Sabtu, 13 April 2013

Sejarah Kampung Naga

Sejarah Kampung Naga memiliki beberapa versi,  diantaranya adalah: Pertama kalinya kampung Naga terbentuk dengan datangnya suku Badui dari daerah Banten, kedatangannya karena diusir oleh kepala suku Badui Banten yang kemudian singgah di Salawu Desa Neglasri dan mendirikan pemerintahan sendiri atau otonomi daerah dan diberi nama Kampung Naga.
Kampung Naga berasal dari bahasa Sunda yaitu kata Nagawir = tebing, karena kampung Naga ini dikelilingi oleh tebing-tebing. Kata Naga diambil agar masyarakat lebih cepat mengenal nama kampung tersebut. Kampung ini sudah berdiri 500 tahun yang lalu, kampung ini pernah di bakar oleh DI-TII pada tahun 1956. Seluruh rumah dan peninggalan purbakala serta buku-buku sejarah lenyap dilahap sijago merah. Pada tahun 1957 kampung Naga dibangun kembali.
Sejarah atau asal-usul kampung Naga menurut salah satu versinya bermula pada masa kewalian Syeh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati, seorang abdinya yang bernama Singaparna, ditugasi untuk menyebarkan agama Islam kesebelah Barat. Kemudian dia sampai ke daerah Neglasari yang sekarang menjadi Desa Neglasari. Di tempat tersebut, Singaparna oleh masyarakat Kampung Naga disebut Sembah Dalem Singaparana. Suatu hari ia mendapat ilapat atau petunjuk harus bersemedi. Di dalam persemediannya, Singaparana mendapat petunjuk, bahwa ia harus mendiami suatu tempat yang sekarang disebut Kampung Naga.
Nenek moyang Kampung Naga yang paling berpengaruh dan berperan bagi masyarakat kampung Naga “Sa Naga” yaitu Eyang Singaparna atau Sembah Dalem Singaparna yang disebut lagi dengan Eyang Galunggung, dimakamkan disebelah Barat Kampung Naga. Makam ini dianggap oleh masyarakat Kampung Naga sebagai makam keramat yang selalu diziarahi pada saat diadakan upacara adat bagi semua keturunannya.
Namun kapan Eyang Singaparna meninggal ? tidak diperoleh data yang pasti, bahkan tidak seorang pun warga Kampung Naga yang mengetahuinya. Menurut kepercayaan yang mereka warisi secara turun menurun, nenek moyang masyarakat Kampung Naga tidak meninggal dunia, melainkan raib tanpa meninggalkan jasad. Dan di tempat itulah masyarakat Kampung Naga menganggapnya sebagai makam, dengan memberikan tanda atau petunjuk kepada keturunan masyarakat Kampung Naga.
Ada sejumlah nama para leluhur masyarakat Kampung Naga yang dihormati, seperti : Pangeran Kudratullah, dimakamkan di Gadog Kabupaten Garut, seorang yang dipandang sangat menguasai pengetahuan agama Islam. Raden Kagok Katalayah Nu Lencing Sang Seda Sakti, dimakamkan di Taraju, Kabupaten Tasikmalaya yang menguasai ilmu kekebalan “kewedukan”. Ratu Ineng Kudratullah atau disebut Eyang Mudik Batara Karang, dimakamkan di Karangnunggal, Kabupaten Tasikmalaya, menguasai ilmu kekuatan fisik “kebedasan”. Pangeran Mangkubawang, dimakamkan di Mataram Yogyakarta, menguasai ilmu kepandaian yang bersifat keduniawian atau kekayaan. Sunan Gunungjati Kalijaga, dimakamkan di Cirebon menguasai ilmu pengetahuan bidang pertanian.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...