Jumat, 10 Mei 2013

Duka dan Suka di Kampung Naga

Oleh: Abdurrahman


Hidup ini memang luar biasa menakjubkan, tidak ada yang bisa diprediksi apalagi jika berkaitan dengan rezeki, jodoh dan ajal. Manusia hanya bisa memperkirakan dan merencanakannya saja, kuasa Allah adalah di atas segalanya. Di antara keajaiban hidup itu adalah berselangnya antara suka dan duka, antara sedih dan bahagia seolah-olah semua itu adalah rahasiaNya, manusia hanya bisa menjalankan dan berusaha serta berdo’a untuk menerimanya.  Inilah kenapa dalam Islam kita diperintahkan untuk senantiasa bertawakal dan menyerahkan seluruh kehidupan ini kepada Sang Pencipta, karena bisa jadi antara suka dan duka itu hanya terpisah beberapa detik saja. Hari ini kita berduka, bisa jadi esok bahagia akan menyapa. Sebaliknya hari ini kita bersuka cita bisa jadi esoknya kita berduka nestapa. Bahkan bisa jadi dalam satu hari antara suka dan duka itu datang bergiliran, jika tidak terjadi pada diri satu orang maka itu bisa terjadi di suatu tempat dan di suatu masa.
Kampung Naga pada 04 Mei 2013 mengalami hal tersebut, kebetulan saya yang sedang melakukan penelitian di sana menyaksikan dua kondisi yang sangat kontras antara suka dan duka atau sebaliknya antara duka dan suka. Duka terjadi ketika pada pagi hari tepat pukul 08.00 seorang warga Sa-naga bernama Tuti meninggal dunia, saya yang sempat berta’ziyah menyaksikan bagaimana keluarganya menangis tersedu-sedu. Suami dari almarhum sendiri tampak tertunduk dengan bedan lemas demikian juga anggota keluarga lainnya. Suasana benar-benar mengharu-biru suara tangisan dan isakan terdengar keras mengiringi pembacaan Yasiin oleh para hadirin yang melayat. Hingga simandikan, dishalatkan dan dikuburkan suasana berduka benar-benar sangat terasa, ketika acara pemakaman selesai suami dari almarhum seperti tidak memiliki tenaga untuk melangkah sehingga beberapa dari keluarganya memapahnya untuk naik ke motor.
Pada siang dan sore harinya suasana sebaliknya terjadi di rumah Bapak Nasa, warga Kampung Naga yang sedang melaksanakan hajat menikahkan anaknya yang pertama. Suasana suka terlihat dengan dipasangnya tenda di rumah. Sudah sejak sepekan yang lalu ibu-ibu kampung Naga sibuk memasak untuk dijadikan “hadiah” bagi para tetangga yang datang memberikan hadiah pernikahan. Suara alunan “degung” dan music pop sunda menambah cuka cita pesta pernikahan ini. Kebahagiaan tentu saja berpusat pada kedua mempelai yang melaksanakan akad nikah pada esok harinya di masjid Kampung Naga. Saya sempat berbincang dengan pengantin wanita dan prianya, mereka sama-sama menyatakan bahwa hari ini adalah hari yang dinanti-nanti karena sudah dipersiapkan sejak beberapa bulan yang lalu.
Itulah kehidupan, bisa jadi saat inikita berduka karena adanya ujian yang menimpa namun yakinlah bahwa suka cita akan menyapa ketika kita yakin dengan kuasaNya. Setiap duka yang melanda kita sejatinya adalah suka yang ditunda untuk kebahagiaan kita di akhirat sana. Sangat menakjubkan bukan sikap hidup seorang muslim “Apabila ia tertimpa musibah maka ia bersabar, apabila diberikan kenikmatan maka ia bersyukur” dan itu semua akan bisa kita lakukan ketika keimanan it uterus ditingkatkan…. Wallahu a’lam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...