Rabu, 01 Mei 2013

Aku Benci Pasanganku

Oleh: Abu Aisyah



Memiliki pasangan yang cantik, pengertian, penyabar, penyayang dan sholehah tentu adalah dambaan setiap pria. Demikian pula memiliki seorang pasangan yang gagah, jantan, perkasa dan sholeh adalah dambaan setiap wanita. Apalagi jika ada yang belum menikah pasti ia akan mendaftar kriteria yang harus ada pada calon pasangannya. Padahal kita ketahui bersama bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Bagaimana dengan yang sudah menikah? Apakah kriteria yang dulu didambakan itu ada pada diri pasangannya?
Bisa jadi untuk memperoleh pasangan ideal seseorang harus melalui masa penjajagan yang membutuhkan waktu berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun untuk mengenal lebih dekat pasangannya (baca: pacaran). Tentu saja hal ini tidak menjamin bahwa ia akan memperoleh gambaran yang meyakinkan dari calon pasangannya tersebut. Pada beberapa kasus justru pacaran malah menjadi media untuk menyembunyikan setiap kekurangan, sehingga ketika pacaran yang muncul ke permukaan adalah kebaikan dan kelebihan pasangan. Padahal ketika sudah menikah baru ketahuan bahwa ternyata selama ini ia menyimpan segudang kebusukan. Maka lamanya pacaran bukan jaminan seseorang akan mendapatkan pasangan ideal ataupun memahami pasangannya dengan benar.
Bagaimana jika ternyata pasangan hidup kita juga adalah seseorang yang tidak sempurna? Tentu saja kesempurnaan hanya milik Allah ta’ala sehingga akan sangat sulit untuk mengharapkan pasangan kita sempurna. Cara menyikapi ketidaksempurnaan pasangan inilah yang membutuhkan adanya ketulusan dan kecintaan yang didasari oleh kecintaan kepada Allah ta’ala. Maksudnya adalah bahwa ketika kita memiliki pasangan namun ternyata pasangan tersebut sering sekali tidak sesuai dengan kriteria kita sebelumnya, atau mungkin setelah menikah baru mengetahui sisi “lain” dari kehidupannya. Maka dalam hal ini sejatinya kecintaan kita sedang diuji, “Benarkah kecintaan kita kepada pasangan karena lillahi ta’ala atau jangan-jangan karena keuntungan dunia?”
Sering kali kita merasa bahwa banyak orang lain di luar sana yang lebih bisa memahami kita, sementara pasangan kita sering sekali beda pendapat dan bertentangan keinginannya dengan kita. Bagaimana menghadapi ini semua? Lagi-lagi kedewasaan dan ketulusan cinta karena Allah ta’ala akan menjadikan pasangan kita indah di pandang mata. Apalagi jika usia rumah tangga lebih dari lima tahun, tentu hal-hal yang tidak kita inginkan seringkali muncul menghadap bahtera rumah tangga. Sehingga ada beberapa teman yang mengatakan “Saya benci pasangan saya” setelah ditanya kenapa demikian, ia menjawab dia tidak pernah memahami saya, dia tidak pernah sependapat dengan saya dan alasan-alasan lainnya.
Memang hidup berumah tangga dengan pasangan “itu-itu saja” butuh akan pengertian dan kedewasaan. Bukan lagi saatnya untuk membincangkan tentang kecantikan atau kegagahan, ia telah sirna bersama sang masa, yang ada saat ini adalah cinta karena Allah ta’ala. “Dia adalah pasangan saya sehingga saya harus menyayanginya” kata-kata ini sudah selayaknya muncul dari para pasangan yang menganggap pasangannya tidak sempurna dan mulai hilang pesonanya, niat yang sedari awal untuk menyempurnakan agama dan mendapatkan ridhaNya adalah obat mujarab untuk mengobati kebosanan dalam rumah tangga. “Bagaimana dengan pasangan anda?” pernahkan pasangan anda menyakiti anda? Atau dalam hati anda berkata “Saya benci pasangan saya” kalau ini terjadi segeralah beristighfar dan kembalikan semuanya ke niat awal, karena lagi-lagi tidak ada manusia yang sempurna, pasangan kita adalah manusia karena itu ketika ia menyakiti kita segeralah menasehatinya dengan arif dan bijaksana, karena bisa jadi sebelumnya kita telah menyakiti perasaannya…. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...