Selasa, 16 Juli 2013

Bahagia itu Sederhana: Syukuri apa yang ada

Oleh: Bambang Sahaja



Seluruh manusia di dunia ini mendambakan hidup sejahtera dan bahagia. Sejahtera berarti tercukupinya kebutuhan lahiriyah atau fisiknya, sementara bahagia adalah tercukupinya kebutuhan batinnya. Jika kesejahteraan berkaitan dengan kebutuhan fisik maka kebahagiaan adalah berkaitan dengan kebutuhan mental spiritual. Jika demikian maka kesejahteraan sering kali tidak berbanding lurus dengan kebahagiaan. Namun apakah orang yang bahagia itu harus sejahtera? Jawabannya bisa iya bisa juga tidak. Karena bahagia itu sebenarnya sederhana, jika banyak manusia mencari kebahagiaan dengan berbagai cara maka resepnya adalah mensyukuri apa yang ada, itu saja.
Mensyukuri apa yang ada berarti setiap yang ada dalam diri kita dan yang diberikan oleh Sang maha Pecipta adalah sesuatu yang harus disyukuri. Tubuh dan fisik kita dengan segala “kekuranga” dan kelebihannya adalah amanah yang harus dijaga, diberikan hak-haknya dan disyukuri. Bagaimanapun “jeleknya” tubuh dan fisik kita semua itu adalah kenikmatan yang harus disyukuri dan tidak boleh dikufuri. Kenapa kenikmatan tubuh ini harus disyukuri? Karena tidak ada seorangpun yang bisa “memesan” model tubuh ketika dia akan lahir. Tidak ada seorangpun yang sewaktu lahir memesan untuk berkulit putih, berhidung mancung, keturunan bangsawan, dari keluarga kaya dan lain sebagainya. Sehingga tubuh dan fisik kita adalah kenikmatan yang harus disyukuri, dengan syukur tersebut maka kebahagiaan akan diraih.
Selanjutnya adalah mensyukuri setiap yang Allah ta’ala berikan kepada kita, entah itu bersifat kenikmatan dan anugerah berupa rizqi, anak, kesehatan dan lain sebagainya. Atau sesuatu itu berupa bala dan cobaan semisal sakit, musibah, kecelakaan dan hal-hal lain yang di mata manusia disebut musibah. Maka sejatinya “musibah” yang menimpa kita adalah anugerah yang harus pula kita syukuri. Saya ingat sekali bagaimana ternyata “musibah” yang menimpa saya merupakan jalan lebar menuju anugerah yang sangat luar biasa. Seseorang yang kehilangan harta bendanya bisa jadi hal tersebut adalah yang terbaik untuk dirinya. Karena bisa jadi ketika harta benda tersebut masih ada akan menjadikannya sombong, takabur dan berbuat kufur kepada Allah ta’ala. Demikian pula ketika seseorang tertimpa sakit, maka sakit itu sejatinya adalah baik untuk dia.
Jadi bahagia itu sederhana, caranya adalah mensyukuri semua yang ada walaupun di mata manusia adalah sesuatu yang tidak mengenakan atau terasa menyakitkan kita. Mudah bukan? 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...