Sabtu, 23 Februari 2013

Pendidikan Berakarater Islami di PYIT

Oleh: Abdurrahman MBP

Sebagaimana namanya Pesantren Yatim Ibnu Taimiyah Bogor menerapkan model pendidikan berasrama (boarding) bagi anak yatim. Model pendidikan yang ada dimulai dari taman kanak-kanak, madrasah ibtidaiyyah, madrasaha tsanawiyah, madrasah aliyah dan pesantren salafiyah. Pesantren ini mengkhususkan diri untuk mendidik anak yatim. Dengan moto “Mendidik Anak Yatim Menjadi Sholeh dan Mandiri” pesantren ini menerapkan kurikullum dari kementerian agama dan kurikullum lokal.
Persentasi kurikullum yaitu 60% untuk ilmu agama dan 40% untuk ilmu-ilmu umum. Model pembelajarannya sendiri menginduk kepada kementerian agama dalam hal ini sebagai bentuk legalitas dan muatan lokal yang mengarahkan yatim menjadi manusia yang bertakwa kepada Allah ta’ala. Menurut Direktur PYIT Ust. Suryana Abdullah, pendidikan adalah proses mewariskan  nilai-nilai Islamy kepada anak melalui setiap aktifitas yang dilakukan orang dewasa, karena itu menurutnya pendidikan tidak hanya ada di sekolah, namun ia ada di dapur,  kamar, lapangan,  hamam dan di segala tempat. Inilah model pendidikan yang menjadi asas bagi PYIT, sehingga semboyan untuk mewujudkan anak yatim yang sholeh dan mandiri dapat tercapai.  Dari sini model pendidikan berakarakter Islami sudah sangat kentara yaitu pendidikan yang tidak hanya tersekat pada ruang-ruang kelas, melainkan lebih dari itu bahwa setiap aktifitas yang dilakukan oleh anak yatim adalah merupakan bagian dari proses pendidikan.  
Kemandirian dan kecakapan hidup juga menjadi prioritas pesantren ini, terlihat dari aktifitas yatim yang sangat padat yang mencakup bagaimana seorang yatim dapat memiliki kecakapan hidup. Dimulai dari pagi hari harus bangun pukul 04.00 lalu mandi dan sholat shubuh, sebelumnya membersihkan badan dan sholat malam. Dilanjutkan aktifitas pembelajaran Al-Qur’an hingga pukul 06.00 WIB. Setelah itu pelaksanaan kerja bakti bagi siswa MTs dan MA yaitu dengan membersihkan seluruh kawasan pesantren, aktifitas ini berlangsung hingga 06.30. selanjutnya makan pagi dan persiapan masuk kelas.
Pembelajaran di kelas dimulai dari pukul 07.00 hingga 14.30 WIB. Setelah istrihat dan shalat ashar dilanjutkan dengan kegiatan ekstra kurikuler atau olah raga. Kegiatan bela diri juga diadakan setiap kamis dan sabtu. Pada tingkat MI diberikan mata pelajaran kemandirian yang meliputi belajar mencuci pakaian, membersihkan tempat tidur, kamar mandi dan pembelajaran kemandirian lainnya. Pesantren Yatim Ibnu Taimiyah telah menerapkan model pendidikan yatim berbasis kecakapan hidup dan memiliki karate Islami, walaupun dalam pelaksanaannya masih ada beberapa hal yang harus diperbaiki.
Secara umum model pendidikan yang dilaksanakan oleh Pesantren Yatim Ibnu Taimiyah didasarkan kepada kebutuhan dasar dari peserta didik, dalam hal ini anak-anak yatim. Selain itu ia juga menerapkan pendidikan berbasis kecakapan hidup, yang menjadi tujuan kedua lembaga yaitu untuk mewujudkan anak yatim yang dapat mandiri dengan menguasai berbagai kecakapan hidup (life skill). PYIT mendidik setiap anak yatim untuk dapat memenuhi kebutuhannya sendiri dan mengurus kehidupannya sendiri dari hal-hal kecil yang harus dikuasainya.  


B.       Kesimpulan
Dari pembahasan mengenai model pendidikan berkarakter Islami bagi anak yatim yang  berbasis kecakapan hidup dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.    Secara psikologi anak-anak yatim merasa kehilangan dengan meninggalnya salah satu orang tua mereka yaitu ayah.
2.    Hilangnya figur ayah dalam kehidupan mereka mengakibatkan mereka merasa kurang terlindungi sehingga kepribadian mereka cenderung lebih bebas
3.    Diperlukan adanya model pendidikan yang mengarahkan dan membimbing mereka untuk menjadi manusia yang mandiri baik pada saat proses pembelajarannya ataupun hasil dari pembelajaran tersebut.
4.    Pendidikan berkarakter Islami yang memberikan pola pembelajaran yang disesuaikan dengan tingkatan umur dan kematangan spiritual menjadi sesuatu yang harus ada bagi pendidikan mereka. 
5.    Kurikulum berbasis kecakapan hidup yang dimaksud di sini adalah bahwa dalam proses pendidikan anak yatim, terutama di pesantren hendaknya memperhatikan kondisi kejiwaan anak yatim. Hal ini meliputi kurikulum yang menciptakan kondisi normal sebuah keluarga sehingga seorang anak ytatim akan mendapatkan figure seorang ayah dari para pembimbingnya.
6.    Model pendidikan yang dikembangkan oleh Pesantren Yatim Ibnu Taimiyah telah mengarah kepada model pendidikan berkarakter Islami dan berbasis kecakapan hidup, namun ada beberapa kekurangan. Di antara kekurangan tersebut adalah masih kurangnya pemahaman kejiwaan anak sehingga model pendidikan yang dilaksanakan cenderung bersifat umum untuk seluruh anak.
7.    Pesantren Yatim Ibnu Taimiyah Bogor saat ini telah melaksanakan pendidikan berkarakter Islami dengan penggunaan kurikullum yang dititik beratkan pada nilai-nilai Islam. Pola-pola yang dilaksanakan juga mengarah kepada keshalehan peserta didik secara kaffah.

C.  Saran-saran
Dengan penemuan-penemuan yang ada dalam penelitian ini, penulis sedikit memberikan saran-saran yang mudah-mudahan dapat bermanfaat bagi seluruh komponen masyarakat. Adapaun secara rinci saran-saran tersebut adalah :
1.    Kepada masayarakat umum : anak yatim adalah warga Negara yang menjadi tanggungjawab Negara untuk memeliharanyanya dan memberikan perlindungan dan pendidikan. Dalam Islam keutamaan dari memeuliakan dan mengasuh anak yatim begitu besar pahalanya. Maka mengasuh mereka dan memberikan pendidikan yang wajar adalah salah satu ibadah yang diperintahkan oleh Allah dan rasulNya.
2.    Kepada Negara Republik Indonesia : anak-anak yatim adalah warga negara yang kebutuhan hidupnya menjadi tanggung jawab Negara, karena itu diharapkan Negara membuat kebijakan-kebijakan yang dapat mencakup kebutuhan-kebutuhan hidup anak yatim, dalam hal ini tentu saja tidak hanya kebutuhann fisik saja namun juga kebutuhan mental spiritualnya.
3.    Kepada pengelola Pesantren Yatim Ibnu Taimiyah Bogor : implementasi dari semboyan pesantren ini sepertinya harus tertuang secara tersurat dalam model pendidikan yang diterapkannya. Kemandirian yang dimaksud juga bukan hanya kemandirian di bidang spiritual saja melainkan juga kemandirian di bidang financial.
4.    Bagi anak-anak yatim : semua yang menimpa kita adalah sudah menjadi takdirNya, maka tidak ada kata menyesal atau meratapi nasib sebagai yatim. Jadikan keyatiman kita adalah kekuatan kita, bukankah Nabi Muhammad Shalallahu Alaihi Wasalam .
5.    Pendidikan berkarater Islami sudah selayaknya terus dikembangkan di Pesantren yatim Ibnu Taimiyah, adapun pelaksanaannya bisa dilakukan secara bertahap.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...