Selasa, 07 Mei 2013

Obat Itu Pahit Rasanya

Oleh: Abu Aisyah


  
Sebagaimana anak kecil lainnya, ketika saya masih kecil maka paling tidak suka kalau harus minum obat ketika sakit. Walaupun dengan rayuan dari ibu bahwa obat itu tidak terlalu pahit namun selalu berujung dengan rasa pahit yang bagi saya luar biasa. Paling-paling ibu akan mengucapkan kata-kata sederhana “Namanya juga obat ya pahit”
Tiga puluh tahun lebih sudah berlalu, ternyata perkembangan teknologi obat masih lambat sehingga rasa obat sejak dahulu hingga saat ini masih terasa pahit. Ada beberapa jenis obat yang ditambah dengan beberapa perasa buatan yang sedikit mengurangi rasa pahit tersebut namun tidak mewakili rasa obat yang masih tetap pahit.
Ternyata tidak hanya obat untuk mengobati penyakit fisik yang terasa pahit, bahkan obat yang digunakan untuk mengobati sakit psikis terasa lebih pahit lagi. Pahitnya bukan hanya terasa di lidah namun merasuk hingga ke jantung hati dan setiap sendi jasmani. Pahitnya obat inilah yang sering kali saya rasakan, tidak banyak yang bisa diceritakan selain sakit di hati yang selalu membebani diri. Ketika obat itu ditawarkan oleh seseorang untuk menyembuhkan yang terasa adalah pahit yang kian menjadi.
“Namanya juga obat ya pahit” suara pelan itu kembali terngiang di telinga ini. Memang obat itu akan terasa pahit ketika menyentuh langit-langit mulut dan kerongkongan, namun efeknya akan terasa ketika telah melewati keduanya. Bahkan dengan izin Allah ta’ala jika obat tersebut cocok dengan penyakit yang diderita maka sakit yang ada akan sembuh atau minimal berkurang nyerinya.
Menikmati pahitnya obat adalah sebuah perjuangan luar biasa, jika obat itu hanya untuk mengobati luka di anggota badan mungkin hanya sampai mulut dan tenggorokan saja pahitnya. Namun jika obat itu adalah luka jiwa dalam dada maka pahitnya obat itu akan terasa hingga merasuk ke sukma. Siapa saja yang menelannya akan merasakan efek yang luar biasa, jika kekebalan jiwanya terjaga tentu perlahan obat itu akan mengurangi derita batinnya. Tapi jika ternyata luka di jiwa itu sudah parah luar biasa maka “gila” karena senyawa jiwa yang menolak obat itu bisa terjadi dengan sendirinya.
Pahitnya obat bagi penyakit di dada memang luar biasa, namun bukan berarti kita harus meninggalkannya. Karena jika luka di jiwa ini tidak dicari penawarnya bisa jadi akan mengakibatkan sukma ini akan menderita selamanya, tidak hanya di dunia namun juga di akhirat sana. Oleh karena itu telahlah obat itu walaupun pahit rasanya, jika tidak bisa sekaligus bertahaplah dalam mengonsumsinya. Jangan pernah berhenti… karena jika berhenti maka luka jiwa itu akan kembali menganga bahkan bisa jadi akan mengakibatkan matinya jiwa sebelum raga ini hancur binasa… saya akan terus menelan pahitnya obat ini, walaupun mungkin sekali-kali akan memuntahkan obat itu lagi. Semoga saja Allah meridhai, bukankah tugas kita adalah berusaha? Sembuh dan tidaknya penyakit jiwa berada di tanganNya Yang Mulia…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...