Rabu, 09 Januari 2013

Manajemen Waktu Para Ulama

Oleh : Chintia Erwin


Nikmat waktu adalah nikmat yang sangat besar, akan tetapi banyak orang yang menyia-nyiakannya dengan menghabiskan untuk keperluan yang kurang penting atau bahkan sia-sia. Berikut sekelumit potret kehidupan para ulama dalam memaksimalkan waktu untuk amal-amal ketaatan.

Ibnu Mas’ud

Beliau salah seorang sahabat yang mulia, beliau pernah berkata, “Aku belum pernah menyesali sesuatu seperti halnya aku menyesali tenggelamnya matahari, dimana usiaku berkurang, namun amal perbuatanku tidak juga bertambah”

Amir bin Abdi Qais
Beliau seorang tabi’in yang zuhud. Ada seorang pria berkata kepadanya, “Berbincang-bincanglah denganku”. Amir bin Abdi Qais menjawab, “Tahanlah matahari” Artinya, “Cobalah hentikan perputaran matahari, jangan biarkan ia berputar, baru aku akan berbincang-bincang denganmu. Karena sesungguhnya waktu ini senantiasa merayap dan bergerak maju, dan setelah berlalu ia tak akan kembali lagi. Maka kerugian akibat tak memanfaatkan waktu adalah jenis kerugian yang tidak dapat diganti atau dicarikan kompensasinya. Karena setiap waktu membutuhkan amal perbuatan sebagai isinya”

Hammad bin Salam
Musa bin Isma’il At-Tabudzaki pernah menuturkan, “Kalau aku mengatakan kepada kalian bahwa Hammad bin Salamah tak pernah tertawa, niscaya aku tidak berdusta. Beliau itu memang orang  yang sangat sibuk. Kegiatannya hanya meriwayatkan hadits, membaca, bertasbih atau shalat. Beliau membagi-bagi waktu siangnya hanya untuk itu saja”
Muridnya sendiri, Abdurrahman bin Mahdi, pernah menuturkan, “Kalau ada orang yang berkata kepada Hammad bin Salamah, “Engkau akan meninggal besok”, niscaya Beliau tidak akan mampu lagi untuk menambah sedikitpun dalam amalnya” 
Yunus bin Al-Mu’addab menegaskan, “Hammad bin Salamah meninggal dunia saat beliau shalat. Semoga Allah melimpahkan rahmat kepadanya.

Muhammad bin Suhnun
Al-Maliki menuturkan, “Muhammad bin Suhnun memiliki seorang sariyyah, budak wanita milik sendiri- yang bernama Ummu Mudam. Suatu hari ia bertandang ke rumahnya. Saat itu beliau sibuk menulis buku di malam hari. Datanglah saat santap malam. Budak itu meminta ijin masuk kamarnya, “Saya sedang sibuk’, ujar Muhammad.
Karena terlalu lama menunggu, maka sang budak menyuapkan makanan itu ke mulut Beliau sampai Beliau mengunyahnya. Hal itu berlangsung lama, dan Beliau tetap dalam kondisi demikan, hingga datang waktu shalat subuh.
“Maaf, aku sangat sibuk sehingga melupakanmu tadi malam wahai Ummu Mudam.Tolong berikan makanan yang engkau tawarkan tadi malam!” Tuanku, demi Allah, aku sudah menyuapkannya ke mulutmu”, ujar budak itu heran. “Lho, kok aku tidak merasakannya?”, tanya Muhammad lebih heran lagi.


Ibnul Khayyath An-Nahwi
Konon beliau belajar di sepanjang waktu, hingga saat beliau sedang berada di jalanan. Sehingga terkadang beliau terjatuh ke selokan atau tertabrak binatang.


Al-Hakim
Abu Abdillah bin Al-Hakim Asy-Syahid, putra beliau menuturkan tentang Bapaknya, “Beliau adalah orang yang gemar berpuasa Senin dan Kamis, dan tidak pernah meninggalkan shalat malam saat bepergian dan saat tidak bepergian. Bila duduk, maka pena, buku dan tinta selalu berada ditangannya. Beliau adalah menteri pembantu Sulthan. Ia bisa memberikan izin bertemu Sulthan bila orang itu belum mendapatkan izin. Kemudian beliau sibuk menyusun tulisan ilmiah. Bila sudah demikian, maka orang yang masuk menemuinya pasti hanya berdiri saja. Hal itu dikeluhkan oleh Abul Abbas bin Hammuyah, ‘Kami biasa masuk menemui Beliau, tapi Beliau tidak menyapa kami sedikitpun.
Beliau hanya mengambil pena dengan tangannya sendiri, dan membiarkan kami berdiri di pojok rumahnya’.”

Al-Hakim Abu Abdillah Al-Hafizh
Penulis Al-Mustadrak, menceritakan, “Aku pernah hadir pada pengajian malam saat Al-Hakim Abul Fadhal mendiktekan hadits. Tiba-tiba masuk Abu Ali bin Abu Bakar bin Al-Muzhaffa, seorang amir. Ia berdiri di dekat Beliau, namu Beliau tak sedikitkpun bergeming dari tempatnya. Kemudian beliau memaksanya keluar dari pintu depan., ‘Hai Amir, pergi saja, hari ini bukan giliran Anda!’”
Ibnul Qayyim
Beliau berkata,” Tahun adalah batang pohon, bulan-bulan adalah dahannya. Hari-hari adalah ranting rantingnya. Jam-jam adalah daun-daunnya. Dan nafas nafas adalah buah buahnya. Barangsiapa nafas-nafasnya untuk ketaatan, maka buah pohonnya adalah baik. Dan barangsiapa nafas-nafasnya untuk kemaksiatan, maka buahnya adalah hanzhal (buah terpahit). Musim panennya adalah hari pembalasan. Pada saat panen itulah akan jelas mana buah yang manis dan mana buah yang pahit.

Ibnu Baththol
Beliau mengatakan, ”Makna hadits ini adalah bahwa seseorang tidaklah dikatakan memiliki waktu luang hingga badannya juga sehat. Barangsiapa yang mendapatkan seperti ini, maka bersemangatlah agar tidak tertipu dengan lalai dari bersyukur kepada Allah atas nikmat yang diberikan oleh-Nya. Di antara bentuk syukur adalah melakukan ketaatan dan menjauhi larangan. Barangsiapa yang luput dari syukur semacam ini, dialah yang tertipu.”

Ibnul Jauzi
Dalam kitab yang sama mengatakan, ”Terkadang manusia berada dalam kondisi sehat, namun dia tidak memiliki waktu luang karena sibuk dalam aktivitas dunia. Dan terkadang pula seseorang memiliki waktu luang, namun dia dalam keadaan sakit. Apabila tergabung kedua nikmat ini, maka akan datang rasa malas untuk melakukan ketaatan. Itulah manusia yang telah tertipu (terperdaya)

Ibnu Qayyim Al Jauziyah
Sebenarnya waktu manusia adalah umurnya. Dia adalah bahan abadi kehidupan yang penuh nikmat dan bahan kehidupannya yang sempit dalam azab yang pedih. Dia berlalu bagaikan berlalunya awan. Setiap kali waktunya untuk dan bersama Allah, itulah kehidupannya dan umurnya. Selain dari itu, tidak dapat dianggap sebagai kehidupannya. Walaupun dia hidup bagai hidupnya hewan ternak dan jika dia habiskan waktunya dalam kelalaian dan angan-angan kosong, maka yang dipilih adalah tidur yang panjang. Maka, kematiannya adalah lebih baik daripada hidupnya”

Yusuf Qardhawi
Mengapa begitu pentingnya umat Islam, untuk mempelajari manajemen waktu adalah karana hal-hal sebagai berikut:
1.      Ajaran Islam begitu besar perhatiannya terhadap waktu, baik yang diamanatkan dalam Al Qur’an maupun As Sunnah;
2.      Dalam sejarah orang-orang Muslim generasi pertama, terungkap, bahwa mereka sangat memperhatikan waktu dibandingkan generasi berikutnya, sehingga mereka mampu menghasilkan sejumlah ilmu yang bermanfaat dan sebuah peradaban yang mengakar kokoh dengan panji yang menjulang tinggi;
3.      Kondisi real, kaum Muslimin, belakangan ini justru berbalikan dengan generasi pertama dahulu, yakni cenderung lebih senang membuang-buang waktu, sehingga kita tidak mampu berbuat banyak dalam menyejahterakan dunia sebagaimana mestinya, dan tidak pula berbuat untuk akhirat sebagaimana harusnya, dan yang terjadi adalah sebaliknya, kita meracuni kehidupan dunia dan akhirat sehingga tidak memperoleh kebaikan dari keduanya.

M. Ahmad Abdul Jawwad
Dalam sebuah bukunya, memaparkan kaidah-kaidah aplikatif yang dapat mengantarkan kita kepada kesuksesan mengelola waktu secara bertahap, selangkah demi selangkah hingga pada tingkat mahir dan effektif dalam mengelola waktu dalam 14 (empat belas) langkah. Langkah-langkah tersebut adalah:
1.      Analisalah sikap kita terhadap manajemen waktu dan kenalilah sejauh mana kemampuan kita dalam mengelola waktu!
2.      Sadarilah nilai dan urgensi waktu, serta sejauh mana kebutuhan kita pada manjemen waktu!
3.      Susunlah skala prioritas dan jangan lupa pada kewajiban waktu!
4.      Kenalilah hal-hal yang kita butuhkan dalam mengelola waktu secara efektif!
5.      Kenalilah hal-hal yang mengganggu manajemen waktu, lalu hindarilah!
6.      Perhatikanlah tokoh-tokoh yang berhasil mengelola waktu!
7.      Atasilah hal-hal yang dapat menyia-nyiakan waktu!
8.      Luruskan persepsi kita yang keliru mengenai efisiensi waktu!
9.      Pelajarilah cara mengadakan pertemuan singkat yang membawa hasil optimal!
10.  Pelajarilah cara mendelegasikan secara effektif!
11.  Pelajarilah cara mengoptimalkan waktu santai/ senggang!
12.  Kajilah contoh-contoh aplikatif tentang manajemen dan optimalisasi waktu!
13.  Didiklah anak-anak dan orang-orang di sekitar kita untuk menghargai waktu!
14.  Latihlah orang lain tentang cara mengoptimalkan pemanfaatan waktu!

Sumber:
Sungguh Mengagumkan Manajemen Waktu Para Ulama, Syaikh Abdul Fattah. Penerbit: Zam-Zam, perpustakaanislam.com




Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...