Selasa, 09 April 2013

Mana Janjiku?

Oleh: Abdurrahman


 Satu di antara tanda-tanda orang munafik adalah tidak menepati janji, tentu saja janji dalam hal ini adalah kesepakatan yang dilakukan oleh seseorang dengan orang lain tentang sesuatu. Namun jika janji tersebut ternyata diucapkan oleh diri sendiri apakah ia juga harus ditepati? Tentu saja ini adalah janji, karena pada hakekatnya janji tersebut bukanlah murni hanya dirinya sendiri yang mengetahui, namuan jelas ada Allah Jalla wa ‘Ala yang menyaksikannya, ada pula para malaikat yang mencatat setiap tindakan manusia, termasuk janji pada diri sendiri yang terbersit dalam hati.
Janji terhadap diri sendiri biasanya berkaitan dengan hal-hal yang bersifat pribadi, misalnya “Aku janji tidak akan pergi ke tempat itu lagi”, atau “Aku janji tidak akan melakukan perbuatan itu lagi” atau janji lainnya yang hanya diri sendiri dan Ilahi yang mengetahuinya. Bisa jadi janji kepada diri sendiri adalah bukti adanya iman di hati.
Mana Janjiku? Pertanyaan ini memang harus Aku jawab sendiri. Tidak satu orang lainpun yang mengetahui janji itu, hanya Aku dan Allah yang mengetahui hal itu. Janji itu adalah ungkapan hati yang paling dalam, ia muncul dari kesadaran diri bahwa ternyata sebagai insani Aku begitu tak berarti di hadapan Rabbul Izzati. Lebih dari itu Aku adalah hamba yang selalu melanggar setiap titah Ilahi, janji itu telah terpatri dalam hati dan akan selalu kutagih sebagai realisasi diri bukan seorang yang munafik I’tiqadi.
Hari ini Aku menagih janji itu lagi, ketika seseorang di seberang sana memberikan secercah pesona dunia yang sudah lama tak lagi kurasa. Ia menjanjikan surga padahal jalan menuju neraka Setelah itu ditambah lagi seorang yang “lugu” menyambung uluran penuh kemurkaan, bisakah diri menahan semua itu?
Mana Janjiku? Aku menagih janji itu, Astaghfirullah…. Sejenak  Aku memang lupa dengan janji itu tapi kini kembali suara itu merayu, “Hanya hiburan saja, hidup itu perlu dinikmati” Astaghfirullah… Aku teringat dengan ucapan shahabat Nabi yang mulia “Ya Rasulallah, Aku (Handzalah) telah menjadi Munafik” dengan bijak Rasulullah menjawab “Ada apa denganmu wahai Handzalah?” jawabannya seperti jawabanku hari ini, “Ketika Aku dekat dengan engkau imanku naik dan Aku selalu berbuat kebajikan, sedangkan bila Aku jauh dari engkau imanku turun dan kembali berbuat kemaksiatan”
Mana Janjiku? Ini janjiku, akan aku pegang selalu, akan aku laksanakan selalu, akan aku pertahankan selalu agar tidak ada seorangpun menganggapku sebagai seorang munafik lebih dari itu aku tidak mau menghadap Rabbku sebagai seorang Munafiq, aku malu di hadapan Al-‘Afwu… 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...