Kamis, 11 Desember 2014

Membantah Subhat Pembenci Islam

Oleh: Kang Abdurrahman

Membaca status Face Book seorang kawan di group kesundaan saya jadi berfikir ulang, Isi dari status FB tersebut adalah bahwa ia membenci semua hal yang berbau Arab di Tatar Sunda, seperti: Jilbab, Cadar, Sorban, Jenggot, celana ngatung dan lainnya. Kenapa ya mereka bisa berfikiran seperti itu. Apakah karena pengetahuannya yang terbatas? Sikap fanatiknya kepada sukunya? Atau karena kebenciannya kepada Islam? Apalagi pendapat ini muncul dari seorang Sunda yang muslim. Status ini menarik untuk dibahas, walaupun sejak awal saya ingin menuliskan semua hal tentang hal ini, Islam dan Kesundaan. Benarkah terdapat perbedaan yang mecolok antara Sunda dan Islam? apakah keduanya tidak saling berharmoni? Kita akan lihat pembahasannya.
Hal pertama yang muncul dari status ini adalah tentang budaya Arab yang begitu banyak muncul pada kalangan Sunda. Tentu saja sangat naïf ketika hanya menyalahkan Arab. Buktinya yang eksis di Tatar Sunda bukan hanya Arab tapi juga China, Eropa, Jepang, Korea dan gaya hidup bangsa lainnya. Jika Arab disalahkan karena ia memang mendominasi kehidupan orang Sunda, karena itu adalah efek dari mereka yang telah masuk Islam. hal yang menarik adalah ketika menyatakan bahwa komunitas Islam yang berasal dari suku Sunda telah menghilangkan budaya Sunda. Tentu saja klaim ini harus dilihat kembali, bisa jadi benar bahwa Islam Sunda menolak beberapa kebudayaan Sunda yang dianggap bertentangan dengan nilai-nilai Islam, misalnya saja goyang Jaipong yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Islam yang memuliakan perempuan. Demikian juga budaya Sunda yang mengarah kepada kesyirikan, maka hal tersebut tidak dilakukan dan dalam pemahaman mereka bahwa dibuang.
Penulis mengkritik beberapa hal yang berbau Arab seperti cadar, sorban, jenggot, jilbab, celana ngatung dan lain sebagainya. Ini memang hal yang tampak jelas di masyarakat, di mana saat ini kita saksikan banyak perempuan Sunda yang memakai jilbab ala Arab dan bercadar. Tentu saja hal ini tidak bisa disalahkan karena merupakan hak asasi mereka untuk memilih. Kenapa kita harus anti dengan hal tersebut? padahal itu adalah pilihan masing-masing individu muslimah. Banyak orang yang mencela pakaian ala Arab ini, padahal banyak di antara perempuan Sunda juga memakai pakaian ala Eropa dan Barat tapi tidak dipermasalahkan. Sangat diskrimasi Arab tentunya dalam hal ini.
Mengenai sorban, sejatinya itu adalah budaya Arab yang tentu saja hukumnya boleh-boleh saja untuk menggunakannya atau tidak. Apalagi dalam masalah pakaian Islam memberikan kebebasan, selama tujuan utama darinya yaitu menutup aurat terpenuhi maka sudah cukup. Mengenai model silahkan saja mau model Arab, Sunda, Jawa dan yang lainnya. Ini sekaligus memberikan argument bahwa silahkan saja memakai pakaian Sunda, selama menutup aurat maka diperbolehkan. Apalagi kalau kita lihat pakaian Sunda juga tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam. apabila kita perhatikan ternyata pakaian Sunda bagi laki-laki yaitu pangsi memiliki model celana yang berada di atas mata kaki yang sesuai dengan nilai-nilai Islam. Maka tidak ada alasan untuk menyatakan bahwa Islam tidak menyetujui budaya Sunda.
Jenggot juga menjadi hal yang dikritik oleh pemilik status tersebut, ia menyatakan bahwa jenggot merupakan budaya Arab. Mungkin dia lupa bahwa sesepuh kita di masa lalu dan hingga kini memelihara jenggot bahkan sampai panjang. Jika tidak percaya lihatlah para sesepuh Sunda yang juga memanjangkan jenggotnya, lalu kenapa jika ada orang yang berjenggot dianggap kearab-araban? Suatu hal yang sangat naïf sekali.
Sejatinya Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam memberikan ruang bagi setiap kebudayaan untuk tumbuh dan berkembang. Budaya Sunda sebagai salah satu kebudayaan di dunia juga diberikan ruang dalam Islam, apalagi jika kita mendalami budaya Sunda maka kita akan menemukan korelasi antara Islam dan budaya Sunda. Korelasi yang hampir ada pada setiap bagiannya, dari mulai masalah kepercayaan hingga amalan sehari-hari.
Kepercayaan orang Sunda meyakini adanya Nu Kawasa yaitu Tuhan alam semesta yang telah menciptakan langit dan bumi. Islam jelas meyakini adanya Allah ta’ala sebagai Tuhan pencipta alam, ini adalah fitrah setiap manusia bahwa ia memiliki sifat meyakini adanya Tuhan semesta alam. Keyakinan adanya Tuhan pada masyarakat Sunda bertemu dengan keyakinan dalam Islam tentang adanya Allah ta’ala sehingga keduanya bisa berdampingan dan melebur dalam satu pemahaman.
Amalan sehari-hari masyarakat Sunda yang tercermin dalam silih asah, silih asih dan silih asuh jelas selaras dengan nilai-nilai Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam. Islam memerintahkan kepada umatnya untuk senantiasa berbuat baik kepada orang lain, mengasihi yang kecil dan meghormati yang tua.
Jika demikian adanya, maka celaan beberapa orang yang tidak paham dengan Islam serta budaya Arab yang ada di Tatar Sunda adalah muncul karena kebodohan mereka terhadap Islam serta kebenciannya kepada umat Islam. Selain itu sikap fanatik terhadap sukunya secara berlebih-lebihan sehingga dengan mudah membenci orang lain yang tidak sepaham dengannya. Hal ini menjadi ancaman yang harus dihilangkan karena akan memunculkan fitnah dan permusuhan di antara umat Islam. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Please Uktub Your Ro'yi Here...