Selasa, 01 April 2014

Sunda Wiwitan di Bumi Parahyang

SUNDA WIWITAN DI BUMI PARAHYANG
Abdurrahman Misno Bambang Prawiro
Al-Hidayah College of Islamic Studies, Bogor West Java


Abstract
Kehadiran agama-agama besar dunia ke Indonesia tidak menghilangkan kepercayaan lokal yang telah ada masyarakat. Para pengikutnya tetap bertahan di tengah terpaan gelombang penyebaran agama-agama besar tersebut. Walaupun tidak menghilangkan kepercayaan tersebut namun faktanya telah telah memberikan pengaruh besar bagi kepercayaan mereka. Sunda Wiwitan adalah salah satu dari kepercayaan lokal yang hingga saat ini masih dipertahankan oleh Komunitas Baduy di Desa Kanekes Kecamatan Leuwidamar Kabupaten Lebak Provinsi Banten. Hingga saat ini komunitas Baduy belum menerima agama-agama besar dunia tersebut, mereka masih konsisten dengan kepercayaan Sunda Wiwitan yang diyakini sebagai warisan awal nenek moyang Sunda yang menjadi karuhun mereka.
Kepercayaan Sunda Wiwitan yang diyakini oleh komunitas Baduy meyakini adanya Batara Tunggal sebagai Tuhan Yang Maha Esa. Ia juga mempunyai sebutan lain yaitu Batara Jagat (Penguasa Alam), Batara Seda Niskala (Yang Gaib), Nu Kawasa (Yang Berkuasa) dan Sang Hyang Keresa (Yang Maha Kuasa) atau Nu Ngersakeun (Yang Menghendaki). Batara Tunggal sebagai Tuhan diyakini turun ke bumi menurunkan para Batara yang menjadi nenek moyang puun sebagai tokoh spiritual tertinggi Baduy. Mereka juga meyakini adanya dewa-dewi yang melindungi mereka dari berbagai keburukan dan bencana. Padi yang menjadi makanan pokok merupakan penjelmaan dari Dewi Sri atau Nyi Pohaci yang diturunkan ke bumi. Ruh para orang tua yang telah meninggal dunia diyakini melindungi mereka dari bencana, ia hadir menjelma sebagai Wangatua dan Guriang untuk menjaga kampung.
Keyakinan akan adanya makhluk ghaib dan dewa-dewi termanifestasikan dalam berbagai bentuk ritual keagamaan yang dilaksanakan sesuai dengan kalender Baduy. Pokok ritual keagamaan yang mereka laksanakan adalah Ngukus, Ngawalu, Muja, Ngalaksa dan Seba. Ngukus yaitu membuat kukus (asap) dengan membakar dzat aromatik seperti kemenyan, kayu gaharu, madat atau getah. Ngawalu yaitu ritual yang mengiringi perpindahan padi dari ladang “kembali” ke lumbung (leuit) setelah sekian lama mengembara di “weweg sampeg mandala pageuh” yaitu rumah suaminya (tanah lading/huma). Muja yaitu ritual memuja (menyembah) di Sasaka Pusaka Buana atau Sasaka Pada Ageung dan Sasaka Parahiyang atau Sasaka Domas. Ngalaksa yaitu membuat laksa yang dilaksanakan pada akhir bulan Ketiga pada kalender Baduy. Seba yaitu ritual ini berupa pemberian hasil ladang kepada kepala daerah di Kabupaten Lebak dan Gubernur Banten.
Kepercayaan Sunda Wiwitan saat ini banyak dipengaruhi oleh agama Hindu dan Islam. Pengaruh Hindu memunculkan konsep dewa-dewi dalam kepercayaan mereka, sementara pengaruh Islam memunculkan istilah Allah sebagai Tuhan, Adam Tunggal, Adam Hawa, Syahadat Nabi Muhammad, Khitan, Syahadat dalam Pernikahan dan mantra-mantra yang dibaca puun banyak menerima istilah-istilah dari Islam.

Key Word: Sunda Wiwitan, Kepercayaan Lokal, Baduy, Parahyang, Banten. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...