Kamis, 20 Februari 2014

Cerita di balik Disertasi

Oleh: AM Bambang Prawiro

Menulis disertasi adalah sebuah tanggung jawab ilmiah bagi mahasiswa program S3, ia menjadi tolok ukur bagi kualitas akademiknya. Tentu saja penulisan ini diawali dengan penelitian sebagaimana penulisan ilmiah lainnya. Terkadang cerita di balik penulisan dan riset disertasi lebih menarik daripada disertasi itu sendiri. Jika penulisan disertasi terpenjara oleh berbagai aturan akademik maka penulisan cerita di balik penulisannya lebih bebas dan mewakili ekspresi penulisnya. Cerita berkisar perjuangan melakukan penelitian, penulisan disertasi hingga ujian akhir.
Disertasi saya yang mengambil tema komunitas adat juga membawa cerita tersendiri dan betul-betul saya nikmati. Hingga cerita di balik penulisannya lebih berkesan bagi saya dari pada isi disertasi itu sendiri. Maklum saja disertasi saya berbasis data di lapangan sehingga mau tidak mau harus turun lapangan dan bertemu dengan berbagai tipe masyarakat yang menjadi obyek penelitian. Meneliti tindakan manusia sangat menarik, mengenal mereka lebih dekat hingga rasa simpati kepada kelebihan mereka yang terkadang menjadi sikap kagum berlebihan. Alasan apapun tidak bisa ditutupi bahwa ketika meneliti di masyarakat kita akan menemukan orang-orang yang jahat dan tidak mendukung penelitian kita namun ada juga orang-orang baik dan super baik yang membantu seluruh penelitian kita.
Satu di antara orang-orang baik yang membantu penelitian saya adalah dari tempat penelitian saya. Sebagai petugas guide, ia telah melaksanakan tugasnya dengan baik. Menemai saya setiap turun lapangan, memberikan informasi yang saya butuhkan dan lebih dari itu ia telah memberikan satu inspirasi hidup yang selama ini saya cari. Ketertarikan saya kepada komunitas adat semakin sempurna ditambah kehadirannya. Kedekatan kami dalam setiap pelaksanaan penelitian menumbuhkan rasa simpati yang berlebihan padanya, hingga merasa dia adalah saudara dekat saya. Kata-kata yang keluar darinya begitu menyihir perasaan, hingga rasa untuk mendengarkan cerita-cerita dan ucapan-ucapannya selalu saya nantikan. Perawakannya yang buntek memberikan nilai tersendiri bagi saya. Nada suaranya khas, betul-betul memberikan pencerahan lahir batin buat saya. Orangnya juga supel dan mudah bergaul, suka bercanda dan tidak senang jika disanjung-sanjung.
Namun rasa simpati saya kepadanya dihadapkan pada aturan adat yang tidak bisa ditembus, bahkan memisahkan kami berdua. Larangan menceritakan semua hal yang berkaitan dengan obyek penelitian, hingga aturan yang membatasi penelitian saya. Selain itu ketaatan yang berlebihan terhadap pimpinan menjadi sebab lainnya. Sebenarnya bukan berarti terputus tetapi di akhir penelitian, ia membeberkan tentang aturan adat yang berlaku bagi peneliti, tidak boleh satu tahun, tidak boleh mengikuti ritual lagi hingga kewajiban izin apabila kembali ke obyek penelitian. Yang lebih menyakitkan lagi adalah sikapnya yang berubah 180 derajat. Benar-benar berbeda dengan pertama kali saya mengenalnya. Mungkin dia kecewa karena dulu saya pernah bercerita akan melihat acara dari luar kampung. Ia betul-betul marah dan menganggap saya kurang ajar dan melanggar adat hingga akhirnya hubungan kami agak renggang.
Selanjutnya hubungan kami semakin hambar karena lebih banyak salah paham dan sms-sms yang dikirim hanya bersifat formal dan tidak ada lagi kedekatan secara batin. Saya sendiri merasa kecewa karena selama ini sikapnya hanya sebatas pelayanan penelitian. Padahal saya sendiri menganggap dia adalah orang dekat saya yang bisa diajak berbagi tentang berbagai hal, terutama obyek penelitian saya.
Mendekati akhir penelitian saya, hubungan itu sudah sulit untuk kembali dibangun, sikap acuhnya benar-benar membuat saya tidak habis pikir. Mungkin dia kecewa dengan saya yang terlalu merasa diri bagian dari mereka, padahal mereka sendiri menganggap saya adalah tamu yang terkadang merepotkan mereka karena banyak bertanya tentang berbagai hal. Saya sendiri juga tidak habis pikir sikapnya yang dulu ramah, baik, suka bercanda, dan menganggap saya adiknya kini telah berubah, lagi-lagi dia beralasan adat tidak membolehkannya. Ah… adat, seperti roman klasik saja, harus terpisah hanya karena adat….
Romantika meneliti pada komunitas adat memang gampang-gampang susah, memerlukan tekhnik sendiri agar bisa mengorek informasi dari mereka. walaupun niat kita baik belum tentu oleh mereka disetujui karena standard baik kita berbeda dengan mereka. intinya adalah disertasi yang saya tulis betul-betul meresap dalam jiwa saya hingga membawa emosi dan perasaan saya masuk ke dalamnya.  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...