Rabu, 12 September 2012

Pendekatan Etnografi

Oleh : Sri Fitri Ana


Ethnography  Agar (1980) dan Fetterman (1989)
Etnografi adalah sebuah seni dan ilmu yang mengambarkan sebuah kelompok dalam kebudayaan. Gambaran dapat berupa sebuah kelompok kecil pada beberapa wilayah yang asing atau masyarakat pada kelas pinggiran. Hal ini seperti seseorang yang menjadi seorang investigative reporter yang mewawancarai orang-orang yang bersangkutan, meringkas apa yang telah direkam, mempertimbangkan kebenaran opini dari satu orang dan pertentangannya dengan pendapat orang lain, mencari hubungan kepentingan-kepentingan khusus dan organisasi, dan menuliskannya. Kunci dari perbedaan diantara investigative reporter dan etnografer adalah jurnalis bertindak dalam menggali sesuatu yang tidak biasa, misalnya pembunuhan, tabrakan pesawat, perampokan bank, sedangkan etnografer menulis kebiasaan sehari-hari, misalnya tentang pikiran dan tingkah laku manusia.
Sebelum terjun ke lapangan etnografer mulai dengan sebuah masalah, teori atau model, sebuah desain penelitian, teknik pengumpulan data spesifik, alat untuk analisis, dan gaya penulisan yang spesifik. Etnografer mulai dengan prasangka dan mempertimbangkan ide tentang bagaimana orang bertindak dan bagaimana mereka berpikir. Prasangka menyajikan  fungsi positif dan negatif. Tidak terkontrolnya prasangka bisa mempengaruhi kualitas penelitian etnografi. Merujuk pada efek negatif dari prasangka, etnografer harus membuat prasangka yang spesifik dan jelas. Sebuah rentetan dari pengawasan kualitas khusus seperti triangulasi, kontekstualisasi, dan nonjudgmental merupakan hal yang berorientasi pada pemeriksaan pengaruh negatif dari prasangka. Etnografer harus terbuka dalam penelitiannya. Etnografer tertarik pada pemahaman dan penggambaran sebuah adegan sosial dan budaya dari emic, atau insider’s perspective. Ethnografer adalah storyteller dan scientist.
Theory & hypothesis testing
Pokok masalah pada ilmu sosial yakni pada bagian hipotesis. Hipotesis merupakan dugaan sementara dari beberapa teori yang dipakai. Teori sendiri memiliki beberapa definisi, tetapi pada intinya teori merupakan sesuatu yang empiris. Hipotesis adalah pernyataan dari beberapa prediksi yang diyakini kebenarannya dari asumsi-asumsi yang ada. Asumsi-asumsi dihubungkan dengan teori yang ada apakah relevan atau tidak. Hipotesis merupakan hubungan antar variabel. Variabel dapat dijabarkan dalam bentuk pertanyaan yang diberikan pada informan melalui kuesioner, tes psikologi, sensus, atau games yang dilakukan dalam laboratorium. Kelompok atau grup yang akan diteliti harus diidentifikasi terlebih dahulu sebagai subjek penelitian. Dalam memilih subjek penelitian, menentukan sampel dapat dilakukan dengan teknik random atau bukan random.
Fieldwork & participant observation
Penelitian lapangan, dimana peneliti ikut terjun ke lingkungan masyarakat yang diteliti dan ikut merasakan bagaimana kehidupan sehari-hari masyarakat tersebut. Dalam field work data yang terkumpul lebih valid karena peneliti mendapatkan data secara langsung daripada hanya sekadar kumpulan dari literatur yang masih perlu dibuktikan kebenarannya kembali. Peneliti sebagai participant observation, ikut terlibat dalam masyarakat yang di telitinya, menjadi bagian dari kehidupan mereka. Hal ini bertujuan agar peneliti lebih peka dan tanggap terhadap situasi yang muncul.
Holistic perspective
Seorang Etnografer mempelajari sesuatu yang baru dan kemudian mencoba untuk mengerti bagaimana itu terhubung dengan berbagai aspek dalam situasi dengan hal yang baru terjadi. Mencari hubungan-hubungan ini secara lebih luas dinamakan holistic perspective. Bersifat menyeluruh antar berbagai aspek-aspeknya.
Intinya, seorang etnografer dalam melakukan penelitian etnografi melihat masyarakat dan membandingkannya dengan konteks tertentu, kemudian membuat hipotesis berdasarkan teori yang dipakai dengan sebelumnya mengujicobakan hipotesis tersebut, apakah sesuai atau tidak, dan kemudian terjun lapangan dengan ikut terlibat sebagai bagian dari partisipan penelitian, serta dalam penulisannya dengan menggunakan analisis holistic perspective yang bersifat menyeluruh. (Sri Fitri Ana, Antropologi, Universitas Indonesia)
How to Read Ethnography
Blasco
Dalam bukunya “How to Read Ethnography”,  Blasco menyebutkan bahwa antropologi fokus pada bagaimana antropolog menggambarkan pengalaman hidup dan bagaimana mereka membentuk gambaran etnografi dari berbagai argumen Selain itu, antropolog juga membandingkan perilaku, bahasa, ide kehidupan, Mengetahui makna perilaku dan tindakan juga diperlukan karena cenderung memberikan konteks sosial dan budaya mereka. Seorang etnografer harus membandingkan dalam rangka menangkap tujuan dan makna dari sebuah tindakan
Henrietta Moore, misalnya, meneliti hubungan antara laki-laki dan perempuan di Kenya. Pada pagi hari dia melihat perempuan membersihkan abu di perapian dan membuang ke tempat pembuangan abu, dan dalam perjalanan berpapasan dengan laki-laki sambil menunjukkan abu yang Ia bawa. Lalu keduanya tertawa. Dalam hal ini dapat terlihat bagaimana perlakuan terhadap benda yang dianggap kotor. Sebuah identitas wanita yang dekat dengan dapur, rumah, dan memasak. Dalam masyarakat Kenya, abu tidak mungkin dibersihkan oleh laki-laki karen berhubungan dengan kepercayaan kemandulan. Selain itu, apabila seorang perempuan menolak untuk dinikahlan maka akan menyelubungi dirinya dengan abu, yang berarti berserah diri kematian.
Antropolog dalam menyusun pengalaman melalui tulisan dalam bentuk narasi. Hal inilah yang menyebabkan karya etnografi seperti sebuah novel. Elaborasi dunia etnografi melibatkan proses diferensiasi, misalnya kontrastif yang menyoroti peran atau status. Belajar membaca etnografi kita akan melihat bagaimana menulis etnografi tentang hubungan dalam hal pola atau kerangka kerja yang luas, bagaimana gambaran hubungan yang dibangun dan terpadu dalam sebuah entnografi, dan bagaimana pola abstrak hubungan menjadi dasar untuk perbandingan. Karena etnografi ditulis dari berbagai pengalaman dengan perspektif tertentu, maka kita akan melihat perbedaan dalam analisis masing-masing etnograf.
Etnografi bertujuan untuk memahami arti dari hubungan sosial tertentu, menganalisisnya untuk membangun logika di antara hubungan relasi tersebut. Logika dalam  hal ini memberikan dasar dalam berpikir tentang konsep. (Sri Fitri Ana, Antropologi, Universitas Indonesia)
…cultural comparison, contextualization and analysis of relationships…are what makes ethnographic writing distinctive…
Dalam bukunya How to Read Ethnography, Blasco menyebutkan bahwa antropologi fokus pada bagaimana antropolog menggambarkan pengalaman hidup dan bagaimana mereka membentuk gambaran etnografi dari berbagai argumen. Selain itu, antropolog juga membandingkan perilaku, bahasa, dan ide kehidupan, Mengetahui makna perilaku dan tindakan juga diperlukan karena cenderung memberikan konteks sosial dan budaya mereka. Seorang etnografer harus membandingkan dalam rangka menangkap tujuan dan makna dari sebuah tindakan
Henrietta Moore, misalnya, meneliti hubungan antara laki-laki dan perempuan di Kenya. Pada pagi hari dia melihat perempuan membersihkan abu di perapian dan membuang ke tempat pembuangan abu, dan dalam perjalanan berpapasan dengan laki-laki sambil menunjukkan abu yang Ia bawa. Lalu keduanya tertawa. Dalam hal ini dapat terlihat bagaimana perlakuan terhadap benda yang dianggap kotor. Sebuah identitas wanita yang dekat dengan dapur, rumah, dan memasak. Dalam masyarakat Kenya, abu tidak mungkin dibersihkan oleh laki-laki karen berhubungan dengan kepercayaan kemandulan. Selain itu, apabila seorang perempuan menolak untuk dinikahkan maka Ia akan menyelubungi dirinya dengan abu, yang berarti berserah diri pada kematian.
Antropolog dalam menyusun pengalaman melalui tulisan dalam bentuk narasi. Hal inilah yang menyebabkan karya etnografi seperti sebuah novel. Elaborasi dunia etnografi melibatkan proses diferensiasi, misalnya kontrastif yang menyoroti peran atau status. Belajar membaca etnografi kita akan melihat bagaimana menulis etnografi tentang hubungan dalam hal pola atau kerangka kerja yang luas, bagaimana gambaran hubungan yang dibangun dan terpadu dalam sebuah entnografi, dan bagaimana pola abstrak hubungan menjadi dasar untuk perbandingan. Karena etnografi ditulis dari berbagai pengalaman dengan perspektif tertentu, maka kita akan melihat perbedaan dalam analisis masing-masing etnograf.
Etnografi bertujuan untuk memahami arti dari hubungan sosial tertentu, menganalisisnya untuk membangun logika di antara hubungan relasi tersebut. Logika dalam hal ini memberikan dasar dalam berpikir tentang konsep. (Sri Fitri Ana, Antropologi, Universitas Indonesia)
Ethnography: Principles in practice, Third Edition
&
 Qualitative Research Methods: The Search For Meanings
Dalam sebuah penelitian, peneliti hendaknya membuat catatan agar data yang terkumpul dapat diingat dan tidak terlupakan. Selan itu, peneliti juga harus tahu perannya sebagai pewawancara. Dalam melakukan wawancara di dalam penelitian etnografi, peneliti menyeleksi informan agar data yang terkumpul relevan dan dapat menggambarkan permasalahan penelitian, yaitu informan yang peka terhadap lingkungan tersebut atau informan yang dengan sukarela mau menjadi informan dalam penelitian.
Peneliti dalam melakukan wawancara juga beperan sebagai pengamat terlibat dalam penelitian tersebut. Tipe-tipe pertanyaan yang diajukan dalam wawancara juga harus diperhatikan, yaitu bagaimana peneliti mengajukan pertanyaan yang nantinya akan menghasilkan jawaban yang relatif banyak, dan diperhatikan juga bagaimana respon terhadap suatu pertanyaan jika peneliti ajukan. Kadang informan dalam memberikan informasi bersifat perspektif menurut informan itu sendiri dan seringkali tidak bersambungan satu sama lain. Oleh karena itu, keahlian seorang peneliti dalam memilih informan akan berpengaruh nantinya terhadap hasil penelitian.
Tipe-tipe wawancara harus dikuasai oleh seorang peneliti, yakni bersifat fleksibel dan  dinamis. Peneliti juga harus melakukan pendekatan terhadap informan. Dalam memulai wawancara, peneliti harus mengetahui deskripsi dari pertanyaan yang diajukan. Panduan wawancara juga perlu dikuasai oleh seorang peneliti. Saat wawancara berlangsung peneliti hendaknya tidak menghakimi, mendahulukan orang untuk berbicara, memberikan sesuatu kepada informan dan peka terhadap keadaan. Dalam hal proses wawancara dapat pula direkam, dengan terlebih dahulu meminta izin. Penyelidikan dilakukan agar apa yang disampaikan informan sesuai dengan kondisi lapangan. Membangun relasi dengan informan juga perlu dilakukan agar tercipta suatu kondisi yang mendukung peneliti dalam mengumpulkan data. Dan setelah proses wawancara selesai ada baiknya membuat catatan agar informasi yang sudah diperoleh tidak terlupakan. (Sri Fitri Ana, Antropologi, Universitas Indonesia)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...