-kawan, terkadang membawa kepada persatuan dan kecintaan terhadap teman, dimana remaja tidak mendahulukan/memperioritaskan seorangpun atasnya dan pada kebanyakannya menghubungkan kepentingannya dengan kepentingan temannya serta pendapatnya dengan pendapat temannya. Dan bersungguh-sungguh membantu temannya menghadapi bahaya dari luar yang dia lihat mengancamnya. Adapun yang menjadikan persahabatan menonjol  dibanding selainnya dari hal-hal yang mempunyai andil dalam memperikan pemikiran, posisi, contoh dan teladan, yaitu ada dua hal:

PERTAMA: Bahwasanya persahabatan kebanyakan bersifat pilihan, yaitu hubungan yang dipilih remaja terhadap dirinya, dialah yang menyeleksi teman-temannya serta membangun hubungan bersama mereka sesuai dengan keinginan dan kecenderungannya, pilihan kejiwaan atau rohani ini terlaksana, baik dengan bentuk yang spontanitas dimana terjadi berbarengan dengan pertumbuhan remaja, melalui kehidupan kanak-kanaknya atau kehidupan remajanya, dimana di dalamnya ada perobahan, problem dan penelitian-penelitian, ataukah terlaksana dengan bentuk penseleksian tergantung banyaknya situasi dan kesempatan berbamasyarakat yang tersedia bagi remaja, yang menjadikannya berkumpul bersama dengan anak-anak seusianya.
     Hal ini bertolak-belakang dengan hubungannya dengan kedua orang-tuanya atau guru-gurunya atau teman-teman sekelasnya, sesungguhnya hal itu adalah keharusan baginya, sedangkan penseleksian adalah kegiatan yang menyenangkan bagi remaja, mengingatkan akan kebebasan dan identitas dirinya.

KEDUA: Keserasian diantara jiwa dan rohani dan kesamaan didalam pengalaman dan jenis problema, ini adalah perkara yang melipat gandakan pengaruh pertemanan dan menambah persatuan dan kesetiaan dintara teman.
     Penelitian-penelitian kejiwaan telah menjelaskan bahwasanya "ada beberapa bentuk yang mengatur hubungan antara remaja dan teman-temannya", melihat pentingnya hal ini kami akan mengetengahkan pada pembaca sebagian  permasalahan (ini).
     Diantara (yang demikian) itu, apa diyakini beberapa ahli[7] bahwasanya pemuda kecil memutuhskan hubungan dengan masyarakat dewasa, dan cenderung untuk merangkai lingkungan dan pengetahuan yang khusus bagi mereka, baginya symbol dan bahasanya, dan diatas (semua) itu bagi mereka, peraturan dan nilai yang berbeda dari peraturan orang dewasa. Para peneliti menambahkan bahwasanya remaja cenderung bergabung dengan siapa yang berdekatan dengannya (dari segi) umur itu sendiri, untuk memperoleh rasa aman dan dorongan di tengah-tengah masyarakat orang dewasa yang jauh dari dunia, perasaaa dan problema mereka. Pada satu penelitian[8] yang dilakukan pada 9056 remaja kira-kira dari umur 12 sampai 18 tahun, untuk mengetahui perobahan-perobahan yang terjadi pada kecenderungan-kecenderungan remaja ke arah penentangan- penentangan (terhadap) pengarahan dan konsultasi,  ternyata ada penurunan yang jelas dalam penerimaan pendapat-pendapat dan pengarahan-pengarahan kedua orang-tua mereka, penurunan ini bersifat tidak tetap, bahkan ketidak-senangan remaja terhadap pengarahan kedua orang-tua bertambah setiap bertambahnya umur; sampai mencapai puncaknya pada tahun-tahun terakhir pada jenjang aliyah/sekolah menengah atas.
     Pada penelitian yang lain[9] yang terlaksana dengan meminta pengisian angket pada 623 murid pada tujuh sekolah lanjutan atas, terkuak bahwasanya ada penurunan komunikasi (antara) remaja dengan orang dewasa, terhadap bapak, guru dan selain mereka, dan terkuak bahwasanya penurunan interaksi, ketidak-ramahan, hubungan yang buruk dan ketiadaan perhatian terhadap remaja berakibat kepada meningkatnya komunikasi/hubungan remaja terhadap temannya dan (semakin) bertambah kesukaan serta kesetiaan terhadapnya.
     Pada satu penelitian [10] perbandingan antara dua waktu (penelitian) diantaranya/terpaut (16) tahun secara umum pada sekolah-sekolah lanjutan atas, dari kedua penelitian tersebut menjadi jelas bahwasanya "remaja memilih sumber nasehat dan konsultasi sesuai dengan permasalah yang mereka hadapi", maka pada beberapa permasalahan mereka diarahkan dengan kuat oleh pendapat-pendapat teman-teman mereka, dan pada beberapa kesempatan yang lain diarahkan oleh pendapat-pendapat orang-tua mereka; seumpamanya pada permasalahan-permasalan materi, pemilihan spesialisasi (pendidikan) dan mata pelajaran sekolah, mereka bermusyarwarah dengan bapak mereka secara lebih banyak, adapun pada segi hobi atau model pakaian, keikut-sertaan pada klub-klub (olah-raga) dan semacamnya seperti mengisi waktu yang kosong, rekreasi dan jenis mobil, mereka mengikuti keinginan-keinginan dan pendapat-pendapat temen-teman mereka. Penelitian menunjukkan bahwasanya pemuda sebelum umur sepuluh tahun, dalam meminta pendapat dan konsultasi tidak cenderung untuk beralih kepada satu arah, tidak kepada bapak(saja) dan tidak pula kepada teman-teman (saja) sebagai satu-satunya sumber. bahkan mereka itu bebas memilih dalam mengambil pendapat.  perkara ini bertumpu pada jenis problem dan permasalahan yang mereka hadapi, akan tetapi pada permasalahan-permasalahan yang krusial remaja meniru tingakah-laku, pendapat, dari teman-temannya, yang berhubungan dengan tata-krama, pakaian, kegiatan sehari-hari, hobi dan lain-lain. Semua ini adalah permasalahan-permasalahan yang serius dan terus berganti yang menimbulkan dampak yang akumulatif (seiring) berlalunya waktu, (yang mana) keperibadian, sifat-sifat dan prilaku-prilaku remaja terbangun diatasnaya.
     Dan pada penilitian yang lain[11], sebagai contoh dari (1560) murid laki-laki dan perempuan pada sekolah-sekolah lanjutan atas di kota Riyad di Kerajaan Saudi Arabiyah, terkuak bahwasanya remaja pada umur ( 16, 17, 18 tahun ) yaitu phase pertengahan remaja, mereka menghindari dari berkonsultasi dan meminta nasehat guru-guru mereka. Kebalikan dengan remaja yang lebih muda atau yang lebih tua, sesungguhnya dia mengambil faedah dari pengajar dan guru-guru mereka. Hal ini menunjukkan ambisi remaja pada kebebasan dari satu segi, dan kepada keterasingan dan ketidak-ramahan yang dialami remaja dari di tengah-tengah masyarakat dengan sebab yang bersumber dari mereka (sendiri), kerabat dan sekolah mereka dari segi yang lain, yang berakibat kepada saling menjauh dan menjaga jarak diantara kedua belah fihak, yang menghalangi para pendidik, orang-tua dan para guru terhadap pencipataan hasil/dampak yang tepat pada remaja.
     Jika kita berusaha untuk mengidentifikasi sebab-sebab yang menyebabkan para remaja menjauh dari orang dewasa dan beralih kepada teman untuk mengambil/meniru pendapat-pendapat, pemikiran-pemikiran dan model-model pergaulan dari mereka, kita dapatkan bahwasanya yang terpenting adalah:

PERTAMA: keberadaan teman, menyediakan kebutuhan kejiwaan yang besar, (yang mana) remaja jarang menjadi tenang tanpa keberadaannya.
KEDUA: adanya kesamaan pada prilaku dan perasaan.

KETIGA: Bahwasanya pertemanan bersifat pilihan, remaja tidak dipaksakan akan hal itu, akan tetapi dia tentukan melalui pilihannya dengan memperhatikan faktor-faktor yang membantu pada yang demikian itu, seperti tetangga, kerabat dan perkumpulan, pilihan ini menjawab kebutuhan kejiwaan yang lain dikalangan remaja, mereka tidak menginginkan  sesorang memaksakan pilihan dan pendapat-pendapatnya terhadap mereka tentang teman-temannya, hal itu adalah kecenderungan umum pada jenjang remaja, dimana remaja condong/cenderung untuk bebas dalam tingkah-laku dan (mengungkapkan) pendapat dan cenderung untuk memilih diantara beberapa alternative yang berbeda, bertolak belakang dengan anak-anak yang tidak mengetahui perinsip-prinsip sosial serta tidak memahami nilainya. Para ahli jiwa menambahkan faktor-faktor (yang menyebabkan) besarnya daya tarik dan jauhnya dampak teman pada remaja, faktor yang menjadi sarana antara kesiapan kejiwaan remaja dan terjadinya pengaruh, tingkah laku dan pengetahuan dalam kehidupan mereka, yaitu:

1.      INTERAKSI: dimana remaja terkesan dengan temannya melalui hubungan dan kehidupan sehari-hari; dia bergaul dan menyaksikan tingkah-lakunya dan mereka berhati-hati terhadap kejadian-kejadian dan situasi-situasi luar dan mereka menempu satu jalan dalam perjalanan mereka.

2.      KEBERSAMAAN: Dimana pendapat dan tingkah-laku memperoleh kekompakan, yang tergambar dalam kelompoknya sedikit jumlahnya atau banyak, mereka berkumpul atau tampil pada pendapat dan model tingkah-laku yang sama ataupun serupa, manusia lemah dalam keadaan sendiri dan kuat (jika bersatu) dengan teman-temannya dia mendapatkan pada tingkah laku, perasaan dan pendapat bantuan.

3.      PERSELISIHAN: [12] posisi keluarga ataupun sekolah ataupun orang dewasa pada umumnya berselisih terhadap para remaja, atau memandang remeh serta memberikan ejekan terhadap mereka, terkadang menambah keakraban remaja terhadap temannnya, dan menambah pengaruh teman terhadapnya, yang demikian itu karena perselisihan membawa kepada persatuan bagian-bagian/blok-blok (anggota kelompok) yang bertikai serta memdekatkan diantara mereka, sementara yang berhadapan disini adalah antara masyarakat remaja dan masyarakat orang-dewasa

     Memunkinkan untuk menggambarkan faktor-faktor dasar (yang menjadi) sarana terhadap kuatnya daya tarik dan pengaruh teman pada diri remaja, pada gambar ( 2 ).


















     FaKtor-faktor ini terkumpul, yaitu: (1- kebutuhan kejiwaan, 2-seleksi teman, 3-kesamaan, 4-interaksi, 5-kebersamaan, 6-perselisihan) yang menampakkan nilai dan hikmah (secara) jelas dan kuat atas pentingnya sahabat dan teman serta pengaruhnya yang mengagumkan pada diri temannya dan pada tabiat dan sifat-sifatnya; diriwayatkan oleh Abu Hurairah semoga Allah meridhoinya, dari Nabi SAW. Bahwasanya beliau bersabda: roh-roh itu bagai prajurit yang bermacam-macam jika saling mengenal maka menjadi akrab, jika tidak salig mengenal dia berselisih[13]                                                                      
   
Kamu menemukan ketika kamu melihat kepada orang-orang dan masyarakat (bahwa) yang kecil bersama dengan yang kecil, pemuda bersama dengan pemuda, sampai kepada orang lanjut usia bersama dengan sesamanya, faktor keserasian (pemersatu) disini adalah umur, begitupula kamu mendapatkan orang baik dengan sesamanya, dan begitupula orang yang (berkelakuan) buruk, faktor kecocokan disini adalah kesamaan kepentingan, kamu temukan juga seorang pedagang bersama dengan sesamanya, buruh bersama dengan sesamanya, mereka disatukan oleh jenis pekerjaan, keserupaan, kemampuan dan keahlian. Pendidik akan mendapatkan banyak hal (yang menjadi) faktor-faktor kuat yang menyatukan remaja dengan sesamanya serta menyerasikan jiwa-jiwa mereka. Jenjang yang lain tidak menyamai jenjang remaja dalam hal hubungan dan keserasian antara teman, hadits yang baru disebutkan tadi termasuk hadits pendidikan dan dakwah yang lengkap yang menjelaskan tingkah-laku dan mengarahkan kepada titik lemah maupun kuat.
     Persahabatan yang terbentuk atas dasar (yang demikian) ini pasti akan mempunyai pengaruh/dampak yang fundamental dalam kehidupan remaja. Diriwayatkan oleh Abu Musa Al-Asyaari semoga Allah meridhoinya bahwasanya Nabi SAW.bersabda: (sesunggunya perumpamaan teman/jalis yang baik dan teman yang buruk adalah seperti orang yang membawa minyak wangi dan pandai besi: maka adapun orang yang membawa minyak wangi, kemunkinan dia memberimu  ataukan kamu (bisa) membeli darinya, ataukan kamu mendapatkan aroma yang harum, dan (adapun) pandai besi kemunkinan dia membakar pakaianmu atau kamu mendapatkan bau busuk darinya)[14]
     (adapun) kata jalis adalah bentuk kata mubalagah atas timbangan fail, berasal dari kata mujalasah dan mulazamah, sungguh telah dijelaskan dalam hadits dampak yang besar terhadap teman pada tingkatan yang bertahap dan Rasulullah mengumpamakan dengan perumpamaan yang (ditangkap oleh) indra, didalamnya menjadi jelas dampaknya walaupun sangat kecil sekalipun; dimana beliau menjadikan contoh pada penciuman dari aromah yang harum atau bau yang busuk.
     Tidak ada keraguan, bahwasanya "teman mempunyai dampak yang akumulatif dan bertahap terhadap keperibadian dan akhlak seseorang". karena sesungguhnya teman yang banyak didampingi dan ditemani haruslah orang yang disukai dan intim. begitulah keadaan remaja bersama dengan teman mereka. terkadang kecintaan sampai kepada persaudaraan yang istimewa, dimana perasaan dan tujuan menjadi satu, persahabatan menjadi tulus dan karekter dan sifat-sifat menjadi serasi, maka seorang sahabat tidak akan memutuskan satu perkara tampa sahabatnya; sungguh Rasulullah SAW. bersabda: (seseorang sesuai dengan agama sahabatnya, maka hendaklah seseorang melihat kepada siapa yang dia jadikan sahabat)[15] pada hadits yang lain Rasulullah SAW. bersabda: (sesorang tergantung siapa yang dia sukai ) [16] dan jarang kita temukan remaja yang mempunyai teman dan sahabat dan senantiasa bersama dengan temannya kecuali dia itu menempu cara dan jalannya, bersatu dengannya pada pemikiran, tingkah-laku dan ahklaknya, jika (sahabatnya) baik maka dia baik dan jika buruk maka dia buruk, kemudian setelah berlalunya umur remaja yang genting itu, pada kebanyakannya dia tetap pada apa yang ada padanya dari kecenderungan dan sifat-sifat, dan kemunkinan temannya tetap seperti semula tidak berubah dari keperibadian dan sifat-sifatnya, seperti inilah yang banyak terjadi.
     Teman atau sahabat berpengaruh terhadap aqidah dan buah pemikiran seseorang, hal ini adalah dampak yang paling dalam yang terkadang pendidik baik itu bapak, ibu dan para guru tidak memberikan perhatian kecuali setelah berlalunya waktu, yaitu" ketika manusia telah terbagi menjadi dua: golongang mu'min yang konsisten dan istiqamah, yang ganjarannya surga dan kenikmatan, serta golongan yang menyimpang dari keimanan dan jalan yang lurus, maka ganjarannya adalah neraka dan kesengsaraan; Allah Taala berfirman:

Dan (ingatlah) hari (ketiaka itu) orang yang zalim menggigit dua tangannya, seraya berkata: "aduhai kiranya (dulu) aku mengambil jalan bersama-sama rasul." Kecelakaan besarlah bagiku: kiranya aku (dulu) tidak menjadikan sifulan itu teman akarab(ku). Sesungguhnya dia telah telah menyesatkan aku dari Al-Qur'an ketika Al-Qur'an itu telah datang kepadaku. Dan adalah syaitan itu tidak mau menolong manusia.[17]

     Ketika orang-orang dan para pendidik memperhatikan keadaan yang serius/genting serta tikungan yang mematikan yang berperngaruh terhadap aqidah dan agama seseorang ini, yang menghancurkan fitrah dan masa depan, maka kesuksesan dan keselamatan (diraih), Allah Taala berfirman:

Lalu sebahagian mereka menghadap kepada sebahagian yang lain sambil bercakap-cakap. Berkatalah salah seorang diantara mereka:"sesungguhnya aku dahulu (di dunia) mempunyai seorang teman, yang berkata: "apakah kamu sungguh-sungguh termasuk orang-orang yang membenarkan (hari berbangkit)? Apakah bila kita telah mati dan kita telah menjadi mati dan tulang belulang, apakah kita sesungguhnya kita benar-benar (akan dibangkitakan) untuk diberi pembalasan?" Berkata pulalah ia: maukah kamu meninjau (temanku itu)?" maka ia meninjaunya, lalu melihat temannya itu di tengah-tengah neraka menyala-nyala. Ia berkata (pula): "Demi Allah, sesungguhnya kamu benar-benar hampir mencelakanku. Jikalau bukanlah karena ni'mat Tuhanku pastilah aku termasuk orang-orang yang diseret (ke neraka).[18]

     Adapun teman itu adalah sahabat yang senantiasa menemani[19], lihatlah kepada penyesatan dan penghancuran (terhadap) orang mu'min serta bujukan terhadap keyakinannya serta pendustaan hari kebangkitan serta pengingkaran terhadap kemampuan Tuhan untuk menghidupkan orang mati.
     Dan karena besar dan jelasnya dampak yang ditimbulkan pertemanan terhadap keperibadian dan sifat-sitat anggota persahabatan, jadilah pendidik dan peneliti mengetahui seseorang melalui teman-temannya dan menilainya (atas dasar) pengetahuannya terhadap sahabat dan temannya; sungguh telah ada dalam atsar:(berhati-hatilah kamu terhadap teman yang buruk; karena melalui dia kamu dikenal) orang-orang bijak menganjurkan untuk memakai ukuran yang terperinci ini untuk mengidentifikasi keperibadian dan karekter manusia, sampai sebahagian dari mereka berkata:

Tentang seseorang kamu jangan bertanya (kepadanya) dan bertanyalah kepada temannya.
Karena setiap teman dengan yang ditemani (saling) mengikuti.

     Hal ini menunjukkan atas dampak besar yang akumulatif bagi teman dan sahabat sebagaimana (yang disebutkan) terlebih dahulu.

     Berkata yang lain[20]:

Seseorang dinilai melalui orang lain apabila dia bersamanya.
Dan orang yang mempunyai aib apabila bergaul dengan orang yang baik maka ia akan menjangkitiya.
Bagi sesuatu terhadap sesuatu yang lain penilaian dan penyerupaan.
Bagi jiwa terhadap jiwa yang lain (menjadi) petunjuk apabila dia menerimanya.

     Akan tetapi kegiatan apakah yang ditawarkan yang membantu remaja (mendapatkan) teman yang shaleh yang memberinya faidah dan mamfaat, dan menolongnya dalam membangun keperibadian yang ideal serta mencegah dari penyakit kejiwaan dan kegagalan sosial serta negatifisme? Penilitian ini tidak menawarkan bentuk pendidikan yang wajib dan terbatas; sesungguhnya pendidik yang jeli, baik bapak, ibu dan guru, mudah baginya mengambil mamfaat dari keadaan, kesempatan dan sarana-sarana yang yang tidak terbatas. Dan cukuplah penulis menunjukkan urutan lankah-langkah yang berhubungan dengan sarana-sarana dan faktor pendukung untuk menghubungkan remaja dengan teman yang tepat. Terangkum pada yang berikut:

1 –pendidik mengetahui syarat dan sifat-sifat teman yang shaleh, yang memungkinkan anak didik untuk dihubungkan kepadanya, dan tidaklah gampang untuk mengenalkan remaja dengan teman yang shaleh selama dia tidak tahu sifat dan ukurang yang mendasari penentuan teman tersebut. Perincian pembahansan ini bukan disini tempatnya[21].
     Disini kami kemukakan ukuran-ukuran umum yang munkin untuk dipergunakan ketikan melakukan kegiatan seleksi terhadap teman, diantaranya:

A. KEBAIKAN: Yaitu kecenderungan teman kepada kebaikan baik perkataan maupun perbuatan, dan nampak padanya pada sifat-sifat, tingkah-laku dan kecenderungannya.

B. WAWASAN KEISLAMAN: Yaitu ukuran pemikiran; dimana orang yang diambil (sahabat) adalah pemilik bacaan-bacaan (sesuai) syariat, dan bacaan-bacaan tentang masyarakat islamy, jika bacaan-bacaan memperlihatkan kecenderungan dan perhatian terhadap sisi ini. Sebaliknya jika bacaan-bacaan teman adalah buku-buku novel, atau cerita-cerita cinta atau majalah-majalah porno, atau buku cerita dan dongeng-dongeng, maka sesungguhnya hal itu menuntun pada keburukan bagi dia setelah itu.

C. RASIONAL DAN BIJAKSANA: Dimana teman menjadi bijaksana dalam memenuhi keinginan dan kebutuhan-kebutuhannya. hal ini adalah perkara relative; karena pemuda adalah paling sedikit kebijak-sanaan dalam memenuhi kebutuhan-kebutuhan dan permintaan-permintaan mereka dibanding orang dewasa. kebijak-sanaan dan ketidak-bijaksanaan nampak ketika remaja memenuhi kebutuhan-kebutuhan sex, kemasyarakatan, keingin-tahuan dan lain-lain.

D. KESERASIAN: Yaitu hendaknya teman membawa pada watak dan karakternaya, sifat-sifat yang mengundang keserasian/kekompakan bersamanya, kepuasaan terhadapnya serta pembauran dengannya; karena watak manusia berbeda-beda dan bermacam-macam, dan dengan dasar itu jiwa menyatu atau berpisah; sebagaimana yang telah dijelaskan oleh Rasulullah SAW.

E. LINGKUNGAN HIDUP: yang kami maksud adalah lingkungang dimana teman itu hidup baik keluarga, kerabat dan tetangga; sesunguhnya hal itu adakalanya  baik dan  buruk lagi rusak, pada kebanyakannya teman terpengaruh dengan yang demikian itu dan terwarnai dengan kebiasaan tingkah-laku dan pemikiran bagi lingkungan tersebut.

2- PEKA DAN CEPAT TANGGAP:
Pendidik hendaknya memperhatikan penting dan seriusnya pertemanan pada remaja dan hendaknya bersiap sebelum remaja mencapai umur remaja, terkadang para pendidik meletakkan rencana dan usulan-usulan yang dapat diperaktekkan, dipergunakan ketika mencapai umur remaja, dan kepada pendidik supaya mempersiapkan anaknya ataupun muridnya sebelum masa remaja dengan memberinya informasi-informasi, nasehat-nasehat dan keahlian yang dapat mengingatkan dan memberitahu akan pentingnya teman yang shaleh, indahnya pengaruhnya dan besarnya perannya dalam kehidupan manusia,  serta hal-hal yang mengingatkannya akan jeleknya akibat karena berteman dengan orang-orang yang buruk serta bahaya menemani dan mengambilnya sebagai sahabat.[22]

3- PERSIAPAN MENDAPATKAN TEMAN YANG SHALEH:

Yaitu dengan memilih tempat tinggal yang tepat yang didampingi oleh keluarga yang berkeinginan besar terhadap perbaikan dan kelurusan anak-anak mereka, dan tidaklah mengapa bapak merobah/memindahkan tempat tinggalnya karena buruknya tetangga dan rusaknya keturunan mereka, supaya hal itu tidak berpindah kepada anaknya. Dan pada kebanyakan remaja memilih teman dari anak-anak tetangga maupun kampung, yang berdekatan ataupun sama dengannya dari segi jenjang dan umur. Terkadang bapak terpaksa harus merobah/mengganti negerinya dalam rangka mendapatkan sahabat yang saleh, dan mencegah teman yang buruk; karena lingkungan tetangga yang remaja berbaur didalamnya mempunuyai akibat secara langsung terhadap remaja. sungguh Rasulullah SAW. telah memberikan bagi kita perumpamaan dengan seorang lelaki yang bertaubat yang diperintahkan untuk mengganti negerinya karena mengharap teman yang shaleh dan memberikan perbaikan, sungguh Rasulullah SAW.telah bersabda:

     (Ada seorang laki-laki sebelum kamu yang telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, lalu dia bertanya kepada orang alim dari penduduk negeri, maka dia ditunjukkan kepada seorang pendeta, maka dia mendatanginya lalu dia berkata: bahwasanya dia telah membunuh sembilan puluh sembilan jiwa, maka apakah ada baginya taubat? lalu dia menjawab: tidak ada, maka dia membunuhnya maka dia mencukupkannya seratus orang, kemudian dia bertanya kepada orang yang paling berilmu dari penduduk negeri maka dia ditunjukkan kepada seorang yang berilmu, maka dia berkata: bahwasanya dia telah membunuh seratus orang, apakah ada padanya taubat? Maka dia menjawab ya, tidak ada yang menghalangi antara kamu dengan taubat, berjalanlah ke negeri yang seperti ini, dan seperti ini, sesungguhnya didalmnya ada orang-orang yang menyembah Allah Taala, maka sembahlah Allah bersama dengan mereka, dan janganlah kamu kembali ke negerimu  karena sesungguhnya negerimu adalah negeri yang buruk. Maka berjalanlah dia sampai ketika mencapai separuh perjalanan dia didatangi kematian, maka berselisih padanya malaikat pembawa rahmat dan malaikat pembawa azab, maka malaikat rahmat berkata: dia datang bertaubat menghadap/menemui Allah dengan sepenuh hatinya, dan malaikant azab berkata: sesunguhnya dia belum melakukan kebaikan sedikitpun. Maka mereka didatangi malaikat dalam bentuk manusia dan menjadi hakim diatara mereka, maka dia berkata ukurlah diantara dua negeri maka negeri yang mana yang paling dekat maka dia (termasuk) padanya (penduduknya), maka mereka mengukurnya lalu mereka mendapatinya lebih dekat dengan negeri yang dia tuju, maka dia dijemput oleh malaikat rahmat)dan pada riwayat yang lain (maka negeri yang (terdapat orang-orang) shaleh lebih dekat sejengkal maka dijadikan dia dari penduduknya)[23]
     negeri yang buruk mewariskan keburukan, dan melahirkan tingkah-laku yang rusak, dan menjadikan seseorang mendapatkan pada keburukan itu kecocokan, dan dalam keadaan seperti ini pendidik tidak bisa menantang arus kelompok yang digerakkan oleh perangai rusak; oleh karena itu hendaklah (menuruti) nasehat orang alim lagi pendidik itu untuk merobah negerinya dari negeri yang buruk kepada negeri yang shaleh dan istiqamah.
     Dan kepada pendidik supaya memilih sekolah yang tepat dari segi muridnya, guru-gurunya dan adimistrasinya, yang serius terhadap kelurusan murid-muridnya dan mementingkan akhlak dan watak mereka baik perkataan maupun perbuatan, pada kebanyakannya remaja memilih teman-temannya dari sekolah, dari anak-anak kelasnya, atau dari anak-anak yang serupa dengannya pada tabiat dan karakter. Dan tidak mengapa pendidik mengidentifikasi hal ini dari sekarang dan (pada waktu yang) akan datang, dengan mengenal sekolah dan mengenalisanya serta meninjau ulang. Dan supaya memindahkan sekolahnya jika keadaan menghendaki hal itu, yaitu dengan memindahkn murid ke sekolah yang lain.
     Sesungguhnya menyimpan remaja pada lingkungan shaleh/baik secara umum, seperti Negara, kampung, tetangga, sekolah, adalah kunci yang tepat persiapan menciptakan teman yang shaleh; yang demikian itu karena dia akan memilih temannya dari lingkungan itu, sebagaimana yang kebanyakan terjadi pada remaja ketika mereka mengambil teman dan sahabat. Dan sebaliknya pendidik berusaha untuk menjauhkan remaja dari lingkungan-lingkungan yang buruk dengan memindahkan dari (lingkungan buruk) serta meninggalkannya, walaupun pada hal ini (ada) kesusahan atau kerugian materi atau meyalahi anggapan/penilaian masyarakat, atau jauh dari keluarga dan kerabat dan lain-lain yang termasuk pengorbanan. Prinsif hijrah/berpindah adalah termasuk prinsif yang mendasar yang disyariatkan untuk menjaga agama.

4- Menghubungakan remaja dengan kegiatan-kegiatan yang baik dan terarah. kegiatan-kegiatan ini adalah kegaiatan yang tetap (bukan musiman) seperti organisasi sekolah, organisasi bantuan islam dan perpustakaan dan kelompok-kelompok ilmiah di mesjid-mesjid. atau (yang bersifat) musiman seperti pusat-pusat kegiatan liburan musim panas, kegiatan-kegiatan hapalan Al-Qur'an pada waktu senggang atau liburan, lingkungan-lingkungan ini merangkul murid-murid yang kebanyakan berakhlak luhur, bijaksana, (melakukan) kegiatan-kegiatan amal, kejiwaan yang baik, masyarakat yang fositif, dan sebahagia besar terbebas dari kesemboronoan dan kerusakan dalam memenuhi perasaan dan kebutuhan-kebutuhan(nya), serta dari kerusakan moral, seperti mengkomsumsi narkoba, (perbuatan) yang menggangu serta olah-raga yang berlebihan.
     Apabila bapak telah berusaha menghubungkan anaknya dengan kegiatan-kegiatan ini, maka sesungguhnya dia menghubungkannya dengan lingkungan yang saleh/baik, terbentuk darinya teman yang saleh, atau dia (kegiatan-kegiatan) mengokohkan (akhlaknya) jika sudah ada. Sungguh telah banyak remaja yang membentuk persahabatannya yang saleh/baik melalui kegiatan-kegiatan, pusat-pusat (kegiatan liburan) dan oraganisasi-organisasi tersebut, dan persahabatan mereka menjadi dekat, membawa kepada kebaikan, saling tolong menolong kepada kebaikan dan ketaqwaabn serta melaksanakan kewajiban keluarga dan sosial dengan cara/bentuk yang baik.

5- MEMINTA BANTUAN ORANG YANG MEMPUNYAI ILMU DAN KEAHLIAN.

Pendidik baik itu bapak, ibu, kakak yang lebih besar dan lain-lain, terkadang tidak bisa menghimpun cara, sarana, dan strategi yang menghubungkan anak-anak mereka dengan teman-teman yang shaleh,  terkadang tidak (punya) kemampuan atas yang demikian itu, terkadang mereka kehilangan kesempatan dan jalan masuk yang memudahkan perkara ini, maka hendaklah mereka meminta bantuan kepada para guru, imam mesjid, dai, penuntut ilmu, dan para pendidik untuk membantu mereka mengungkap dimensi-dimensi yang berkaitan dengan masalah ini, serta bermusyawarah bersama mereka pada urusan ini,  membuat rencana bersama mereka, untuk menghubungkan remaja dengan teman yang shaleh yang tepat, dan menjaukannya dengan teman yang buruk.

6-PEMANTAUAN SECARA TIDAK LANGSUNG.

     Yaitu pengawasan dan pengontrolan pendidik atas keadaan anak didik dari segi persahabatan dan pertemanannya tanpa sepengatuhuannya, hal itu karena remaja menolak pemantauan secara langsung, dan membenci pengawasan, mereka tidak merespon perintah-perintah dan nasehat-nasehat yang datang dengan metode mendikte. Dan terkadang remaja menolak teman yang dipilih oleh bapaknya, atau mereka menerima (karena) kepatuhan dan kepasrahan tanpa kepuasan, kemudian tidak berselang lama persahabatan (inipun) berakhir, terkadang pendidik menyetop remaja lalu dia memerintahkan memutuskan hubungannya, atau mengharuskan menyendiri, maka tidak menambah bagi remaja kecuali ketertekanan atas posisinya dan bersikukuh pada kecenderungannya walaupun hanya sebentar. Sesungguhnya orientasi pendidik kepada pengarahan (bersifat) tidak menekan dan kepada pengawasan secara tidak langsung,  dampaknya/hasilnya akan berbicara melalui lingkungan dan kejadiah-kejadian normal yang bersifat biasa, karena itu pengambilan langkah-langkah yang tepat, merupakan metode yang ideal pada kegiatan pendidikan, untuk membangun persahabatan yang shaleh bagi remaja dan memutuskan persahabatan yang buruk darinya.

7- MENGARAHKAN PERATURAN KELUARGA DAN KEGIATAN KESEHARIAN SESUAI DENGAN KETETAPAN-KETETAPAN YANG DISEPAKATI.

     Sungguh banyak penelitian-penelitian kejiwaan yang menunjukkan bahwasanya pengukuhan tingkah-laku, dan pengontrolan pada aktifitas-aktifitas dan reaksi manusia diatas sinar kegiatan-kegiatan yang dikukuhkan, membantunya untuk mengetahui tugas-tugas yang diharapkan, dan batas  akhir bagi kegiatan setiap orang,  membantunya untuk mengetahui hak-hak dan kewajiban-kewajiban yang berkaitan dengan semua fihak.
     Apabila anak telah mengetahui melalui kegaiatan-kegiatan sehari-hari yang tetap (menjadi kebiasaan) bagi keluarga bahwa harus baginya untuk menggunkan waktu yang terbatas bagi teman-tamanya, maka sesungguhnya dia tidak akan terjerumus untuk menyalahi itu, khususnya apabila dia tumbuh/berkembang didalamnya (kebiasaan). Apabilah dia tahu bahwasanya keluarga mengharapkan darinya memilih temannya diatas cahaya informasi dan ukuran-ukuran tertentu yang diikuti oleh keluarga bersama semua anak-anaknya, sesuai dengan jenjangnya yang berbeda-beda, maka dia, pada kebanyakannya tidak keluar dari kebiasaan umum ini yang telah disetujui oleh keluarga, dan (hal itu) dipahami melalui pembentukan (yang) membangun dan kegiatan-kegiatan yang menjadi kebiasaan bagi keluarga. Metode ini dikategorikan sebagai metode yang paling sukses dalam memahamkan sebagian remaja tentang apa yang diharapkan dari hubungan persahabatan mereka, namun sedikit keluaraga yang menggunakannya sekarang dilihat dari lancarnya kegiatan sehari-hari, tidak adanya ukuran yang tetap untuk meneriama dan menolak dalam keluarga, melihat pelepasan yang berkelanjutan pada ukuran akhlak dan tingkah-laku dan kegoncangan pendidikan yang dialami keluarga sekarang, sampai-sampai generasi tidak tahu keseriusan keluarga dari senda-guraunya, kejujurannya dari kebohongannya dan penerimaannya dari penolakannya.
     Hal itu adalah problema yang dampaknya yang buruk, tidak terbatas pada pemilihan teman dan sahabat bagi remaja semata, akan tetapi melampauhi kepada segi perangai dan kejiwaan yang lain, seperti pendidikan pada kejujuran, keseriusan dan kebaikan, dan pada kebaikan akhlak, kepositifan dan persaudaraan, dan lain-lain yang termasuk kebiasaan-kebiasaan yang terpuji. sungguh Islam telah menasehatkan kepada kita pada pengokohan akhlak, pergaulan dan prilaku kita ini, dan membenci banyak muka/bentuk bagi satu jiwa, dan mencela keperibadian yang oportunis yang tidak tetap pada satu prinsif.

8- MENGHORMATI DAN MENERIMA SAHABAT YANG SHALEH.

     Hal itu dengan menerima dan memotivasi remaja pada sahabatnya yang shaleh, dan mempersiapkan apa yang dibutuhkan baginya, dari fasilitas-fasilitas, materi dan non materi, mendorong remaja untuk mengundangnya pada acara-acara, serta meminta pertolongan pada mereka, menolong mereka pada saat butuh, dan memberanikannya untuk memberi salam kepada mereka, bertanya tentang mereka dan tentang kerabatnya, berdialog dan mencari tahu keadaanya, sungguh Rasulullah SAW. beserta sahabatnya berbaur dengan pemuda dan anak-anak, memberi salam kepada mereka, menghormati mereka dan bergaubung (dengan) mereka pada kegiatan dan acara-acara.
     Realisasi sisi ini menambah keinginan remaja terhadap sahabatnya yang saleh serta berdampak/berkesan terhadanya dan membuatnya merasa berharga dan bernilai disisi mereka, begitupula lebih banyak respon dan penghormatan terhadap kedua orang-tuanya. Negatifisme dan kekakuan terhadap teman-teman remaja yang saleh membuatnya merasa mereka tidak diterima serta ketidak relaan terhadap mereka, maka dia berusaha untuk memutuskan mereka, atau berhubungan secara sembunyi-sembunyi dan kedua perkara mempunyai dapak buruk pada tingkah-laku dan kejiwaan , yang paling serius adalah negatifisme dan ketidak-harmonisan antara remaja dan kedua orang-tuanya.
  

    


      





      










[1] Surat Al-Hujurat, ayat 13
[2]  Surat Attaubah, ayat 40.
[3]  Mereka adalah Kaab bin Malik, Mirara bin Rabi' dan Hilal bin Umayyah.
[4]  Driwayatkan Buhari dan Muslim dari hadis panjang yang diriwayatkan Kaab bin Malik semoga Allah meridhinya.
[5]  Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim, sebagaimana yang telah kita kemukakan.
[6]  Surat Attaubah, ayat 118.
[7]  Jams kulman:Mujtama' Al-Murahiqin,  (1963)
[8]  rozel Qortes,Tawajjuhat Al-Murahiq Nahwal Walidain Wal Asdiqai , penelituan yang disebarkan di majalah (remaja) Amerika. Tahun 1975.
[9]  Aikufta:Tafaulul Murahiqin Warrasyidin, Waalaqatahu bitalazumil Murahiq Maa Aqranihi. Penelitian yang dimuat di majalah remaja yang telah disebutkan (1975)
[10]  sibal Ruwat: (Al-Jamaat Al-Marjiiyah Liafradi Ma Baenal Asyer ila Isyriin Sanah) . Penelitian yang dimuat di majalah remaja yang telah disebutkan (1975)

[11]  Abul Aziz Annugaisyi: Afkaru Tullab An Asatizatihim Wa Atsaruha Fit Tafaulisy Syahsyi Bainahuma(1975).
[12]  Lihat Imaduddin Ismail:Annumuw Fi Marhalah Al-Muharaqah, halaman 77-81
[13]  Hadits diriwayatkan oleh Muslim.
[14]  Hadits Muttafaq alahi.
[15]  Dikeluarkan oleh Attirmizi.
[16]  Hadits Muttafaq Alaihi dari hadits Abi musa Al-Asyary semoga Allah meridhoinya.
[17]  Surat AL-Furqan,ayat 27-28-29
[18] Surat Ash-Shaafaat, ayat 50 s/d 57.
[19]  Liahat Assyaukani: Fathul Qadir, jilid 4, halaman 396.
[20]  Abu Hatim bin Hibban Al-basty, Raudatul Uqala Wa Nushatul Fudala , halaman 109.
[21]  Memunkinkan untuk kembali kepada sifat-sifar mu'min pada awal surah: Al-Baqarah, Al-Anfal, dan AL-Mu'minun, dan juga pada akhir surat Alfurqan,Al-Maarij, dan tapsir Ibnu Katsir dan Fi Zilalil Qur'an .
[22]  pendidik harus mengetahui pengarahan-pengarahan syariat dari Al-Qur'am dan sunnah dan pada perkataaan-perkataan salaf, ulaman dan orang-orang bijak pada masalah ini, dan juga membaca penilitian-penelitian pendidikan yang beehubungan dengan dampak dan akibatnaya serta cara mengembangkannya.
[23]  Muttafaq Alaihi dari hadits Abi  Said Al-Hudri semoga Allah meridhoinya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...