Rabu, 28 November 2012

Selayang Pandang Negara Iran

Republik Islam Iran dahulu dikenal dengan sebutan Persia, merupakan negara yang memiliki sejarah panjang dalam peradaban manusia, bahkan dianggap sebagai salah satu dari 15 negara yang menjadi tempat lahir dan pembentuk kebudayaan manusia. Wilayahnya yang terdiri atas gunung-gunung, lembah dan padang pasir tandus itu, telah dihuni oleh masyarakat manusia lebih dari 100 ribu tahun silam. Namun, sejarah Persia umumnya dimulai dari migrasinya suku bangsa Media dan Persia dari kawasan Asia Tengah, yang datang dan menetap di Persia (Iran) pada abad ke-16 SM.
Terjadi saling perebutan kekuasaan, dan suku Media lebih awal berkuasa (728-550 SM), sampai kemudian bangsa Persia berkuasa di bawah kepemimpinan Raja Cyrus Agung. Pada saat itu, Persia menjadi sebuah wilayah kerajaan besar meliputi Babilonia, Palestina, Suriah, seluruh Asia Kecil dan Mesir. Kejayaan itu berlangsung lebih dari dua abad lamanya, hingga tahun 330 SM, bersamaan dengan munculnya kekuasaan Romawi. Pada saat itu, Persia ditaklukkan Alexander the Great (Alexander Agung). Wilayah ini akhirnya menjadi rebutan kekuasaan yang silih berganti, dari Dinasti Arcasida dan Kekaisaran Parthia (248 SM-224 M), dan dilanjutkan dengan Kekaisaran Sassanid (226-651M), hingga masuk masa Islam, yaitu pada masa Khulafa al-Rasyidin di Arab, Islam masuk ke Persia.
Sejak tahun 640 M hingga sekarang, seluruh wilayah Persia telah dikuasai Pemerintahan Islam. Hanya saja, terjadi perebutan kekuasaan antar dinasti-dinasti Islam sejak masa Khulafa al-Rasyidin, Dinasti Umayyah, Dinasti Abbasiyah, Dinasti Safawi, Dinasti Qajar, Dinasti Pahlavi, hingga Republik Islam Iran. Menurut kronologisnya, Iran mulai mendapat campur tangan Eropa pada 1779, saat Dinasti Qajar berkuasa.
Memasuki Abad ke-20, tepatnya tahun 1921, pasca Perang Dunia pertama, terjadi kudeta yang dilakukan oleh Reza Khan untuk merebut kekuasaan dari pemerintahan Qajar. Pada tahun 1925 Reza Khan menjadi penguasa dan mengganti namanya menjadi Reza Pahlevi. Kerjasamanya dengan Nazi, menyebabkan sekutu yang selama ini mendukungnya, memaksanya turun tahta. Ia digantikan oleh putranya Mohammad Reza Shah Pahlevi. Pada 1935 Persia berganti nama menjadi Iran, dan Muhammad Reza Pahlevi, menyatakan bahwa kedua nama tersebut (yaitu Persia dan Iran) boleh digunakan. Pemerintahan Syah Iran ini bertahan hingga 1979, saat Ayatullah Khumaini meruntuhkan kekuasaanya melalui perlawanan panjang dalam sebuah revolusi yang monumental. Sejak itu Iran menjadi Negara modern non-monarki dengan nama Republik Islam Iran.
Gerakan revolusi yang dilakukan Khomeini dan para ulama Syi'ah lainnya dalam  mengungkapkan pemikirannya merupakan perjuangan yang baik dalam pembelaannya terhadap Islam serta mendirikan pemerintahan Islam, sebagai pengganti atas pemerintahan kerajaan yang sebelumnya. Untuk itu bagi Khomeini ulama merupakan pondasi dalam mempertahankan hak-hak Islam serta sarana untuk pengetahuan manusia akan moralitas bangsa. Karena jika para ulama itu rusak dan bodoh akan pengetahuan hukum-hukum agama maupun politik maka hal itu dapat merusak citra dan kepercayaan rakyat bahkan Islam itu sendiri. Strategi perjuangan Khomeini mendapatkan simpatik dari rakyat Iran, sehingga yang selalu dia serukan dengan terus-terangan adalah bagaimana negara dapat menjamin kesejahteraan dan keamanan bagi rakyatnya sehingga peran para pejabat eksekutif, legislatif serta para ulama benar-benar memberikan konstribusi yang sesuai dengan harapan rakyat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...