Minggu, 22 Desember 2013

Tatar Sunda

Tatar Sunda
Oleh: Abdurrahman MBP, MEI

C. Tatar Sunda
Tatar Sunda adalah sebuah nama yang digunakan untuk menyebut wilayah yang berada di Pulau Jawa bagian barat. Secara administrasi wilayah ini disebut dengan Propinsi Jawa Barat. Istilah Jawa Barat oleh beberapa komunitas dianggap tidak mewakili kebudayaan mereka sehingga mereka tetap keukeuh menggunakan istilah Tatar Sunda. Sehingga dalam makalah ini penulis menggunakan istilah Tatar Sunda daripada Jawa Barat. Tatar Sunda sendiri merupakan gabungan dari dua kata yaitu “Tatar” yang berarti wilayah dan “Sunda” yaitu merujuk suku bangsa yang tinggal padanya.[1]
Kata “Sunda” artinya bagus/baik/putih/bersih dan cemerlang, segala sesuatu yang mengandung unsur kebaikan, orang Sunda diyakini memiliki etos/watak/karakter Kasundaan sebagai jalan menuju keutamaan hidup. Watak/karakter Sunda yang dimaksud adalah cageur (sehat), bageur (baik), bener (benar), singer (terampil), dan pinter (pandai/ cerdas) yang sudah ada sejak zaman Salaka Nagara tahun 150 sampai ke Sumedang Larang Abad ke- 17, telah membawa kemakmuran dan kesejahteraan lebih dari 1000 tahun. Sunda merupakan kebudayaan masyarakat yang tinggal di wilayah barat pulau Jawa dengan berjalannya waktu telah tersebar ke berbagai penjuru dunia. Sebagai suatu suku, bangsa Sunda merupakan cikal bakal berdirinya peradaban di Nusantara, di mulai dengan berdirinya kerajaan tertua di Indonesia, yakni Kerajaan Salakanagara dan Tarumanegara sampai ke Galuh, Pakuan Pajajaran, dan Sumedang Larang. Kerajaan Sunda merupakan kerajaan yang cinta damai, selama pemerintahannya tidak melakukan ekspansi untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Keturunan Kerajaan Sunda telah melahirkan kerajaan-kerajaan besar di Nusantara diantaranya Kerajaan Sriwijaya, Kerajaan Majapahit, Kerajaan Mataram, Kerajaan Cirebon, Kerajaan Banten, dll.[2]  
Selain dikenal dengan istilah Tatar Sunda, wilayah Jawa Barat juga dikenal dengan istilah Parahyangan yang berarti tempat bersemayamnya arwah para leluhur yang berada di tempat-tempat tinggi. Istilah ini merujuk pada keyakinan lama mengenai tempat bagi arwah-arwah karuhun (nenek moyang) yang berada di tempat-tempat tinggi seperti gunung, hutan dan tempat sanged lainnya. Sebagai tempat para Hyang maka masyarakat dahulu meyakini bahwa Tatar Sunda adalah tanah pilihan Tuhan bagi manusia Sunda. Kepercayaan tersebut hingga saat ini masih dipertahankan oleh masyarakat Baduy di Kanekes Lebak Banten.[3]  
Jika dahulu Tatar Sunda terbentang dari Ujung Kulon di bagian barat pulau Jawa hingga ke Sungai Cipamali di daerah Brebes maka saat ini wilayahnya menyempit menjadi wilayah-wilayah yang hanya didiami oleh suku Sunda. Misalnya Ciamis, Tasikmalaya, Garut, Sumedang, Bandung, Cianjur, Sukabumi, Bogor dan wilayah lainnya. Sementara wilayah Cirebon, Indramayu, Banten dan beberapa wilayah yang dihuni oleh selain suku Sunda sudah menjadi wilayah tersendiri walaupun berada dalam satu propinsi Jawa Barat. Sehingga dalam tulisan ini yang dimaksud dengan Tatar Sunda secara khusus adalah wilayah di Propinsi Jawa Barat yang didiami oleh suku Sunda, sementara secara umum masuk pula seluruh wilayah yang dahulu didiami oleh mereka walaupun saat ini sudah berganti menjadi wilayah Jawa Cirebon, Betawi, Banten dan beberapa wilayah di sekitar Jakarta.        


[1] Edi S. Ekadjati, Kebudyaan Sunda: Suatu pendekatan Sejarah, (Jakarta: Pustaka Jaya) , cet. III, tahun 2009, hlm. 5.
[3] Judistira Garna, Orang Baduy, (Bangi Malaysia: Penerbit University Kebangsaan Malaysia), tahun 1987, hlm. 60. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...