Minggu, 26 Agustus 2012

Pedoman Tata Cara Shalat I

Oleh : Abdurahman Abu Aisyah


Berniat dalam Hati
Setiap amal ibadah haruslah diawali dengan niat, demikian pula dalam melaksanakan shalat, hal pertama yang harus diperhatikan adalah niat shalat kita. Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam bersabda :
إِنَّمَا الْأَعْمَالُ بِالنِّيَّاتِ وَإِنَّمَا لِكُلِّ امْرِئٍ مَا نَوَى فَمَنْ كَانَتْ هِجْرَتُهُ إِلَى دُنْيَا يُصِيبُهَا أَوْ إِلَى امْرَأَةٍ يَنْكِحُهَا فَهِجْرَتُهُ إِلَى مَا هَاجَرَ إِلَيْهِ
Sesungguhnya setiap amal perbuatan tergantung pada niatnya dan setiap orang pun (akan dibalas) sesuai dengan yang diniatkannya. HR Bukhary dan Muslim.
Maka sebelum melaksanakan shalat, kita harus berniat bahwa pelaksanaan shalat kita adalah karena perintah Allah ta'ala. Niat shalat kita adalah ikhlas karenaNya, bukan karena yang lain, sebagaimana sabdaNya :  
إِنَّ اللَّهَ لَا يَقْبَلُ مِنْ الْعَمَلِ إِلَّا مَا كَانَ لَهُ خَالِصًا وَابْتُغِيَ بِهِ وَجْهُهُ
Sesungguhnya Allah tidak menerima amal ibadah kecuali yang diniatkan untukNya secara ikhlas dan mengharapkan memandang wajahNya. HR An-Nasa'i. 
Lalu bagaimana cara berniat dalam shalat? Niat adalah azzam (kehendak) dalam hati untuk melaksanakan sesuatu, sehingga ketika kita hendak melakukan shalat dengan mengambil air wudhu maka di dalam hati kita telah muncul apa yang disebut dengan niat. Karena itu niat tempatnya berada di hati dan tidak perlu untuk dilafadhkan atau ucapkan.  
  
  
Berwudhu
Sebelum melaksanakan shalat, kita diperintahkan untuk bersuci terlebih dahulu, bersuci yang dimaksud adalah menghilangkan semua najis yang menempel di badan kita. Bersuci ketika akan melaksanakan shalat adalah dengan cara berwudhu.
Wudhu adalah syarat bagi seseorang yang akan melaksanakan shalat, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah ta'ala di dalam firmanNya :  
يَاأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا إِذَا قُمْتُمْ إِلَى الصَّلاَةِ فَاغْسِلُوا وُجُوهَكُمْ وَأَيْدِيَكُمْ إِلَى الْمَرَافِقِ وَامْسَحُوا بِرُءُوسِكُمْ وَأَرْجُلِكُمْ إِلَى الْكَعْبَيْنِ
Wahai orang-orang yang beriman, apa bila kamu hendak mengerjakan shalat, maka basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku-siku, dan sapulah kepalamu dan (basuh) kakimu sampai kedua mata kaki .. QS. Al-Maidah : 6
Selain ayat tersebut, Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam juga bersabda :
لَا تُقْبَلُ صَلَاةُ مَنْ أَحْدَثَ حَتَّى يَتَوَضَّأَ
Tidak diterima shalat seseorang yang dalam keadaan berhadats hingga ia berwudhu. HR. Bukhary.
Maksud tidak diterima dalam hadits ini adalah shalatnya tidak sah jika tanpa wudhu.
Dalam keadaan darurat wudhu bisa digantikan dengan tayamum, misalnya ketika sedang sakit atau benar-benar tidak ada air untuk bersuci.    
Bagaimana tata cara wudhu yang benar? Berwudhu sangatlah mudah, berikut adalah tata caranya :  
1.      Niat wudhu di dalam hati
2.      Membaca “Basmallah” yaitu kalimat "Bismillahirahmanirrahiim".
3.      Membasuh kedua telapak tangan
4.      Berkumur, serta menghirup air ke hidung (3x).
5.      Membasuh seluruh muka (sampai batasan muka dengan telinga) dan dari tempat pertumbuhan rambut kepala sampai jenggot bagian bawah (3x).
6.      Membasuh kedua tangan, dari ujung jari sampai siku-siku. Di awali dengan tangan kanan, kemudian tangan kiri
7.      Mengusap kepala, yaitu dengan membasahi tangan kemudian menjalankannya dari kepala bagian depan sampai bagian belakang, kemudian mengembalikannya (mengembalikan tangan tersebut dari  belakang sampai ke depan lagi ). Dilanjutkan dengan mengusap kedua telinga dengan memasukkan jari telunjuk dalam lubang telinga, dan mengusap bagian luar (belakang) dengan jempol.
8.      Membasuh kedua kaki, yaitu dari ujung jari sampai mata kaki, di awali kaki kanan, kemudian kaki kiri
Sangat mudah bukan?, tata cara wudhu ini adalah seperti yang dicontohkan oleh Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam. Beliau mengajarkan kepada para shahabatnya untuk melaksanakan tata cara wudhu tersebut, seperti dalam salah satu haditsnya :
أَنَّ عُثْمَانَ بْنَ عَفَّانَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ دَعَا بِوَضُوءٍ فَتَوَضَّأَ فَغَسَلَ كَفَّيْهِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ مَضْمَضَ وَاسْتَنْثَرَ ثُمَّ غَسَلَ وَجْهَهُ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْمِرْفَقِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ يَدَهُ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ مَسَحَ رَأْسَهُ ثُمَّ غَسَلَ رِجْلَهُ الْيُمْنَى إِلَى الْكَعْبَيْنِ ثَلَاثَ مَرَّاتٍ ثُمَّ غَسَلَ الْيُسْرَى مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ قَالَ رَأَيْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ تَوَضَّأَ نَحْوَ وُضُوئِي هَذَا ثُمَّ قَامَ فَرَكَعَ رَكْعَتَيْنِ لَا يُحَدِّثُ فِيهِمَا نَفْسَهُ غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
Utsman bin Affan memanggil salah satu maulanya untuk mengambil air untuk berwudhu, maka ia berwudhu dimulai dengan membasuh kedua telapak tangannya sebanyak tiga kali, kemudian berkumur-kumur dan memasukan air ke dalam hidung dan mengeluarkannya, selanjutnya ia membasuh mukanya sebanyak tiga kali, dilanjutkan membasuh tangan kanannya hingga sampai ke siku tiga kali, kemudian tangan yang kirinya tiga kali pula, kemudian membasuh kepalanya dan mencuci kakinya yang kanan hingga mata kaki sebanyak tiga kali demikian juga kaki yang kiri. Kemudian Ustman berkata "Aku melihat Rasulullah berwudhu sebagaimana wudhu saya ini". Lalu beliau berkata "Rasulullah bersabda 'Barang siapa yang berwudhu sebagaimana wudhu-ku ini kemudian shalat dua raka'at tanpa berhadats maka akan diampuni dosa-dosanya yang telah lalu'". HR Bukhary. 
Setelah selesai berwudhu kita juga disunnahkan untuk berdoa dan melaksanakan shalat dua rakaat sebagai shalat sunnah.
Demikianlah tata cara wudhu Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam. Dalam hadits ini juga ada jaminan diampuninya dosa kita ketika berwudhu sebagaimana wudhunya beliau. Maka hendaklah kita senantiasa mengikuti tata cara wudhu dan ibadah beliau.
Setelah yakin wudhu kita telah sempurna, lalu pakaian kita juga sudah suci, demikian pula tempat kita shalat maka kita telah siap untuk melaksanakan shalat. Karena itu bersiap-siaplah untuk melaksanakannya.  

Menghadap Kiblat
Hal pertama yang harus dilakukan setiap orang yang akan shalat adalah dengan menghadapkan dirinya ke arah kiblat (Ka'bah).  Hal ini telah diperintahkan oleh Allah ta'ala dalam firmanNya :
فَلَنُوَلِّيَنَّكَ قِبْلَةً تَرْضَاهَا فَوَلِّ وَجْهَكَ شَطْرَ الْمَسْجِدِ الْحَرَامِ وَحَيْثُ مَا كُنْتُمْ فَوَلُّوا وُجُوهَكُمْ شَطْرَهُ
Palingkanlah mukamu ke arah Masjidil Haram. Dan di mana saja kamu berada, palingkanlah mukamu ke arahnya. QS Al-Baqarah : 144.
Ayat ini adalah perintah untuk menghadap kiblat ketika hendak melaksanakan shalat. Sementara hadits Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam juga memerintahkan hal ini. Beliau bersabda :
إِذَا أَرَدْتَ أَنْ تُصَلِّيَ فَتَوَضَّأْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ ....
Apabila kamu hendak melakukan shalat maka berwudhu'lah dengan sempurna kemudian menghadaplah ke arah kiblat…. HR Bukhary dan Ahmad.
Bagi orang yang dalam perjalanan dan melaksanakan shalat boleh untuk tidak menghadap ke arah kiblat karena dikhawatirkan akan menyusahkan, ia shalat sesuai dengan arah kendaraan yang dinaikinya. Hal ini karena menghadap kiblat bukanlah rukun shalat melainkan hanya syarat saja. Sehingga boleh ketika pada keadaan tertentu tidak menghadap ke arahnya.

Bertakbir dengan mengucapkan ”Allahu Akbar "
Setelah menghadap kiblat, Pembukaan untuk memulai shalat kita adalah dengan mengucapkan takbir yaitu kalimat “Allahu Akbar”, ketika mengucapkannya pandangan mata kita harus ke arah tempat sujud. Takbir pertama ini disebut sebagai takbiratul ihram.
Pengucapan takbir ini sebagaimana perintah Nabi Muhammad Shalallahu 'Alaihi Wassalam yang bersabda :
إذَا أَرَدْتَ أَنْ تُصَلِّيَ فَتَوَضَّأْ فَأَحْسِنْ وُضُوءَكَ ثُمَّ اسْتَقْبِلْ الْقِبْلَةَ ثُمَّ كَبِّرْ
Apabila kamu hendak melakukan shalat maka berwudhu'lah dengan sempurna kemudian menghadaplah ke arah kiblat lalu bertakbirlah…. HR Bukhary dan Ahmad.
Ketika mengucapkan takbir, kita juga diperintahkan untuk mengangkat tangan setinggi pundak atau hingga sampai ke telinga. Telapak tangan terbuka, dan menghadapa ke arah kiblat sementara jari-jari tidak terlalu renggang tidak terlalu rapat.   

Meletakkan Tangan Kanan di Atas Tangan Kiri di Dada
Setelah selesai takbiratul ihram dan mengangkat tangan maka selanjutnya kita meletakkan kedua tangan di atas dada. Telapak tangan kanan berada di atas tangan kiri. Hal ini berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Wail bin Hujr dari salah satu anggota keluarganya yang melihat bahwa Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam  :
يَرْفَعُ يَدَيْهِ مَعَ التَّكْبِيرَةِ وَيَضَعُ يَمِينَهُ عَلَى يَسَارِهِ فِي الصَّلَاةِ
Mengangkat kedua tangannya bersamaan dengan takbir lalu meletakan tangan kanannya di atas tangan kirinya di dalam shalat. HR Ahmad.
Dalam riwayat yang lain disebutkan :
عَنْ قَبِيصَةَ بْنِ هُلْبٍ عَنْ أَبِيهِ قَالَ رَأَيْتُ النَّبِيَّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْصَرِفُ عَنْ يَمِينِهِ وَعَنْ يَسَارِهِ وَرَأَيْتُهُ قَالَ يَضَعُ هَذِهِ عَلَى صَدْرِهِ
Dari Qabishah bin Halb dari Ayahnya ia berkata "Aku melihat Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam meletakkan tangan kanannya di tangan kirinya, dan aku melihatnya meletakannya (dua tangan tersebut) di atas dadanya. HR Ahmad.
Dari sini kita mengetahui bahwa setelah takbiratul ihram kita diperintahkan untuk meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri kita (bersedekap) dan meletakannya di dada.


Membaca Do'a Istiftah
Selanjutnya kita disunnahkan untuk membaca do’a istiftah yaitu :
اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Ya Allah, jauhkanlah aku dari segala dosa, sebagaimana Engkau menjauhkan timur dan barat. Ya Allah , bersihkanlah aku dari segala dosa seperti dibersihkannya kain putih dari kotoran. Ya Allah, cucilah aku dari segala dosa dengan air, es dan salju.
Hal ini seperti riwayat yang datang dari Nabi Shalallahu 'Alaihi Wassalam :
كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَسْكُتُ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَبَيْنَ الْقِرَاءَةِ إِسْكَاتَةً قَالَ أَحْسِبُهُ قَالَ هُنَيَّةً فَقُلْتُ بِأَبِي وَأُمِّي يَا رَسُولَ اللَّهِ إِسْكَاتُكَ بَيْنَ التَّكْبِيرِ وَالْقِرَاءَةِ مَا تَقُولُ قَالَ أَقُولُ اللَّهُمَّ بَاعِدْ بَيْنِي وَبَيْنَ خَطَايَايَ كَمَا بَاعَدْتَ بَيْنَ الْمَشْرِقِ وَالْمَغْرِبِ اللَّهُمَّ نَقِّنِي مِنْ الْخَطَايَا كَمَا يُنَقَّى الثَّوْبُ الْأَبْيَضُ مِنْ الدَّنَسِ اللَّهُمَّ اغْسِلْ خَطَايَايَ بِالْمَاءِ وَالثَّلْجِ وَالْبَرَدِ
Rasulullah Shalallahu 'Alaihi Wassalam berhenti sejenak antara takbir pertama dan dan bacaan Al-Qur'an dalam shalat, maka Abu Hurairah bertanya "Apa yang engkau ucapkan?" Beliau menjawab "Aku mengucapkan 'Allahumma ba'id baini…. " HR. Bukhary.
Sebenarnya doa istiftah tidak hanya satu macam, ia memiliki banyak jenisnya, sehingga bagi yang ingin membaca doa istiftah yang lain juga diperbolehkan. Misalnya doa istiftah yang paling pendek yaitu :
سُبْحَانَك اللهمَّ وَبِحَمْدِكَ وَتَبَارَكَ اسْمُكَ وَتَعَالَى جَدُّكَ وَلاَ إِلَهَ غَيْرُكَ
Maha suci Engkau, ya Allah. Aku memuji-Mu dengan pujian-Mu, Maha berkah asma-Mu, Maha tinggi kebesaran-Mu, dan tiada Ilah (yang berhak disembah) selain Engkau. HR An-Nasai. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...